Anda di halaman 1dari 2

A.

Reposisi Pengetahuan Dalam Filsafat Aliran Rasionalisme:

1. Keyakinan pada Kemampuan Akal: Aliran rasionalisme pada abad ke-17 menekankan
kepercayaan besar terhadap kemampuan akal manusia. Ini terlihat dalam usaha untuk
memberi kemandirian kepada akal sebagai pemecah segala masalah, melampaui
norma-norma tradisi dan keyakinan dogmatis.

2. Tokoh Utama: Tokoh pertama rasionalisme, Rene Descartes, membangun filsafat


berdasarkan keyakinan diri dan menggunakan metode keraguan (Cartesian Doubt). Ia
meragukan segala yang dapat diragukan hingga sampai pada kesimpulan "Cogito,
ergo sum" (saya berpikir, karena itu saya ada).

3. Pentingnya Matematika: Descartes meragukan panca indera dan menganggap


matematika sebagai dasar yang pasti. Namun, ia pun meragukan matematika itu
sendiri untuk mencapai kepastian.

4. Spinoza dan Satu Substansi: Baruch Spinoza, tokoh rasionalisme lainnya, menyatukan
tubuh, jiwa, dan Tuhan menjadi satu substansi. Bagi Spinoza, Tuhan adalah alam
semesta itu sendiri, tanpa kemauan dan perhatian terhadap manusia.

5. Sistem Filsafat yang Menyerupai Ilmu Ukur: Spinoza berusaha menyusun sistem
filsafat yang menyerupai ilmu ukur, dengan keyakinan bahwa dalil-dalil ilmu ukur
merupakan kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi.

B. Reposisi Pengetahuan Dalam Filsafat Aliran Empirisme:

1. Pentingnya Pengalaman: Berbeda dengan rasionalisme, aliran empirisme


menekankan pentingnya pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
Pengalaman indera adalah dasar dari pengetahuan manusia.

2. John Locke dan Pengalaman Sensasional: John Locke, tokoh utama


empirisme, menyatakan bahwa pikiran manusia pada awalnya adalah tabula
rasa, dan semua pengetahuan berasal dari pengalaman sensasional dan
refleksional.

3. Berkembang dari Pengalaman: Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan


berkembang dari pengalaman yang diperoleh melalui indera. Data indera
adalah dasar dari segala pengetahuan yang sahih.
4. David Hume dan Asosiasi Ide: David Hume, seorang empiris, menekankan
peran asosiasi ide dalam pembentukan pengetahuan. Ia meragukan kausalitas
dan mengemukakan skeptisisme terhadap konsep sebab-akibat.

Dengan demikian, aliran rasionalisme dan empirisme memberikan kontribusi unik


terhadap pemahaman manusia tentang pengetahuan, satu fokus pada akal dan yang
lain pada pengalaman indera.1

C. Jaman Pos Modern (Abad 18-19 M)


Sejarah perkembangan filsafat pada abad ke-17, ke-18, ke-19, dan ke-20
melibatkan aliran-aliran besar seperti rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Pada
abad ke-19 dan ke-20, muncul berbagai aliran filsafat baru seperti positivisme,
marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme, dan
fenomenologi. Dalam konteks filsafat penelitian ilmu sosial, positivisme yang
diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857) memiliki pengaruh besar.
Comte membagi pemikiran manusia menjadi tiga tahap: tahap teologis,
metafisis, dan positif-ilmiah. Bagi Comte, pengetahuan yang valid hanya dapat
diperoleh melalui metode ilmiah positif, di mana ide-ide dapat diuji dan dibuktikan
dengan pengukuran yang jelas dan pasti, seperti dalam ilmu alam. Comte menolak
spekulasi metafisik dan menyebut ilmu sosial yang dia gagas sebagai "Fisika Sosial"
sebelum akhirnya dikenal sebagai "Sosiologi".
Pada era kontemporer, muncul aliran-aliran filsafat seperti strukturalisme,
postmodernisme, pragmatisme, dan filsafat analitis. Strukturalisme menekankan pada
struktur dan memiliki tokoh seperti Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan, dan M. Faoucault.
Postmodernisme memiliki tokoh seperti J. Habermas dan J. Derrida. Pragmatisme,
yang diperkenalkan oleh William James, menyatakan bahwa kebenaran adalah apa
pun yang terbukti benar dengan akibat yang bermanfaat secara praktis. Filsafat
analitis, dipimpin oleh Ludwig Josef Johan Wittgenstein, menekankan pada analisis
bahasa dan konsep. Perkembangan ini mencerminkan evolusi pemikiran filsafat,
pengaruh berbagai aliran, dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan sosial serta pentingnya pendekatan ilmiah dalam memahami dan
mengkaji dunia sekitar.2

1
Musakhir, “Filsafat Modern, Ranaissance, Aliran Rasionalisme Dan Aliran Emperisme,” Tajdid : Jurnal
Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 5, no. 1 (2021): 1–12,
https://media.neliti.com/media/publications/541886-none-66366e1d.pdf.
2
“FILSEN21: Sejarah Perkembangan Filsafat dari Zaman Yunani Kuno Hingga Masa Kini,” diakses 19 Desember
2023, https://spada.uns.ac.id/mod/assign/view.php?id=153870.

Anda mungkin juga menyukai