konsep tentang Sistem, yang dipahami sebagai paduan antara sosok-latar atau
formcontext,
melahirkan prinsip-prinsip dasar pada cybernetics, linguistik struktural dan teori
informasi. Demikian pula dengan Gestalt, konsep dasar dari psikologi persepsi
telah dikembangkan
pada teori problem-solving dan teori informasi. Kedua contoh itu juga telah
mempe-ngaruhi
secara mendalam arsitektur. Tidak ketinggalan filsafat fenomenologi yang
menghargai pengalaman
asli, mula-mula, antara manusia dengan fenomena yang ditangkap inderanya.
Atheisme
Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau
dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai
adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya
berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme
modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum,
misalnya kepada masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus
seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis adalah
penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan yang
sedang populer.
Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana,
yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.
Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme
kontinental yang diterangkan Ren Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat
pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan
percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental
sama sekali.
EMPIRISISME
Empirisisme adalah suatu aliran falsafah yang menyatakan bahawa semua
pengetahuan diperolehi atau berdasarkan pengalaman. Dengan itu, ia juga
menyatakan bahawa semua kenyataan berkenaan pengetahuan terhadap dunia
hanya boleh dijustifikasikan oleh pengalaman. Epicurus adalah tokoh Yunani
yang menyebarkan aliran rasionalisme berpendapat bahawa pancaindera
adalah asas kepada ilmu yang benar. Pendirian yang sama juga didukung oleh
golongan stoisisme, yang mendakwa bahawa sejak manusia dilahirkan jiwanya
ibarat kain kosong (empty tablets) tetapi akan menerima corak yang
mewarnainya. Corak ini akan membentuk imej-imej yang seterusnya
melahirkan fikiran-fikiran teretentu. Baik Epicurus mahupun stoicisme
meyakini bahwa ilmu berpunca dari pancaindera, atau dari luar, bukannya dari
akal fikiran.
Tokoh-tokoh Barat moden yang mengembangkan aliran empirisisme ialah John
Locke (1632-1714), yang menganggap manusia dilahirkan dengan akal yang
kosong, yang baru dicorakkan oleh pengalamaan indera kemudiannya. Aliran
ini turut didokong oleh David Hume (1711-1776) dan Auguste Comte. Kemuncak
aliran emperisisme ialah kemunculan aliran positivisme oleh Auguste Comte
menerusi tiga teori tiga proses sejarah manusia, yang bermula dengan tahap
teologi, diikuti tahap metafisik dan akhirnya tahap positif. Pada tahap positif
inilah manusia dikatakan tidak lagi memerlukan agama dan spekulasi falsafah,
sebaliknya lebih memerlukan dan meyakini ilmu pengetahuan yang berasaskan
pengalaman positif, iaitu melalui pancaindera. Selepas itu timbul aliran neo-
positivisme yang menyambung tradisi empirisisme Comte, yang dikembangkan
oleh kelompok Vienna Circle yang menamakan aliran mereka positivisme logik
atau empirisisme logik. Perkembangan aliran positivisme dalam bentuk
ekstrem telah melahirkan aliran sensasionalisme yang hanya mengandalkan
pada pengalaman indera sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang
sah dan benar. Antara tokoh-tokoh aliran sensasioanlisme ialah dari Perancis
seperti Condillac (1715-1780), Helvitius (1715-1771). Dalam menghadapi
pertentangan di antara aliran rasionalisme dan aliran empirisisme, maka
muncul pula aliran falsafah idealisme Immanuel Kant yang cuba untuk
menggabungkan kedua-dua unsur rasionalisme dan empirisisme sebagai dua
sumber yang saling melengkapi di antara satu sama lain. Bagi Kant, kedua-dua
sumber adalah benar dari sudutnya masing-masing. Justeru, idealisme Kant
dianggap aliran epistemologi yang bersifat sederhana, yang cuba membentuk
sintesis antara rasionalisme dan empirisisme. Kant menegaskan dalam
bukunya, Critique of Pure Reason,
FENOMENOLOGI
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa
dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti
daripada fenomena ini.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 -
1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya
tentang ilmu yang tak nyata.
Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif
atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik
awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat
dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh
penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.
STRUKTURALISME
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua
masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. [1]
Masa Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du
Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya
di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan
sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang
konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.
Ciri-ciri Strukturalisme
Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek
melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu
hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki,
komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan
distingsi yang jelas.
Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang
mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang
terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang
fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa
hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-
objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan
unik dalam ruang dan waktu. [4]
DEKONSTRUKSI
2. Bernard Tschumi
Dekonstruksi merupakan Analisis (dari tanpa menjadi apa)
Architecture of events : tak ada arsitektur tanpa events, tanpa action, tanpa
activity, tanpa function; arsitektur harus terlihat sebagai kombinasi ruang,
events dan pergerakan, tanpa hirarki atau preseden apapun diantara
ketiganya
Arsitektur menggabungkannya dalam kombinasi preseden programatik
1. Crossprogramming : penerapan suatu program pada suatu konfigurasi
ruang yang tidak semestinya, misal : kafe untuk sinema.
2. Transprogramming : mengkombinasikan 2 program kegiatan tanpa
memperdulikan ketidaksesuaian, misal : perpustakaan dan sinema
3. Disprogramming : mengkombinasikan 2 program sehingga konfigurasi
spasial program A mengkontaminasi program dan konfigurasi spasial
program B; misal : program sinema untuk fasilitas komersial.
3. Coop Himelb(l)au
Prosedur kerja : menerpkan teori generative power of language
(pemahahaman yang diambil dari Jacques)
Penerapannya : Kedua memulai proses rancangan dengan obrolan yang
berkepanjangan yang disertai dengan coretan terus menerus sampai
tindakan komunikatif tertentu mereka berhenti dan sketsa (coretan)
dihasilkan.
4. Eisenman
Gianni Vattimo was talking about, with weak forms, la forma debole, which
means that image is not so important but ideas are.
What I'm trying to do is to express ideas in my work, so that when people
experience the work they say 'why is it like this?'
(Pendapat eisenmen)
contoh :
1. Dianalogikan seperti sebuah film. Pada umumnya orang film
menonjolkan sisi visual tetapi eisenmen berpendapat bahwa
menikmati sebuah film tidak hanya menggunakan visual saja.
Sehingga einsmen menganalisis bahwa sebuah film seharusnya juga
dinikmati melalui indra lainnya dengan porsi yang lebih besar
daripada indra visual
2. Analogi seperti sebuah ruang. Eismen ingin membuat sebuah ruang
dengan pemikiran dari tanpa menjadi ada.
KONTEKSTUALISME
Latar Belakang
Kontekstualisme muncul dari penolakan dan perlawanan terhadap arsitektur
modern yang antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang
memperhatikan kondisi bangunan lama di sekitarnya.
Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan konservasi dan
preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang
bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau
menciptakan hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah
kontinuitas visual.
Definisi Kontekstualisme
Brent C Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980) menjelaskan,
kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan
mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain,
kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap
lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter
suatu tempat.
Kontekstualisme bukan meniru bangunan lama !
Bagaimana penerapan kontekstualisme dalam sebuah bentuk desain
arsitektur?
Karakteristik Desain Kontekstual
Bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri dan berteriak Lihatlah Aku!
tetapi bahkan cenderung menjadi suatu bangunan yang bersifat latar
belakang.
Teknik mendisain dengan faham Kontekstualisme dapat dikembangkan
untuk dapat memberikan jawaban khususnya untuk kondisi-kondisi yang
bersifat morfologis, tipologis, dan pragmatis menjadi bersifat pluralistik
dan fleksibel.
Selain itu juga bukan dogmatis rasional atau terlalu berorientasi pada
kaidah-kaidah yang terlalu universal.
Kriteria Kontekstualisme
Fit (pas) pada lingkungannya
Merespons lingkungannya
Menjadi perantara bagi lingkungannya
Mungkin melengkapi pola implisit dari lay-out jalan atau
memperkenalkan sesuatu yang baru
Beberapa Variasi Pendekatan Desain Kontekstual
Mengambil motif-motif desain setempat : bentuk massa, pola atau irama
bukaan, dan ornamen desain.
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya
kembali sehingga tampak berbeda.
Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama
atau mendekati yang lama.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras).
Arsitek yang Menerapkan Kontekstualisme dalam Karyanya
The Museum of Fine Arts in Boston : Foster & Spencer de Grey
Lowell's Beaux Arts, Pyramid de Louvre :I M Pei
Manhattan's Morgan Library : Renzo Piano
Steven Holl
Hardy Holzman Pfeiffer
Tod Williams Billie Tsien
Justus Dahinden
Kegagalan Arsitektur Menurut Penganut Paham Kontekstualism
Kurangnya pengertian tentang urban context
Penekanan yang berlebihan pada obyek dan bukannya pada jaringan
(tissue) antar mereka
Mendisain dari dalam ke luar dan bukannya dari ruang luar (eksterior) ke
dalam.
PHENOMENOLOGY
A. The phenomenon of place
1. Phenomena :hal yang terdapat di dunia setiap harinya.
2. Place : bentuk concrete dari sekitar, Segala sesuatu yang ada dapat
menentukan karakter sekitar. Tidak hanya terdiri dari sesuatu yang dapat
dilihat tetapi juga terdiri dari sesuatu yang dapat dirasakan.
3. Phenomena yangada dapat menjelaskan space dan karakter yang ada.
4. Phenomenologi memilki pokok- pokok yang mengenai ontologi, psycologi,
ethics, dan estetika.
5. Space
Space artian tiga dimensi yang biasa disebut concrete space yaitu penglaman
sehari hari
6. Karakter
Karakter ditentukan oleh faktor material dan peraturan formal pada suatu
wilayah. Suatu wilayah yang berbeda akan menciptakan karakter yang
berbeda pula.
7. Georg Trakl menjelaskan suatu phenomena dalam kehidupan sebagai sesuatu
yang berisi suatu karakter dan space. Melakukan pendekatan terhadap
fenomena yang terjadi sesuai kejadian yang kongkret.
B. Spirit of place
1. Meliputi keunikan, kekhususan maupun semacam penghargaan terhadap
sebuah tempat
2. Spirit of place mampu memberikan identitas bagi suatu wilayah place
3. Spirit of place dari sebuah wilayah mampu terbentuk apabila manusia yang
merasakan spirit of place to be dwel di tempat tersebut.
4. Faktor yang mempengaruhi spirit of place
1. Orientation = to know where he is
2. Identification= to know how he is in a certain place
3. Orientation dan identification menjadi aspek yang dari sebuah hubungan
antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa sebuah identification
yang benar maka tidaklah mungkin manusia mengetahui orentasinya.
4. Dalam masyarakat modern orientation lebih diutamankan dan tidak
berjalan seimbang dibanding identification, akibatnya psychologycal sense
berubah menjadi alienation (pengasingan)
Dwell/mendiami/bertempat tinggal
1. Dwell berasal dari kata dvelja yang artinya masih melekat atau
mengingatkan
2. Dwell berarti menjadi nyaman di tempat yang aman
3. Ketika manusia mendiami sebuat tempat maka secara serempak dia berada
di tempat itu dan mampu melihat karakter dari lingkungannya.