Yunani Kuno
Perancis
Inggris
Jerman
1. Pendekatan definisi
2. Pendekatan sistematika;
3. Pendekatan melalui tokoh dan aliran.
4. Pendekatan sejarah.
I. Pendekatan definisi
Ilmu pengetahuan hanya mengkaji sebatas gejala-gejala yang
tampak dan berusaha menjelaskannya secara kausalistik
Teologi mengkaji semesta supra-inderawi, semesta
ketuhanan namun dalam batas-batas keimanan.
Radikal berasal dari akar kata ‘radix” yang berarti akar. Filsafat
selalu menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji suatu objek
sampai ke akar-akanya.
Refleksif dalam memahami objeknya, ia selalu berusaha
mengendapkan apa yang ia tangkap (gejala-gejala) untuk diolah
dan pada akhirnya menghasilkan pengetahuan yang jernih.
Ontologi Metafisika
ADA
Filsafat Ilmu M
Etika
Epistemologi Pengetahuan Nilai
Metodologi
Estetika
Logika
Wilayah pengetahuan terdiri dari empat
disiplin filsafat :
Pertama:
Epistemologi sebagai cabang filsafat yang mengkaji
hakikat pengetahuan dari empat segi:
sumber pengetahuan,
batas pengetahuan,
struktur pengetahuan dan
keabsahan pengetahuan;
Wilayah pengetahuan terdiri dari empat
disiplin filsafat :
Kedua,
Filsafat ilmu pengetahuan sebagai cabang filsafat yang
mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara-cara
pemerolehannya;
Ketiga,
Logika sebagai cabang filsafat yang mengkaji azas-azas
berpikir secara lurus dan tertib;
Keempat,
Metodologi sebagai cabang filsafat yang mengkaji metode-
metode yang digunakan dalam dunia ilmiah.
Wilayah ada terdiri dua disiplin filsafat:
Ontologi
Cabang filsafat yang berhubungan dengan ‘yang ada
sebagai yang ada’ atau ‘yang sebenar-benarnya ada’
sebagai lawan dari disiplin yang berurusan dengan bentuk
partikular ada seperti fisika, biologi, atau psikologi.
Metafisika
Christian Wolff mengemukakan bahwa metafisika berhu-
bungan dengan semesta di balik gejala-gejala empiris.
Wilayah Nilai
Pertama
Leibniz
Kedua
David Hume
Berkeley
Ketiga
Ia adalah pelopor aliran kritisme,
sebuah aliran dalam falsafat yang
pada dasarnya adalah kritik
terhadap rasionalisme maupun
empirisme yang dianggap terlalu
ekstrim dalam mengklaim sumber
pengetahuan manusia. Menurut
kritisme, akal menerima bahan-
bahan yang masih kacau dari
pengalaman empiris, lalu mengatur
dan menertibkannya dalam
kategori-kategori, seperti misalnya
Inmanuel Kant kategori ruang dan waktu.
Keempat
Mereka adalah pelopor aliran
idealisme, sebuah aliran
Hegel dalam filsafat yang
berpendirian bahwa
pengetahuan adalah proses-
proses mental ataupun
proses-proses psikologis
yang sifatnya subjektif.
Fichte Materi tidak memiliki
kedudukan yang independen
melainkan hanya merupakan
materialisasi dari pikiran
manusia.
Schelling
Kelima
Mereka adalah pelopor
Nietzsche aliran vitalisme, sebuah
aliran dalam filsafat yang
memandang hidup tidak
dapat sepenuhnya
dijelaskan secara fisika
(mekanistis-deterministis).
Manusia memiliki kehendak
Bergson
kreatif yang mampu
mengubah dirinya sekaligus
semesta secara dinamis.
Schopenhouer
Keenam
Mereka adalah
pelopor aliran
fenomenologi,
sebuah aliran
filsafat yang
Edmund Husserl
mengkaji
penampakan
atau fenomena
yang mana
antara fenomena
dan kesadaran
Martin Heidegger
tidak terisolasi
satu sama lain
melainkan selalu
berhubungan
secara dialektis.
Merleau Ponty
IV. Pendekatan Sejarah
Yunani Kuno ( 600 SM)
Abad Pertengahan (300 SM-1300 M)
KEJAYAAN ISLAM (13-16)
Filsafat Modern (abad 17-19)
Positivisme (Abad ke-20)
Alam Simbolis
Posmodernisme
Yunani Kuno ( 600 SM)
Ditandai oleh pergeseran pemikiran dari mitos ke logos.
Penjelasan-penjelasan mitis yang berdasarkan kepercayaan
rasional tentang gejala-gejala alam bergeser pada penjelasan
logis yang berdasarkan pada rasio.
Filosof-filosof alam mulai mencari penjelasan rasional
atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam
terselebungi kabut mitis.
Abad Pertengahan (300 SM-1300 M)
Pemikiran filosofis pada abad ini kehilangan otonominya.
Pemikiran abad pertengahan bercirikan teosentris (berpusat pada
kebenaran wahyu Tuhan).
Thomas Aquinas (1225-1274) dan St. Bonaventura (1221-
1257) adalah rohaniawan-rohaniawan yang hendak merekonsiliasi
akal dan wahyu. Kebenaran wahyu mereka buktikan tidak berbeda
dengan kebenaran yang dihasilkan akal.
Meskipun Aquinas bersifat netral terhadap dikotomi
iman/akal, atmosfer yang meliputi hampir seluruh pemikiran di abad
pertengahan memperlakukan akal sekedar sebagai hamba
perempuan teologi (ansilla theologia).
St. Augustinus (1354-1430) bahkan tidak percaya akan
kekuatan akal semata dalam mencapai kebenaran.
Munculnya Renaisans tidak bisa dilepaskan begitu
saja dari sumbangan para filosof Islam yang menterjemahkan
karya-karya klasik Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya
terjemahan itulah yang kemudian dipelajari oleh dunia Barat
hingga memunculkan suatu gerakan reformasi yang
dinamakan Renaisans.
Filsafat sosial
August Comte Sosiologi Ilmu Sosial
August Comte (1798-1857) adalah filosof yang memelopori kemunculan
aliran filsafat positivisme.
Positivisme (Abad ke-20)
Pandangan dunia empirisme yang objektif dalam
memandang pengetahuan tersebut mengalami puncaknya
pada aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme.
August Comte (1798-1857) adalah filosof yang melopori
kemunculan aliran filsafat ini.
Comte jugalah yang menciptakan istilah “sosiologi” sebagai
disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada
awal abad 20-an dengan menetapkan kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk
disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar.
Kriteria-kriteria adalah eksplanatoris dan prediktif.
Demi terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut maka ilmu-ilmu
harus memiliki pandangan dunia positivistik sebagai berikut:
Pertama, objektif. Teori-teori tentang semesta haruslah
bebas nilai.
Kedua, fenomenalisme. Ilmu pengentahuan hanya bicara
tetang semesta yang teramati. Substansi metafisis yang
diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan
disingkirkan.
Ketiga, reduksionisme. Semesta direduksi menjadi fakta-
fakta keras yang dapat diamati.
Keempat, naturalisme. Alam semesta adalah objek-objek
yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.
Positivisme memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap
berbagai disiplin ilmu bahkan sampai dewasa ini.
Pembagian sejarah filsafat secara konvensional
dapat dibagi menjadi tiga periode :
• Yunani kuno;
• Skolastik dan Modern;
• Alam Simbolis;
• Posmo dernisme
1. Bebas nilai;
2. Fenomenalisme;
3. Nominalisme;
4. Reduksionisme;
5. Naturalisme;
6. Mekanisme.
Perbedaan Paradigma antara Karl Popper
dengan Thomas Kuhn
Karl R. Popper Thomas Kuhn
Ilmu Pengetahuan bukan Ilmu Pengetahuan adalah
semata-mata produk hasil kesepakatan
intersubjektif
kesepatan sosial
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan berkembang secara
berkembang secara revolusioner
evolusioner Perkembangan ilmu
Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek
pengetahuan melalui subjek peneliti dalam satu
peneliti komunitas pengetahuan
Rumus perkembangan ilmu Rumus perkembangan ilmu
pengetahuan: problem 1, pengetahuan: paradigma 1,
ilmu pengetahuan normal,
teori tentatif, error
anomali, krisis dan
eliminition, dan problem 2 paradigma 2 (P1-SN-A-K-P2)
(P1-TT-EE-P2)
PARADIGMA:
Seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan
sehari-hari.
Guba, Thomas Kuhn: seperangkat keyakinan mendasar yang
memandu tindakan-tindakan kita, baik tindakan keseharian
maupun dalam penyelidikan ilmiah (Guba, 1990).
1. Dalam
dimensi ontologis: Apa sebenarnya hakikat dari sesuatu
yang dapat diketahui (knowable), atau apa sebenarnya
hakikat dari semua realitas (reality). Dipertanyakan adalah hal
yang nyata (what is the name of reality?).
1. Positivisme
4. Constructivism
1. Positivisme
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan
yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan.
Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi
realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist)
dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum
alam (natural laws). Upaya penelitian adalah untuk
mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan
bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
2. Postpositivisme
1. Ontologi
2. Epistemologi
3. Metodologi
4. Research Objective
5. Konflik dan pergantian Paradigma
6. Axiologi
METODE ILMIAH DAN FILSAFAT PENELITIAN
• Pendekatan Kritik-Rasional
• Scientific Research;
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM
PENELITIAN
1. Objektif, faktual;
2. Open, fair, responsible;
3. Curious; Wanting to know;
4. Invebtive always (senang dengan sesuatu yg
baru, kreatif dan selalu inovatif).
Selanjutnya peneliti sebagai seorang ilmuwan,
juga dituntut memiliki kemampuan lain seperti:
Pembentukan Konsep,
Proposisi, penyusunan
proposisi
Wilayah Rasional
Logis
Wilayah Empiris
Pengukuran, ringkasan
Sampel dan perkiraan Penjabaran
parameneter Instrumen, Pembentukan
Skala, Penentuan Sampel
PENGAMATAN
SKEMA SISTIMATIKA TEORI
THEORY
PARADIGMA
GRAND THEORY
ILMU
VARIABEL
APPLICATION THEORY
KONSEP
KONSEPSIONAL
PROPOSISI
GENERAL
TEORI
GRAND THEORY
PERTUKARAN
SPESIFIK
GENERAL
TEORI KONSTRUKSI
SOSIAL MEDIA GRAND THEORY
MASSA
SPESIFIK
GENERAL
TEORI SIBERNETIKA/
GRAND THEORY
SISTEM AKSI
SPESIFIK
GENERAL
SPESIFIK
GENERAL
SPESIFIK
SKEMA SISTIMATIKA TEORI
THEORY
PARADIGMA
deductive
A1 B2
Major/ Conceptual
Hypothesis Konsep
Operasionalis
Minor/ Operational/
a b
Working Variabels
Hypothesis
PROBLEM
IDEA
EARTH
(Ground of Empiricou
Support)
THEORITICAL UNDERSTANDING
INDUKTIF/
DEDUKTIF
ANALOGI
HIPOTESIS
STRUKTUR MODEL - TEORITIS
Model Tipologis
Ex : Model Adaptasi Individual
Diterima
Ditolak
Budaya
Individu Intruksi
Budaya
Diterima Ditolak
Diterima Konform Ritual
Intruksi
Ditolak Inovasi Penolakan
MODEL KONTINGENSI
EFEK + -
+ a b
Cause
- c d
Model Asosiatif
X
Produktifitas
Umur Y
ANTESENDEN
Konvergen (Causal)
X1
X2
X3 Y1
Ex: X
n
Motivasi
Disiplin Produktivitas
Kerja
Pendidikan
Kesejahteraan
KONSEKUEN
x1
x2
Y1
x3
xn
Kemampuan evalusasi
SCEMATIC DIAGRAM OF THE THEORITICAL
FRAMEWORK
COMMUNICATION AMONG
COCKPIT MEMBERS
COMMUNICATION BETWEEN
GROUND CONTROL
AND COCKPIT
AIR-SAFETY
VIOLATIONS
DECENTRALIZATION
1. Sistem Ilmu
2. Perumusan Masalah
3. Persyaratan Masalah Keilmuan
4. Ciri-ciri lainnya dari Masalah Keilmuan
5. Pengamatan dan Deskripsi
6. Tinjauan Pustaka
7. Persepsi Mempengaruhi Penafsiran
8. Teknologi Menolong Pengamatan
9. Pengukuran
10. Penjelasan
11. Macam-macam Ramalan
12. Laporan Hasil Penalaahan Keilmuan
Format Penulisan Laporan
Penelitian Kualitatif III. METODE PENELITIAN
Obyek, informan dan Ruang Lingkup
- JUDUL Penelitian
Pendekatan
- ABSTRAK Setting Penelitian
- KATA PENGANTAR Unit Analisis
- DAFTAR ISI Teknik Pengumpulan data
- DAFTAR TABEL (kalau ada) Teknik Analisis Data
- DAFTAR GAMBAR (kalau ada) Keabsahan Data/triangulasi
IV. ANALISIS TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
- I. PENDAHULUAN
V. PEMBAHASAN TEMUAN-TEMUAN HASIL
Latar Belakang Masalah PENELITIAN
Masalah Penelitian Implikasi teoritis
Tujuan Penelitian Kritik terhadap penelitian lain
Manfaat penelitian
Proposisi
- II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN (kalau ada)
- JUDUL
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- DAFTAR TABEL (kalau ada)
- DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Permasalahan
Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN
Pendekatan
Setting Penelitian
Unit Analisis
Teknik Pengumpulan data
Keabsahan Data
Teknik Analisis Data
- ANALISIS TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
- PEMBAHASAN TEMUAN-TEMUAN HASIL
PENELITIAN
Implikasi teoritis
Kritik terhadap penelitian lain
Judul Penelitian
adalah identitas karya
penelitian seseorang
Hal-hal Penting:
-Menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
-Jelas variabel-variabel penelitian yang akan di teliti/uji.
Dasain vs Dasollen
Senyatanya vs Seharusnya
Berteori
Masalah-masalah umum penelitian
yang sesuai
+Mepping teori
+Penelitian terdahulu
+Teori yang digunakan (rasionalitas penggunaan teori),
kritik terhadap teori yang akan digunakan
Instrumen penelitian:
Sumber Data
Observasi
Interview
Quesioner
Dokumentasi
Focus Group Discussion (FGD)
Analisis Isi
Dll.
Rancangan Pembahasan
Dibuat dalam bentuk
Diskusi Narasi terhadap:
(saat menulis laporan)
Hasil Penelitian
Penelitian orang lain
Teori yang digunakan (implikasi teoritik)
Pendapat-pendapat peneliti sendiri
Dibuat
setelah penelitian