Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PIRNA

NIM : 044270781

1. Obyek formal dari filsafat [jelaskan terlebih dahulu pengertian filsafat baru kemudian
menjelaskan objek formal filsafat]; dan

Jawab :

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia ialah hasrat dan upaya
manusia dengan sungguh-sungguh untuk mencari, memperoleh, dan mencintai
kebenaran dalam arti kebijaksanaan. Filsafat ialah proses dan hasil pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan hati sanubari (kalbu) secara kritis, spekulatif,
sistematis, fundamentalis, universal, integral, dan radikal untuk mencari dan
memperoleh kebenaran yang hakiki (kebijaksanaan, kearifan, dan hikmat). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi buat
kita mencari tahu mengenai tentang hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.

Objek formal atau sudut pandang kajian filsafat adalah kritis, refleksif, dan radikal
Kritis artinya bahwa orang yang berfilsafat itu tidak mudah menerima sesuatu yang
dikatakan atau disampaikan orang lain sebagai benar seluruhnya atau sebagai salah
seluruhnya (tidak selalu berprasangka buruk dan juga tidak selalu berprasangka
baik).Refleksif artinya bahwa proses pencarian kebenaran yang dilakukan manusia
berkelanjutan,terus-menerus, dan berkesinambungan.Radikal merupakan efek dari
berpikir kritis dan refleksif, sebagai akibat dari sikap yang tidakmudah percaya pada sikap
dan pernyataan orang maka kita sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang sangat
mendasar, mengakar, fundamental, dan esensial.Pengertian kritis, refleksif, dan radikall itu
memiliki makna bahwa orang yang mempelajari filsafat sudah semestinya memiliki open
minded dan optimistic.

2. Aspek-aspek yang melatar belakangi perkembangan filsafat sosial ke arah sosiologi.

Jawab :

Aspek-aspek yang melatar belakangi perkembangan filsafat sosial ke arah sosiologi


yaitu filsafat sosial mencakup semua objek sosial seperti filsafat hukum, filsafat politik,
filsafat psikologi, dan lain-lain. Sosial yang terjadi saat itu akibat dua peristiwa revolusi
industri di Inggris dan revolusi politik di Perancis. Kedua revolusi itu tidak bisa didekati
lagi melalui sistem teori politik semata melainkan perlu ditinjau dalam pengertian baru
yaitu sosiologi. Saint Simon memahami betul bahwa revolusi Perancis harus ditinjau
dari kacamata sosiologi, dia mengatakan perlunya melihat suatu periode baru atas
sejarah masyarakat yaitu masyarakat industrial. Auguste comte adalah orang pertama
yang menggunakan kata sosiologi dan berusaha mengembalikan adanya suatu
keteraturan hukum. Comte ingin membuktikan bahwa keteraturan hukum sosial pada
prinsipnya tidak berbeda dengan keteraturan hukum fisika atau biologi, hanya saja lebih
rumit. pesatnya perkembangan sains terutama fisika yang tidak seimbang dengan
kondisi kemanusiaan secara menyeluruh di negara-negara atau bangsa terjajah.

Tarde menulis mengenai kekuatan membentuk kelompok dari antaraksi psikologis


(pengulangan, imitasi, perlawanan, dan penyesuaian). Imitasi, memaksa ke arah
penyesuain. Penyesuaian memberi semangat pada kecerdasan. Faktor yang
menghambat harus terus menerus diatasi. Dalam ketika ajaran gerak seperti ini, Tarde
dapat disajikan oleh psikologinya sendiri dalam bentuk aslinya. Semenjak itu, sosiologi
telah menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri dengan mengikuti jejak sains kealaman;
ini sebenarnya terinspirasi dari biologi dan psikologi. Akibat intervensi keduanya
(biologis dan psikologi), yang merupakan kon ilmu-ilmu empiris, menyebabkan sosiologi
menjadi ilmu yang empiris juga, di mana objek pembahasannya menjadi terbatas dan
sangat cermat. Akan tetapi, kini disatu sisi, sosiologi berkembang pesat namun, disisi
lain, perkembangan itu memicu polemik. Perdebatan tentang ilmu-ilmu sosial-
kemanusiaan dengan ilmu-ilmu kealaman sering muncul. Menurut Wilhelm Dilthey
(1833-1911), perdebatan ini terjadi karena adanya perbedaan mendasar antara ilmu-
ilmu kealaman (naturwissenchaften) dengan ilmu-ilmu sosial kemanusiaan
(geisteswissenchaften). Perbedaan itu nampak pada objek dan metodenya.

Pertentangan cara kerja sains kealaman dengan sains sosial-kemanusiaan ini


dengan sendirinya muncul beberapa pendekatan berbagai teori sosial, yang disebut
dengan "verstehenda" sosiologi. Tokohnya adalah Max Weber (1864-1920), dengan
metode tipologinya. Selain itu ada Emile Durkheim (1858-1917), denga teori institusinya
dan penolakannya dalam beberapa hal terhadap Tarde. Kemudian Georg Simmel
(1858-1918), yang teori sosiologinya berpusat pada bentuk-bentuk dimana relasi
antarmanusia dialirkan.

3. Mengapa Pancasila disebut dasar falsafah negara? Baagaimana implementasinya


dalam kehidupan bernegara rakyat Indonesia dalam kesehariannya.

Jawab :

Pancasila disebut dasar falsafah negara Karena Pancasila mengandung pemikiran


pendiri negara yang dituangkan dalam suatu sistem yang merupakan cerminan dari
nilai-nilai Pancasila yang saling berhubungan dan digunakan sebagai pedoman ataupun
pandangan hidup bangsa dalam berbangsa dan bernegara.

Implementasi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :

1. Menghormati dan menjaga toleransi kepada siapapun termasuk orang yang berbeda
keyakinan dan berbeda tata cara beribadah.
2. Memanusiakan manusia, maksudnya adalah kita sebagai manusia harus bisa
membantu dan melakukan hak dan kewajiban kita sebagai manusia yang adil dan
beradab.

3. Meski kita berbeda beda tetapi tetap satu jua, selalu junjung tinggi persatuan dan
kesatuan diatas perbedaan dan keragaman masyarakat Indonesia.

4. Selalu menjadi bagian aktif dalam kegiatan permusyawarahan yang berlandaskan


pada kebijaksanaan dan peradilan.

5. Selalu berbuat adil dalam hal apapun kepada siapapun dan dimanapun kita berada.

Sumber Referensi:

BMP SOS14203/3sks/MODUL 1/Kedudukan Filsafat Sosial dalam Sistematika


Filsafat/Filsafat Sosial/Edisi 1

BMP SOS14203/3sks/MODUL 1/Kegiatan Belajar 2/Perkembangan Filsafat Sosial


Menuju ke Arah Sosiologi

Anda mungkin juga menyukai