OLEH
KELOMPOK 4 :
SEKSI : 19 BB 05
PEMBIMBING :
Menurut Pujawinata, bahwa filsafat adalah ilmu yag berusaha mencaris sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Jadi kawasan filsafat adalah dataran
pemikiran manusia belaka.
Harold Titus (1959) mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti
luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi atau
analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna.Filsafat diartikan sebagai “science of
science”, dimana tugas utamanya memberi analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan
konsep-konsep sains, mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan. Dalam
pengertian yang lebih luas,filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang
berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup
dan makna hidup.
(1) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
(2) Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran;
Berfilsafat berarti berpikir,tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. berpikir
yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu
radikal,sistematis,dan universal seperti dijelaskan oleh Sidi Gazalba (1973:43)
Tujuan Filsafat
1.Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan
cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik,
menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
2.Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah menerapkan suatu
metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri.
3.Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum.
4.Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber,
hakekat, dan tujuan ilmu.
6.Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi,
terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
7.Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
8.Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
9.dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang
digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung
jawab dan implikasi etis.
Manfaat Filsafat
1.Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar
dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan.
2.Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan
yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
4.Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku
adil dan membentuk moral tanggung jawab.
5.Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup.
6.Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
7.Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan
orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
9.Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal
(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
10.Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
B.Objek-objek filsafat
Ada beberapa objek-objek filsafat. Objek filsafat meliputi dua hal, yakni objek materiil dan
objek formal.
Objek materiil dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan pengetahuan,
yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil filsafat ini mencakup segala hal,
baik hal-hal yang konkret maupun yang tidak konkret (hal-hal yang nyata maupun hal-hal yang
abstrak atau tidak nampak). Menurut Poedjawijatma (1980) objek materiil filsafat ialah yang ada
yang mungkin ada. Objek filsafat materiil ini meliputi segala hal dari keseluruhan ilmu yang
mnyelidiki segala sesuatu. Muhammad Noor (1981) berpendapat bahwa objek filsafat itu
dibedakan atas objek materiil dan non materiil. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-
hal yang abstrak dan psikis. Termasuk juga objek non materiil ini adalah pengertian abstrak-
logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan lain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materiil sains, namun
bedanya, satu, sains menyelidiki objek materiil yang empiris, semntara filsafat menyelidiki
bagian objek yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek
materiil yang selamanya tidak empiris.
Jadi dengan melihat beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami
bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain, objek filsafat ini tidak terbatas,
yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff dalam burhanuddian Salam (1988), bahwa lapangan
kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Begitu luasnyakajian atau objek filsafat ini
menyangkut hal-hal yang tampak fisik maupun psikis. Hal-hal fisik adalah segala sesuatu yang
ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam kemungkinan.
Meliputi juga lam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan
hal-hal yang psikis atau non fisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai,
keyakinan dan lainnya.
Sedangkan objek forma, yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah penelitian yang
mendalam. Kata mendalamberarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. penyelidikan
sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara
empiris. Objek penelitian sains adalah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian
filsafat ada pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis.
Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang menyeluruh,
yang secara umumdapat mencapai hakikat dan objek materiilnya. Jadi objek filsafat ini
membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.
Ada beberapa objek-objek filsafat. Objek filsafat meliputi dua hal, yakni objek materiil
dan objek formal.
Objek materiil dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan pengetahuan, yaitu
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil filsafat ini mencakup segala hal, baik
hal-hal yang konkret maupun yang tidak konkret (hal-hal yang nyata maupun hal-hal yang
abstrak atau tidak nampak). Menurut Poedjawijatma (1980) objek materiil filsafat ialah yang ada
yang mungkin ada. Objek filsafat materiil ini meliputi segala hal dari keseluruhan ilmu yang
mnyelidiki segala sesuatu. Muhammad Noor (1981) berpendapat bahwa objek filsafat itu
dibedakan atas objek materiil dan non materiil. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-
hal yang abstrak dan psikis. Termasuk juga objek non materiil ini adalah pengertian abstrak-
logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan lain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materiil sains, namun
bedanya, satu, sains menyelidiki objek materiil yang empiris, semntara filsafat menyelidiki
bagian objek yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek
materiil yang selamanya tidak empiris.
Jadi dengan melihat beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami bahwa objek
filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain, objek filsafat ini tidak terbatas, yang dalam
pandangan Louis O. Kattsoff dalam burhanuddian Salam (1988), bahwa lapangan kerja filsafat
itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja
yang ingin diketahui manusia. Begitu luasnyakajian atau objek filsafat ini menyangkut hal-hal
yang tampak fisik maupun psikis. Hal-hal fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam kemungkinan. Meliputi juga lam
semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan hal-hal yang
psikis atau non fisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan dan
lainnya.
Sedangkan objek forma, yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah penelitian yang mendalam.
Kata mendalamberarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. penyelidikan sains tidak
mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris. Objek
penelitian sains adalah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat ada pada
daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis.
Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang menyeluruh,
yang secara umumdapat mencapai hakikat dan objek materiilnya. Jadi objek filsafat ini
membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan
nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan,
bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan
kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam
bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun
menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran,
kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam
arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-
satunya.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun
keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung
kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada
konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama
ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan
pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus
dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan
kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus
mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam
logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Daftar Rujukan
Susanto, A. 2014. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Ilmu dan Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
https://www.e-jurnal.com/2013/10/objek-objek-filsafat.html?m=1
https://whiterosesangle.wordpress.com/2010/11/30/filsafat-bagi-kehidupan-manusiaqiqi-alyuzra/