Secara garis besar ilmu pengetahuan terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
Untuk ini dalam non-positivistik terdapat tiga hal penyikapan, yaitu (1)
memusatkan perhatian pada interaksi antara aktor dengan dunia nyata, (2) aktor
manusia pelaku ekonomi maupun dunia ekonomi senyatanya perlu dipandang sebagai
proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis, (3) arti penting yang terkait
dengan kemampuan aktor pelaku ekonomi untuk mentafsirkan kehidupan (sosial) nya.
Dalam interaksi sosial, non-positivistik mengakomodir perhatian pada kajian
penjelasan aktor pelaku maupun cara penjelasannya dapat diterima atau ditolak oleh
fihak lain. Dalam konteks kekinian jurisprudensi Indonesia telah diwarnai pertarungan
yang sengit antara praktisi hukum yang berparadigma positivistik (legal-formal hukum)
dan non-positivistik (substansi-moral hukum). Kritik terhadap kecenderungan
positivistik telah diikuti dengan usaha untuk melakukan pembaruan hukum lewat
gerakangerakan sosial yang akan mendesakkan opini ke badan-badan legislatif agar
merespons realitas sosial yang ada. Gerakan sosial kaum realis yang semula berangkat
dari kesadaran akan realitas kemajemukan konfigurasi sosio-kultural dalam kehidupan
nasional ini pada saatnya akan semakin jelas.
d. Pancasila sebagai orientasi dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana
semestinya.
Seiring dengan kemajuan iptek nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan.
Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia
tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
e. Studi Kasus
Dasar Teori :
Kemajuan ilmu dan teknologi (Iptek) adalah suatu gejala yang tidak dapat kita
hindari dalam kehidupan ini. Karena kemajuan teknologi berjalan seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan Iptek yang amatlah pesat ini menjadikan
peradaban manusia pun ikut berkembang dengan cepat.
Iptek telah banyak memberikan kita kemudahan serta berbagai macam cara baru
dalam melakukan beragam aktivitas. Iptek tidak lagi hanya bermanfaat dalam sarana
kehidupan, tetapi juga untuk kebutuhan kehidupan manusia. Dengan perkembangan
Iptek yang sangat pesat, manusia semakin mudah untuk berkomunikasi dalam jarak
jauh, bahkan dalam lingkup dunia.
Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai teknologi canggih yang dapat
membantu aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pesatnya kemajuan Iptek
tersebut juga memungkinan terjadinya penyimpangan dalam penggunaannya. Hal ini
dikarenakan begitu mudahnya segala informasi masuk tanpa adanya proses
penyaringan yang ketat.
Maka dari itu kita harus memaknai pancasila dengan benar bukan hanya
mengerti arti pancasila. Kita harus menjadikan pancasila sebagai pondasi moral etika
atas apa yang kita lakukan sehari-hari. Kemudian ada peran lain yang lebih khusus,
yaitu peran langsung mahasiswa Indonesia, sebagai agent of change yang membawa
nama baik Indonesia dalam percaturan dunia internasional.
Contoh kasus :
munculnya hate speech di media sosial yang tidak disikapi dengan bijak-
rasional. Hal ini tentunya menimbulkan keprihatinan, mengingat kampus seharusnya
menjadi tempat membuka wawasan, bergaul dengan segala kalangan dan
mengembangkan Iptek yang dapat bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tidak hanya dampak negatif, tetapi ada dampak positifnya juga. Yaitu dengan
kita semakin cepat dan mudah mengakses segala hal untuk kepentingan pendidikan,
inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning
yang semakin memudahkan proses pendidikan, kemajuan TIK juga akan
memungkinkan berkembangnya kelas virtual yang berguna bagi peningkatan SDM
Indonesia.
Kesimpulan / saran :