Anda di halaman 1dari 10

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT

MODERN

Oleh Sifa Fatahiyani, Anisa Pitaloka, Agita Maulia Rizki

3 Perbankan Syariah D

UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri

ABSTRAK

Ilmu pengetahuan yang telah maju sedemikian rupa telah membawa perubahan bagi
manusia. Perkembangan ilmu juga mengiringi perkembangan masyarakat modern.
Perkembangan masyarakat modern membawa masalah-masalah yang lebih kompleks
terhadap filsafat ilmu. Filsafat ilmu hadir untuk menjawab segala realitas kehidupan manusia
secara menyeluruh terutama bagi hal yang tidak terbahas pada teori-teori yang ada. Filsafat
sangat berperan penting dalam perkembangan masyarakat dari yang mulanya percaya akan
mitos menjadi masyarakat modern yang berpikir universal, bebas dan radikal. Setidaknya
terdapat tiga peranan filsafat dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu sebagai pendobrak,
pembebas, dan pembimbing. Saat ini masyarakat modern telah paham dan menguasai IPTEK.
Perkembangan IPTEK membawa dampak positif tetapi juga menimbulkan masalah atau
dampak negatif bagi manusia. Dalam mengarahkan perkembangan IPTEK secara positif
untuk kepentingan umat manusia dan lingkungannya diperlukan keilmuan yang dapat
dijadikan tonggak aksiologis yaitu filsafat dan ilmu pengetahuan. Perkembangannya filsafat
ilmu harus menghadapi berbagai tantangan yang muncul didasari pada perkembangan
masyarakat modern seperti tantangan matinya kepakaran, post-truth, ilmu dan masalah etika,
efek samping teknologi, dan post-human.

Kata kunci: Filsafat ilmu, tantangan filsafat, masyarakat modern

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang berakal dan berpikir. Manusia makhluk yang
selalu menggunakan daya pemikirannya untuk mengamati setiap kejadian yang ada di
sekitarnya. Adapun proses berpikir manusia merupakan proses mengolah pengetahuan
yang dimiliki dan hasil pengolahannya mampu memperdalam pemikiran manusia
menjadi semakin bermakna. Pengetahuan memungkinkan manusia untuk

1
mengembangkan diri serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehingga
menjadi lebih baik. Hal ini yang kemudian membawa perubahan besar dalam berbagai
bidang kehidupan manusia dalam arah positif dan bersifat normatif. Dengan
demikian, kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusialah
yang menjadi esensi dasar dalam kegiatan berpikir dan berpengetahuan (Idris, S,
2016) Perkembangan kemampuan berpikir dan berpengetahuan inilah yang kemudian
membuat manusia menjadi makhluk yang lebih berkembang dibandingkan makhluk
lainnya, sehingga dapat memaksimalkan fungsi kekhalifahan yang sudah menjadi
keniscayaan dimiliki oleh menusia. Kemampuan berpikir manusia juga menambah
daya eksplorasi dalam menentukan dan memilih keputusan yang paling tepat dalam
kehidupannya.
Globalisasi dengan segala perkembangannya cenderung mendorong membuat
manusia berpikir lebih cepat. Tidak sekdar berpikir tentang bagaimana
mempertahankan hidupnya, manusia modern juga lebih berpikir tentang hal-hal di
sekitarnya yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap kehidupannya sendiri.
Pemikiran manusia selalu berkisar tentang inti sari, esensi dan substansi atau berpikir
tentang hakikat suatu hal tertentu, dengan kata lain manusia telah keluar dari
lingkaran awalnya atau memasuki batas penjelajahan ilmu (science), dan telah
memasuki zona filsafat atau dunia yang penuh dengan cinta kebijaksanaan (Mansur,
2017). Dalam batasan empirik dan paritikular, manusialah yang menciptakan
lingkaran dan batasan penjelajah ilmu. Adapun ilmu tidak mampu menembus di luar
batas dunia empirik, namun demikian ilmulah yang digunakan untuk membawa
perubahan dan kemajuan terhadap suatu peradaban. Bahkan ilmu juga yang
mengubah manusia menjadi lebih berbudaya dan beradab dalam rangka
mempertahankan hidup serta mengatasi permasalahan hidupnya. Adapun ketika ilmu
tidak lagi dapat mengatasi persoalan yang ada maka secara keseluruhan akan
dipecahkan dalam filsafat ilmu.
Pada dasarnya filsafat ilmu hadir dengan tujuan dapat menjadi pedoman bagi
manusia untuk dapat melaksanakan kehidupannya dengan bijaksana meskipun
menghadapi permasalahan yang cukup kompleks. Oleh karena itu, filsafat ilmu dan
kehidupan manusia memiliki hubungan yang cukup erat. Filsafat merupakan induk
dari segala ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang. Secara umum dapat
diinterpretasikan bahwa filsafat adalah ilmu umum yang mencakup segala bidang
ilmu. Ilmu pengetahuan sejatinya juga merupakan bagian dari filsafat yang terus

2
berkembang dan bercabang secara luas. Perkembangan ilmu juga mengiringi
perkembangan masyarakat modern. Ilmu pengetahuan yang telah maju sedemikian
rupa telah membawa perubahan bagi manusia. Perkembangan masyarakat modern
membawa masalah-masalah yang lebih kompleks terhadap filsafat ilmu. Dalam
perkembangannya filsafat ilmu harus menghadapi berbagai tantangan yang muncul
didasari pada perkembangan masyarakat modern. Oleh karena itu pada artikel ini akan
dibahas terkait tantangan filsafat ilmu dalam perkembangan masyarakat modern.
B. Hakikat Filsafat Ilmu
Kata Filsafat dari bahasa Arab dikenal dengan istilah “Falsafah” dan dalam
bahasa Inggris dikenal istilah “Phylosophy”. Namun, kata filsafat lebih berhubungan
erat dengan Bahasa Yunani dengan istilah “Philosophia”. Kata Philosophia berasal
dari dua kata yaitu philein yang mempunyai arti cinta dan shopia yang mempunyai
arti kebijaksanaan. Sehingga secara etimologis filsafat dapat diartikan sebagai cinta
kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Maka seorang filsuf dapat
dikatakan sebagai pecinta atau pencari kebijaksanaan.1
Secara terminologi terdapat berbagai pendapat para filsuf mengenai pengertian
filsafat sebagai berikut2:
1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu
mutlak di tangan Tuhan.
2) Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, dan estetika.
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal,
artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal yang hendak
dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa mengatakan
filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan:
a. Apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
b. Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?

1
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, 2016, h. 17

2
Ibid.

3
c. Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? Dan
d. Sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan.
Dalam bahasa Inggris ilmu disebut dengan istilah “science”. Science berasal dari
bahasa Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis melalui metode tertentu. 3 Jadi
dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan
menyelidiki sedalam dan seluas mungkin mengenai ilmu. The Liang Gie
mendefinisikan filsafat ilmu, adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut baik landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsalat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.

Secara historis filsafat merupakan induk dari berbagai bidang ilmu. Ilmu
semakin berkembang secara khusus dan spesifik seiring dengan perubahan dan
perkembangan zaman. Namun, permasalahan yang juga timbul dan mengikuti
perkembangan ilmu hanya dapat terpecahkan dengan kembali mengkaji tujuan
dan maksud filsafat. Filsafat maupun ilmu pengetahuan pada intinya menekankan
kemampuan atau cara berpikir. Filsafat memiliki jangkauan yang lebih
menyeluruh, sementara ilmu hanya menjangkau bagian-bagian tertentu saja.
Penjabaran filsafat lebih mendalam dan bermakna karena menggerakkan
pemikiran kritis manusia dan kemudian dijabarkan dan disajikan dalam bentuk
konsep mendasar.

Filsafat memiliki ciri-ciri, diantaranya menyeluruh, mendasar, dan


spekulatif. Makna menyeluruh berarti filsafat memuat pemikiran yang luas dan
tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang. Mendasar bermakna bahwa filsafat
memut pemikiran yang cukup mendalam hingga pada bagian fundamental dari
objek filsafat yang ditelaah sehingga dapat dijadikan pijakan dalam kaidah
keilmuan. Adapun spekulatif bermakna bahwa filsafat merupakan pemikiran yang
mendasari pemikiran selanjutnya atau dengan kata lain hasil pemikiran filsafat
dimaksudkan untuk dijadikan dasar bagi pengembangan pengetahuan baru.
3
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, 2016, h. 20

4
Filsafat ilmu hadir untuk menjawab segala realitas kehidupan manusia
secara menyeluruh terutama bagi hal yang tidak terbahas pada teori-teori yang
ada. Berpikir secara filsafati bermakna sebagai proses berpikir yang dilakukan
untuk menemukan konsep kebenaran secara tuntas dan menyeluruh. Adapun
analisis filsafati yang bertujuan untuk mencari kebenaran keilmuan selalu
ditekankan untuk menemukan dan menguraikan keilmuan dalam aspek moral
seperti halnya kejujuran.

C. Peran Filsafat dalam Perkembangan Masyarakat

Filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran
manusia, yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.4

1) Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan
kebiasaan. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul
tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala
dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi
nenek moyang, sedang tradisi itu benar dan tak dapat diganggu gugat, maka
dongeng dan takhayul itu pasti benar dan tak boleh diganggu gugat. Kehadiran
filsafat telah mendobrak pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral
dan selama itu tak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan membutuhkan
waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat
benar-benar berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
2) Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohanya, dari
belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis. Filsafat telah, sedang, dan akan terus
berupaya membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan,
yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun
membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih.
Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat
manusia mudah menerima kebenaran-kebenaran semu yang menyesatkan. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis
“penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3) Pembimbing
4
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016, h. 27-28

5
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan
manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia
untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal
sambil berupaya mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak
jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis.
Dan akhirnya filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh dan
begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral
dan koheren.
D. Pentingnya Filsafat dalam Kondisi Perkembangan Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah suatu struktur sosial masyarakat yang memiliki
pola perubahan yang signifikan dan cenderung mengikuti perkembangan dan
kemajuan zaman. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang tidak terikat pada
adat-istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan segera ditinggalkan untuk
mengadopsi nila-nilai baru yang secara rasional diyakini membawa kemajuan,
sehingga mudah menerima ide-ide baru.5
Paham modernisme mengandung makna serba maju, gemerlap, dan progresif.
Modernisme telah menjanjikan pada masyarakat untuk membawa pada perubahan ke
dunia yang lebih mapan dan semua kebutuhan akan dapat terpenuhi (Setiawan &
Sudrajat, 2018). Rasionalitas akan membantu menghadapi mitos-mitos dan
keyakinan-keyakinan tradisional yang tak berdasar, yang membuat manusia tak
berdaya dalam menghadapi perkembangan dunia ini.6
Situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat saat ini tentu sangat berbeda
dengan masa silam. Saat ini umat manusia telah paham dan menguasai IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) dalam kehidupannya. Pada zaman ini bisa dikatakan
setiap segi dan tahap kehidupan seseorang tersentuh oleh kemajuan ilmu dan
perkembangan teknologi. Hampir seluruh kegiatan masyarakat tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi. Perkembangan Teknologi yang begitu cepat mengakibatkan
terjadinya disrupsi (disruption), di mana terjadi perubahan secara besar-besaran di
berbagai bidang sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat superior harus mampu

5
Agussani, Desain Pemberdayaan Masyarakat Modern, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2021, h. 17
6
Fadli, Muhammad Rijal. "Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dan relevansinya di era revolusi
industri 4.0 (Society 5.0)." Jurnal Filsafat 31, no. 1 (2021), h. 147

6
menyesuaikan dan beradaptasi diri terhadap sinkronisasi teknologi dari segala bidang,
karena secara tidak langsung masyarakat saat ini akan memimpin jalannya roda
kehidupan, yang nantinya akan mengontrol dan menghegemoni terhadap masyarakat
lainnya. Teknologi membawa berbagai kemudahan dan dampak positif yang telah
dirasakan pada saat ini. Namun, teknologi tidak hanya membawa dampak positif
tetapi juga menimbulkan banyak masalah atau dampak negatif pada kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, diperlukan adanya inovasi baru yang mendasari
perkembangan IPTEK agar kehadirannya lebih berimplikasi positif.
Berdasarkan hipotesa para pakar, bahwa keilmuan yang dapat dijadikan
tonggak aksiologis dalam mengarahkan perkembangan IPTEK secara positif untuk
kepentingan umat manusia dan lingkungannya adalah filsafat dan ilmu pengetahuan.
Karena, filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan fondasi pijakan dalam berpikir
untuk menentukan arah yang lebih baik dalam menghadapi tantangan zaman dipola
kehidupan manusia yang baru.7
E. Tantangan Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Masyarakat Modern
Kondisi keilmuan hari ini dihadapkan pada berbagai problematika yang
mengancam keberadaan dan masa depan ilmu. Terdapat berbagai fenomena keilmuan
kontemporer yang mengacak-acak para meter kebenaran yang sudah
dikonseptualisasikan dalam filsafat ilmu, beberapa tantang muncul dalam
perkembangan masyarakat modern ini, seperti8:
a) Matinya Kepakaran
Kondisi ketika masyarakat tidak lagi mendengarkan pendapat para pakar dan
ahli yang kompeten di bidangnya. Masyarakat cenderung mendengarkan
orang-orang yang memenuhi hasrat atau mewakili pendapat pribadinya.
Misalnya di media sosial ada suatu perdebatan dengan tema tertentu, ulama
yang sangat ahli mengemukakan pendapatnya mengenai masalah-masalah
tersebut, tetapi disisi lain ada orang awam yang juga berkomentar terkait
masalah tersebut. Oleh para netizen keduanya diposisikan setara, seolah-olah
merupakan lawan diskusi yang seimbang. Disinilah terjadi matinya kepakaran.
Masyarakat tidak lagi mempertimbangkan validitas dari sebuah argumentasi,
melainkan semata kedekatan argumentasi tersebut dengan kondisi

7
Ibid, h. 149
8
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Moderitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan
Problem Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003, h.55

7
emosionalnya atau penerimaan pribadinya. Sebagian besar masyarakat
pengguna internet sudah kehilangan apa yang disebut sebagai metakognisi,
yaitu kemampuan untuk menyadari kesalahan, dengan mengambil jarak,
melihat dan merenungkan ulang apa yang sedang dilakukannya, kemudian
menyadari kekeliruan dari perbuatannya. Hilangnya kemampuan metakognisi
dari sebagian masyarakat tersebut disebabkan oleh bias informasi, yaitu
kecenderungan mencari informasi yang hanya membenarkan apa yang mereka
percayai, menerima fakta-fakta yang hanya memperkuat penjelasan yang
mereka sukai, dan menolak data-data yang bertentangan dengan sesuatu atau
informasi yang sudah mereka terima sebagai kebenaran. Gejala inilah yang
disebut sebagai post-truth.
b) Post Truth
Post-truth merupakan kondisi/era ketika “fakta-fakta alternatif menggantikan
fakta aktual dan perasaan memiliki bobot lebih tinggi dari bukti-bukti. Kondisi
post-truth cenderung menggiring kebenaran ke arah selera yang diinginkan
kelompok masyarakat tertentu meskipun pada dasarnya hal ini tak
mencerminkan kebenaran yang sesungguhnya. Masyarakat post-truth akan
rentan terprovokasi informasi yang diproduksi dengan tujuan untuk
mempermainkan emosi khalayak dan menggiring sebuah kebenaran dalam
menyampaikan informasi dan gagasan.
Fenomena post-truth berdampak pada pengabaian-pengabaian terhadap fakta
dan argumen berlawanan yang dikemukakan untuk memvalidasi atau
memverifikasi isu dan data yang bersifat hoax, oleh sebagian masyarakat
justru dianggap sebagai upaya konspirasi tandingan. Masyarakat post-truth
tidak lagi menerima argumen dan penjelasan yang realistis dan objektif.
Bahkan bagi mereka, pengetahuan yang berseberangan dengan asumsi pribadi
mereka adalah akal-akalan semata. Masyarakat post-truth jusru lebih
menerima dan percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya yang
disebarkan di media sosial, selama pesan atau informasi tersebut memiliki
kecenderungan yang sama dengan asumsi yang mereka miliki.
c) Ilmu dan Masalah Etika
Pengembangan keilmuan dan teknologi cenderung mempertimbangkan
manfaatnya bagi manusia dan pertimbangan hari ini. Pengembangan keilmuan
cenderung abai terhadap permasalahan lain (alam, lingkungan) dan imbas

8
jangka panjangnya di masa depan. Manusia yang ditempatkan sebagai pusat
dan penentu keadaan mereka sendiri dalam etika tradisional telah gagal
mengatasi permasalahan lingkungan. Permasalahan-permasalahan lingkungan
yang muncul pada umumnya selalu terkait dengan etika manusia dalam
berhadapan dengan alam dan lingkungan tempat tinggalnya. Krisis lingkungan
yang terjadi di dunia kita hari ini merupakan imbas dari krisis moral manusia-
William Chang (2015: 277).
d) Efek Samping Teknologi
Maurice Merleau-Ponty, alam memiliki dua sisi, yaitu sisi yang nampak
(visible) dan sisi yang tidak nampak (invisible). Manusia hanya dapat
menjangkau yang visible dari alam. Manusia menyadari bahwa kehidupannya
telah sampai pada kehancuran ekologis: pemanasan global, polusi, limbah, dll.
Teknologi yang terus dikembangkan demi memenuhi hasrat manusia memiliki
berbagai efek samping, baik bagi kehidupan manusia sendiri maupun
lingkungan.
e) Post-Human
Sebuah kondisi ketika tugas-tugas manusia telah tergantikan oleh non-
manusia. Sebuah kondisi ketika manusia tidak lagi menjadi penentu tunggal
atas dunianya. Fukuyama membayangkan kehidupan Posthuman merupakaan
keadaan di mana manusia tradisional mungkin tidak akan lagi dihargai.

KESIMPULAN

Secara etimologis filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Maka seorang filsuf dapat dikatakan sebagai pecinta atau pencari
kebijaksanaan. Secara terminologi terdapat berbagai pendapat para filsuf mengenai
pengertian filsafat salah satunya Plato yang berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan
yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran
itu mutlak di tangan Tuhan. Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis melalui metode tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah
filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas mungkin mengenai ilmu.
Filsafat memiliki peran dalam perkembangan masyarakat, setidaknya filsafat memiliki tiga
peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan
pembimbing.

9
Kondisi masyarakat saat ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) dalam kehidupannya. Pada zaman ini bisa dikatakan setiap segi
dan tahap kehidupan seseorang tersentuh oleh kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi.
Perkembangan Teknologi yang begitu cepat mengakibatkan terjadinya disrupsi (disruption),
di mana terjadi perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang sendi kehidupan
masyarakat. IPTEK tidak hanya berdampak positif tetapi juga membawa masalah atau
dampak negatif bagi kehidupan. Oleh sebab itu diperlukan filsafat ilmu dalam kehidupan
masyarakat modern. Filsafat dan ilmu pengetahuan dijadikan tonggak aksiologis dalam
mengarahkan perkembangan IPTEK secara positif untuk kepentingan umat manusia dan
lingkungannya. Sebab, filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan fondasi pijakan dalam
berpikir untuk menentukan arah yang lebih baik dalam menghadapi tantangan zaman dipola
kehidupan manusia yang baru. Beberapa tantang yang muncul dalam perkembangan
masyarakat modern, seperti matinya kepakaran, post-truth, ilmu dan masalah etika, efek
samping teknologi, dan post-human.

DAFTAR PUSTAKA

Agussani, 2021. Desain Pemberdayaan Masyarakat Modern. Depok: PT RajaGrafindo


Persada.

Budi Hardiman, F. 2003. Melampaui Positivisme dan Moderitas: Diskursus Filosofis tentang
Metode Ilmiah dan Problem Modernitas. Yogyakarta: Kanisius.

Fadli, Muhammad Rijal. 2021. Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dan
relevansinya di era revolusi industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat 31, no. 1.

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press

Wahana, Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamond.

10

Anda mungkin juga menyukai