Anda di halaman 1dari 98

Materi Kuliah

FILSAFAT ILMU DAN


LOGIKA SAIN
FILSAFAT

Modern ----- Timur


Modern ----- Eropah

Yunani Kuno
Perancis
Inggris
Jerman

Kemudian Berkembang di Amerika


FILSAFAT TIMUR
Mesir Kuno
Mesopotamia
Seluruh Bangsa
Kekuasaan Islam
Cina
India
Jawa
DEFENISI FILSAFAT
Filsafat adalah ”ratunya”, ”induk” ilmu sebab:

1. Semua Ilmu pengetahun bersumber dari filsafat.


2. Filsafat sampai sekarang tidak pernah lepas dari
konteks kultural masyarakat dimana ia
berkembang
Filsafat di masa Yunani Kuno disebut pula:

1. Sebagai langkah awal pembebasan akal manusia dari


kultur mistis yang membelenggu potensi-potensi
rasional manusia. Kesangsian, keheranan yang
bercampur dengan kekaguman merupakan awal
munculnya disiplin ini.

2. Kesadaran baru bahwasanya akal manusia memiliki


kekuatan yang luar biasa tajam untuk membelah
semua dogmatisme dan kepercayaan palsu.
Kata ”Kritis”
Adalah kata kunci yang semua filosof
sepanjang zaman
PENDAPAT FILOSOF PADA JAMANNYA

Bertrand Russel (1871-1970) mendifinisikan filsafat


sebagai “daerah tak bertuan” antara teologi dan ilmu
pengetahuan.

Martin Heidegger (1889-1976), seorang filosof Jerman,


mengatakan bahwa Universitas tidak hanya dijadikan disiplin
berpikir terus-menerus memperjuangkan kesejatian hidup
melainkan lebih pada mempertahankan hidup.
 
 
Filsafat
 
 
 
 
Teologi Pengetahuan
 
 
 
 
 
 
Posisi Filsafat Terhadap Teologi dan Pengetahuan
EMPAT PENDEKATAN FILSAFAT

1. Pendekatan definisi
2. Pendekatan sistematika;
3. Pendekatan melalui tokoh dan aliran.
4. Pendekatan sejarah.
             

I. Pendekatan definisi
 
Ilmu pengetahuan hanya mengkaji sebatas gejala-gejala yang
tampak dan berusaha menjelaskannya secara kausalistik
 
Teologi mengkaji semesta supra-inderawi, semesta
ketuhanan namun dalam batas-batas keimanan.
 
 

Filsafat didefinisikan sebagai upaya mencari atau


memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan lewat
penalaran sistematis yang kritis, radikal, refleksif, dan
integral.
 
             

Filsafat bersifat kritis dalam mengkaji obyeknya, ia tidak pernah


berhenti pada penampakan, asumsi, dogmatisme melainkan
terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi mencapai
hakikat.

Radikal berasal dari akar kata ‘radix” yang berarti akar. Filsafat
selalu menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji suatu objek
sampai ke akar-akanya.
 
Refleksif dalam memahami objeknya, ia selalu berusaha
mengendapkan apa yang ia tangkap (gejala-gejala) untuk diolah
dan pada akhirnya menghasilkan pengetahuan yang jernih.

Integral maksudnya filsafat selalu berusaha menghubungkan


kajian-kajiannya satu dengan yang lain untuk menemukan
jawaban yang komprehensif
II.                 Pendekatan sistematika

Pendekatan filsafat melalui sistematika bertolak dari tiga


pertanyaan Imanuel Kant:
 
Apa yang dapat saya ketahui ?
Apa yang dapat saya harapkan ?
Apa yang dapat saya lakukan ?
Ketiganya menghasilkan tiga wilayah besar filsafat yaitu:
wilayah pengetahuan, ada, dan nilai.

Ontologi Metafisika
ADA

Filsafat Ilmu M
Etika
Epistemologi Pengetahuan Nilai
Metodologi
Estetika
  Logika
 
Wilayah pengetahuan terdiri dari empat
disiplin filsafat :

Pertama:
Epistemologi sebagai cabang filsafat yang mengkaji
hakikat pengetahuan dari empat segi:

sumber pengetahuan,
batas pengetahuan,
struktur pengetahuan dan
keabsahan pengetahuan;
Wilayah pengetahuan terdiri dari empat
disiplin filsafat :

Kedua,
Filsafat ilmu pengetahuan sebagai cabang filsafat yang
mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara-cara
pemerolehannya;

Ketiga,
Logika sebagai cabang filsafat yang mengkaji azas-azas
berpikir secara lurus dan tertib;

Keempat,
Metodologi sebagai cabang filsafat yang mengkaji metode-
metode yang digunakan dalam dunia ilmiah.
Wilayah ada terdiri dua disiplin filsafat:
 
Ontologi
Cabang filsafat yang berhubungan dengan ‘yang ada
sebagai yang ada’ atau ‘yang sebenar-benarnya ada’
sebagai lawan dari disiplin yang berurusan dengan bentuk
partikular ada seperti fisika, biologi, atau psikologi.
 
Metafisika
Christian Wolff mengemukakan bahwa metafisika berhu-
bungan dengan semesta di balik gejala-gejala empiris.

 
 
 
Wilayah Nilai

Etika sebagai cabang filsafat yang


merefleksikan nilai-nilai moral
   Estetika sebagai disiplin filsafat yang
merefleksikan nilai-nilai estetis
 
         III.   Pendekatan melalui tokoh dan
aliran

Pertama     

Mereka adalah pelopor


aliran rasionalisme,
sebuah aliran dalam
filsafat yang
Rene Descartes
berpandangan bahwa
semua pengetahuan
bersumber dari akal,
bahwa akallah yang
mampu menangkap ide
Spinoza
tentang semesta secara
jernih dan gamblang.
 

Leibniz
Kedua

David Hume

Mereka adalah pelopor


aliran empirisme, sebuah aliran
dalam filsafat yang menekankan
pengalaman sebagai sumber
John Locke pengetahuan

Berkeley
Ketiga
 
Ia adalah pelopor aliran kritisme,
sebuah aliran dalam falsafat yang
pada dasarnya adalah kritik
terhadap rasionalisme maupun
empirisme yang dianggap terlalu
ekstrim dalam mengklaim sumber
pengetahuan manusia. Menurut
kritisme, akal menerima bahan-
bahan yang masih kacau dari
pengalaman empiris, lalu mengatur
dan menertibkannya dalam
kategori-kategori, seperti misalnya
Inmanuel Kant kategori ruang dan waktu.
 
Keempat

 
Mereka adalah pelopor aliran
idealisme, sebuah aliran
Hegel dalam filsafat yang
berpendirian bahwa
pengetahuan adalah proses-
proses mental ataupun
proses-proses psikologis
yang sifatnya subjektif.
Fichte Materi tidak memiliki
kedudukan yang independen
melainkan hanya merupakan
materialisasi dari pikiran
manusia.
Schelling
Kelima

 
Mereka adalah pelopor
Nietzsche aliran vitalisme, sebuah
aliran dalam filsafat yang
memandang hidup tidak
dapat sepenuhnya
dijelaskan secara fisika
(mekanistis-deterministis).
Manusia memiliki kehendak
Bergson
kreatif yang mampu
mengubah dirinya sekaligus
semesta secara dinamis.
 

Schopenhouer
Keenam

Mereka adalah
pelopor aliran
fenomenologi,
sebuah aliran
filsafat yang
Edmund Husserl
mengkaji
penampakan
atau fenomena
yang mana
antara fenomena
dan kesadaran
Martin Heidegger
tidak terisolasi
satu sama lain
melainkan selalu
berhubungan
secara dialektis.
 
Merleau Ponty
IV.   Pendekatan Sejarah
 
Yunani Kuno ( 600 SM)
Abad Pertengahan (300 SM-1300 M)
KEJAYAAN ISLAM (13-16)
Filsafat Modern (abad 17-19)
Positivisme (Abad ke-20)
Alam Simbolis
Posmodernisme
 
Yunani Kuno ( 600 SM)
 
Ditandai oleh pergeseran pemikiran dari mitos ke logos.
Penjelasan-penjelasan mitis yang berdasarkan kepercayaan
rasional tentang gejala-gejala alam bergeser pada penjelasan
logis yang berdasarkan pada rasio.
Filosof-filosof alam mulai mencari penjelasan rasional
atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam
terselebungi kabut mitis.

Thales (hidup sekitar tahun 585 SM) mengatakan air


adalah arkhe dari alam semesta, alasannya adalah air dapat
mengambil berbagai macam wujud dan keabsahannya (moist)
dianggap sebagai kehidupan itu sendiri yang selalu bergerak. Air
diyakini oleh Thales Sbg dasar terbtknya alam semesta.
Para filosof alam lain juga mengembangkan pemikiran tentang
kosmos (alam) antara lain: Anaximander (610-547 SM) dan
Anaximenes (sekitar 546 SM). Apa yang para filosof alam
kembangkan sebenarnya merupakan cikal bakal disiplin ilmu
fisika.
 
Dikenal pada jaman ini filosof-filosof manusia:
Pythagoras (580-500 SM)
filsafat tidak selama kontemplasi terhadap kosmos
melainkan jalan keselatan hidup

Socrates (470-399 SM),


Plato (429-347 SM), ----- banyak mengemukakan bagaimana
Aristoteles (384-322 SM) hidup bermasyarakat dengan
baik

 
Abad Pertengahan (300 SM-1300 M)
Pemikiran filosofis pada abad ini kehilangan otonominya.
Pemikiran abad pertengahan bercirikan teosentris (berpusat pada
kebenaran wahyu Tuhan).
Thomas Aquinas (1225-1274) dan St. Bonaventura (1221-
1257) adalah rohaniawan-rohaniawan yang hendak merekonsiliasi
akal dan wahyu. Kebenaran wahyu mereka buktikan tidak berbeda
dengan kebenaran yang dihasilkan akal.
Meskipun Aquinas bersifat netral terhadap dikotomi
iman/akal, atmosfer yang meliputi hampir seluruh pemikiran di abad
pertengahan memperlakukan akal sekedar sebagai hamba
perempuan teologi (ansilla theologia).

 
St. Augustinus (1354-1430) bahkan tidak percaya akan
kekuatan akal semata dalam mencapai kebenaran.

Kebenaran utama adalah kebenaran teologis yang


termaktub dalam wahyu Tuhan. Manusia tidak mampu mencapai
pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebenaran ilahi.
Singkatnya, rasionalitas mengalami deotonomisasi dari
posisinya semula yang independen pada masa filosof-filosof
Yunani.

Filsafat menjadi abdi dari teologi dimana pemikiran-


pemikiran filosofis digunakan untuk mendukung kebenaran
wahyu.
Di masa ini pertentangan antara wahyu dan akal bahkan
semakin menajam dan cenderung mengeras.
 
 
Filsafat Modern (abad 17-19)
Kurang lebih sepuluh abad lamanya pemikiran filosofis dan
ilmu pengetahuan berdasarkan rasio direpresi oleh kebenaran
teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan ini biasa disebut
“fideisme”, ketaatan buta pada iman.
 
Semangat untuk membebaskan manusia dari
keterbelengguan teologis muncul pada masa yang dikenal dengan
nama “Renaisans” (kelahiran kembali).

Kelahiran kembali pemikiran filosofis Yunani kuno yang


otonom lewat mempelajari kembali karya-karya klasik fisolof-fisolof
Yunani kuno yang selama ini “ disembunyikan” dan domonopoli
kalangan elit gereja saja.

 
 
Munculnya Renaisans tidak bisa dilepaskan begitu
saja dari sumbangan para filosof Islam yang menterjemahkan
karya-karya klasik Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya
terjemahan itulah yang kemudian dipelajari oleh dunia Barat
hingga memunculkan suatu gerakan reformasi yang
dinamakan Renaisans.

Sejarah mencatat bahwa perkembangan ilmu


pengetahuan di dunia Islam telah maju lebih dahulu sebelum
dunia Barat memperoleh “pencerahan”. Banyak karya-karya
ilmiah yang berasal dari dunia Islam yang kemudian dibawa ke
Barat untuk dipelajari dan dikembangkan.

Renaisans diikuti oleh masa pencerahan


(aufklarung) menjadi titik tolak modernisme dimana ilmu
pengetahuan, filsafat, dan ideologi berkembang dengan
demikian pesatnya. Otonomi manusia (antroposentris)
menjadi roh zaman modern.
Rene Descartes (1596-1650). Filosof ini berjasa
merehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang telah
sekian lama (kurang lebih seribu tahun) dijadikan
hamba sahaya keimanan.
Diktumnya yang sampai sekarang masih
terasa menggetarkan berbunyi, “cogito ergo sum”,
“aku berpikir maka aku ada”.
Rasio adalah sumber satu-satunya bagi
pengetahuan, kesan-kesan inderawi dianggap
sebagai ilusi yang hanya bisa diatasi oleh
kemampuan yang dimiliki rasio.
Rene Descartes telah memelopori suatu
aliran filsafat yang pengaruhnya cukup besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yaitu
rasionalisme.
 
Argumen Descartes mendapatkan reaksi keras
dari filosof-filosof Inggris seperti:

David Hume (1711-1776), John Locke (1632-


1704), dan George Berkeley (1685-1753).
Penganut paham empirisme, yaitu aliran
filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan
hanya didapatkan dari pengalaman lewat
pengamatan empiris bukan semata-mata
penalaran deduksi. Kaum empiris yakin akan
adanya keteraturan (regularity) di dalam alam
raya ini. Keteraturan tersebut bukan diasalkan
atau ditunjukan pada kodrat yang metafisis
(pandangan teleologis Aristoteles).
 
Pertentangan tersebut terus berlangsung
sampai muncul seorang filosof Jerman bernama
Inmanuel Kant (1724-1804) yang berhasil membuat
sentesis antara Rasionalisme dengan Empirisme.

Kant mengatakan bahwa rasio dan empiris


adalah sama-sama sumber pengetahuan dimana
kesan-kesan empiris dikonstruksikan oleh rasio
manusia melalui kategori-kategori menjadi
pengetahuan.

Kant juga merupakan tokoh sentral dalam


zaman modern dengan pernyataannya yang cukup
terkenal, sapere aude! (berani berpikir sendiri).
 
Kaitan Filsafat dan Ilmu Sosial

Socrates (470-399 SM),


Plato (429-347 SM), ----- banyak mengemukakan bagaimana
Aristoteles (384-322 SM) hidup bermasyarakat dengan baik

Filsafat sosial

 
August Comte  Sosiologi  Ilmu Sosial
August Comte (1798-1857) adalah filosof yang memelopori kemunculan
aliran filsafat positivisme.
Positivisme (Abad ke-20)
Pandangan dunia empirisme yang objektif dalam
memandang pengetahuan tersebut mengalami puncaknya
pada aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme.
 
August Comte (1798-1857) adalah filosof yang melopori
kemunculan aliran filsafat ini.
Comte jugalah yang menciptakan istilah “sosiologi” sebagai
disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada
awal abad 20-an dengan menetapkan kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk
disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar.
Kriteria-kriteria adalah eksplanatoris dan prediktif.
Demi terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut maka ilmu-ilmu
harus memiliki pandangan dunia positivistik sebagai berikut:
Pertama, objektif. Teori-teori tentang semesta haruslah
bebas nilai.
Kedua, fenomenalisme. Ilmu pengentahuan hanya bicara
tetang semesta yang teramati. Substansi metafisis yang
diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan
disingkirkan.
Ketiga, reduksionisme. Semesta direduksi menjadi fakta-
fakta keras yang dapat diamati.
Keempat, naturalisme. Alam semesta adalah objek-objek
yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.
 
Positivisme memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap
berbagai disiplin ilmu bahkan sampai dewasa ini.
Pembagian sejarah filsafat secara konvensional
dapat dibagi menjadi tiga periode :
• Yunani kuno;
• Skolastik dan Modern;
• Alam Simbolis;
• Posmo dernisme

Pembagian tersebut oleh Susan Langer: antara


lain :
• Yunani kuno ( 600 SM);
• Abad Pertengahan (300-1300 SM);
• Filsafat Modern (abad 17-19);
• Positivisme (Abad ke-20);
1. Epistemologi dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
Epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan adalah dua
cabang filsafat yang mengkaji permasalahan seputar
pengetahuan. Keduanya merupakan wilayah filsafat
yang muncul dari pertanyaan Kant : “Was kann ich
wissen ?”, “Apa yang dapat saya ketahui?”
Keabsahan pengetahuan dibagi menjadi tiga teori
kebenaran yakni :
1) Korespondensi;
2) Koherensi (tersusun);
3) Pragmatis.
lLmu pengetahuan sebagai Proses

Perbedaan yang paling jelas adalah bahwasannya


kita tidak menerima begitu saja segala
pengetahuan tanpa melewati suatu proses yang
cukup ketat.

Proses tersebut harus bertitik tolak dari fakta-fakta


keseharian dan berakhir pada suatu teori yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Tiga Tahap Sejarah Auguste Comte berikut tiga tahap
perkembangan sejarah Comte :

1. Pertama, tahap teologis. Manusia memahami gejala-


gejala alam sebagai hasil campur tangan langsung
kekuatan Ilahi. Tahap ini masih dapat dirinci menjadi tiga
subtahap : animisme, politeisme, dan monoteisme;
2. Kedua, tahap metafisis. Pada tahap ini pelaku Ilahi yang
personal digantikan oleh prinsip-prinsip metafisika seperti
kodrat;
3. Ketiga, tahap positivis-ilmiah. Pada tahap ini manusia
berhenti mencari penyebab absolut baik yang Ilahi
maupun kodrati dan mulai berkonsentrasi pada observasi,
pengukuran dan kalkulasi guna memahami hukum yang
mengatur jagad raya
Ciri-ciri Positivisme ada enam antara lain :

1. Bebas nilai;
2. Fenomenalisme;
3. Nominalisme;
4. Reduksionisme;
5. Naturalisme;
6. Mekanisme.
Perbedaan Paradigma antara Karl Popper
dengan Thomas Kuhn
Karl R. Popper Thomas Kuhn
Ilmu Pengetahuan bukan Ilmu Pengetahuan adalah
semata-mata produk hasil kesepakatan
intersubjektif
kesepatan sosial
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan berkembang secara
berkembang secara revolusioner
evolusioner Perkembangan ilmu
Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek
pengetahuan melalui subjek peneliti dalam satu
peneliti komunitas pengetahuan
Rumus perkembangan ilmu Rumus perkembangan ilmu
pengetahuan: problem 1, pengetahuan: paradigma 1,
ilmu pengetahuan normal,
teori tentatif, error
anomali, krisis dan
eliminition, dan problem 2 paradigma 2 (P1-SN-A-K-P2)
(P1-TT-EE-P2)
PARADIGMA:
Seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan
sehari-hari.
Guba, Thomas Kuhn: seperangkat keyakinan mendasar yang
memandu tindakan-tindakan kita, baik tindakan keseharian
maupun dalam penyelidikan ilmiah (Guba, 1990).

(a) A set of assumptions and


(b) beliefs concerning: yaitu asumsi yang “dianggap” benar
(secara given).

Untuk dapat sampai pada asumsi itu harus ada perlakuan


(c)
empirik (melalui pengamatan) yang tidak terbantahkan;
accepted assume to be true (Bhaskar, Roy. 1989; 88-90).

Paradigma dapat dikatakan sebagai A mental window,


(d)
tempat “Frame” yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya
karena masyarakat pendukung paradigma telah memiliki
kepercayaan.

Atau adversarial paradigm dalam hukum, judgemental


(e)
paradigm dalam olahraga, religious paradigm dalam
kehidupan beragama dan sebagainya.
pembahasan hanya dibatasi pada paradigma
pencarian ilmu pengetahuan (discipline
inquiry paradigm), yaitu suatu keyakinan
dasar yang digunakan berbagai kalangan
untuk mencari kebenaran realitas menjadi
suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.
ASPEK PARADIGMA

1. Dalam
dimensi ontologis: Apa sebenarnya hakikat dari sesuatu
yang dapat diketahui (knowable), atau apa sebenarnya
hakikat dari semua realitas (reality). Dipertanyakan adalah hal
yang nyata (what is the name of reality?).

2. Dalam dimensi epistemologis: Apa sebenarnya hakikat


hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dan objek yang
ditemukan (known atau knowable)?

3. Dalam dimensi axiologi yang dipermasalahkan adalah peran


nilai-nilai dalam suatu kegiatan penelitian.

4. Dalam dimensi retorik yang dipermasalahkan adalah bahasa


yang digunakan dalam penelitian.

5. Dalam dimensi metodologis: Bagaimana cara atau metodologi


yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu
ilmu pengetahuan?
Jenis Paradigma Ilmu Pengetahuan

1. Positivisme

2. Postpositivisme (yang kemudian dikenal sebagai


Classical Paradigm atau Conventionalism Paradigm)

3. Critical Theory (Realism)

4. Constructivism
1. Positivisme
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan
yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan.
Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi
realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist)
dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum
alam (natural laws). Upaya penelitian adalah untuk
mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan
bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
2. Postpositivisme

Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism yang


memandang sama bahwa realitas memang ada dalam
kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal
yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar
oleh manusia (peneliti).
secara metodologis pendekatan eksperimental melalui
observasi tidaklah cukup, tetapi harus menggunakan
metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam
metode, sumber data, peneliti dan teori.
Secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau
peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah
bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh aliran
positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak
mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila
pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat
dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan
antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif,
dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral
mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi
secara minimal.
3. Critical Theory

Aliran ini sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu


paradigma, tetapi lebih tepat disebut ideologically oriented
inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas
yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham tertentu.
Ideologi ini meliputi: Neo-Marxisme, Materialisme, Feminisme,
Freireisme, Partisipatory inquiry, dsb.

Dari segi ontologis, paham paradigma ini sama dengan


postpositivisme yang menilai objek atau realitas secara kritis
(critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh
pengamatan manusia. Karena itu, untuk mengatasi masalah ini,
secara metodologis paham ini mengajukan metode dialog dengan
transformasi untuk menemukan kebenaran realitas yang hakiki.

Secara epistemologis, hubungan antara pengamat dengan realitas


yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak bisa
dipisahkan. Karena itu, aliran ini lebih menekankan pada konsep
subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan, karena
nilai-nilai yang dianut oleh subjek atau pengamat ikut campur
dalam menentukan kebenaran tentang suatu hal.
4. Konstruktivisme
Paradigma ini hampir merupakan antitesis dari paham yang
meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan
suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Bahwa paham positivisme dan postpositivisme merupakan paham
yang keliru dalam mengungkap realitas dunia. Karena itu,
kerangka berpikir kedua paham ini harus ditinggalkan dan diganti
dengan paham yang bersifat konstruktif.

Secara ontologis, bahwa realitas itu ada dalam bentuk bermacam-


macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial,
bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang
melakukannya. Karena itu, suatu realitas yang diamati oleh
seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang
seperti yang biasa dilakukan di kalangan positivis atau
postpositivis.

Karena dasar filosofis ini, maka hubungan epistemologis antara


pengamatan dan objek, menurut aliran ini bersifat satu kesatuan,
subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara
keduanya.
Aspek-Aspek Keilmuan

1. Ontologi
2. Epistemologi
3. Metodologi
4. Research Objective
5. Konflik dan pergantian Paradigma
6. Axiologi
METODE ILMIAH DAN FILSAFAT PENELITIAN

1. Ingin tahu dan “akal-pikiran”;


2. Secara historis, legenda religius pengajaran Tuhan terhadap
Adam As. bahwa manusia pada awal penciptaannya tidak
memiliki pengetahuan apa-apa;
3. Pada fase lain, manusia terus mengembangkan pengeta-
huannya, bersumber dari pemberitahuan maupun pengalaman.
4. Mengapa manusia bersikap seperti itu terhadap ilmu
pengetahuan? karena manusia tidak mengerti hakekat ilmu
yang sebenarnya;
5. Suatu pengalaman hidup dalam dunia ilmu Albert Einstein
(1879-1917), teoritikus besar dalam ilmu alam, merupakan bukti
bahwa ilmu bukan satu-satunya cara mencapai apa yang
dinamakan kebenaran itu;.
6. Kapasitas ilmuwan yaitu berilmu, beriman dan beramal saleh.
PENELITIAN DAN PENCARIAN KEBENARAN

1. Secara harfiah, penelitian berasal dari kata research, akan


tetapi dalam penggunaannya. Penelitian tidak dilakukan oleh
kalangan-kalangan ilmuwan saja, tetapi juga sering dilakukan
oleh kalangan awam;
2. Kenyataan lain pula, sebelum orang mengandalkan metodologi
penelitian sebagai alternatif akhir dari cara menjawab dorongan
ingin tahu terhadap dunianya, orang lebih dulu menempuh cara-
cara lain yang non ilmiah;
3. Walaupun demikian keadaannya, baik cara untuk mendapat
kebenaran (hasil akhir dari menjawab dorongan ingin tahu
seseorang) melalui unscientific maupun melalui cara scientific
research, kedua-duanya dapat disebut penelitian.
Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah

Langkah-langkah dalam proses berpikir:

1) The felt need, yaitu adanya suatu kebutuhan.


2) The problem, yaitu menetapkan masalah.
3) The hyphothesis, yaitu menyusun hipotesis.
4) Collection of Data as Avidance, yaitu merekam
data untuk pembuktian.
5) Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan
yang diyakini kebenarannya.
6) General Value of the Conclusion, yaitu
memformulasikan kesimpulan secara umum
Pendekatan Scientific

• Pendekatan Kritik-Rasional
• Scientific Research;
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM
PENELITIAN

1. Objektif, faktual;
2. Open, fair, responsible;
3. Curious; Wanting to know;
4. Invebtive always (senang dengan sesuatu yg
baru, kreatif dan selalu inovatif).
Selanjutnya peneliti sebagai seorang ilmuwan,
juga dituntut memiliki kemampuan lain seperti:

1. Think, critically, systematically;


2. Able to create, innovate;
3. Communicate affectivity;
4. Able to identify and formulate problem clearly;
5. View a problem in wider context.
PENYUSUNAN PROPOSISI DAN TEORI

Bila proposisi yang mengandung sifat abstraksi dan


idealisasi. Disusun menjadi suatu sistem deduksi
logis atau rangkaian sebab-akibat atau struktur yang
dihasilkannya disebut “teori”.
Dari struktur ini timbul dua arus konsekuensi :
1) teori dapat menjelaskan generalisasi empiris yang
diketahui;
2) teori dapat meramalkan generalisasi empiris yang
masih belum diketahui
APA ITU ILMU PENGETAHUAN

1. Ilmu pengetahuan sebagai upaya pencarian

2. Kebenaran ilmiah yang rasional


SIFAT DASAR TEORI ILMIAH

1. Ciri-ciri khusus teori ilmiah


Teori ilmiah merupakan (satu hipotesis yang)
menghubungkan satu jenis fakta-fakta (konsep,
variabel) tertentu dengan jenis fakta lain dalam
satu bentuk yang mempunyai hubungan kausal.

2. Tahap-tahap perkembangan teori ilmiah


Penelitian ilmiah berawal dalam suatu situasi
masalah dan berlangsung melalui tahap-tahap.

3. Konsep hasil abstraksi dan konsep hasil penalaran


ilmiah
.

Pembentukan Konsep,
Proposisi, penyusunan
proposisi

Wilayah Rasional
Logis

Wilayah Empiris

Pengukuran, ringkasan
Sampel dan perkiraan Penjabaran
parameneter Instrumen, Pembentukan
Skala, Penentuan Sampel

PENGAMATAN
SKEMA SISTIMATIKA TEORI
THEORY
PARADIGMA

GRAND THEORY
ILMU

MIDDLE THEORY TEORI

VARIABEL
APPLICATION THEORY

KONSEP
KONSEPSIONAL

PROPOSISI
GENERAL

TEORI
GRAND THEORY
PERTUKARAN

TEORI MIDLE RANGE


KONSUMEN/PRODUKSI THEORY

TEORI PERILAKU APPLIED THEORY


KONSUMEN/PRODUSEN

SPESIFIK
GENERAL

TEORI KONSTRUKSI
SOSIAL MEDIA GRAND THEORY
MASSA

TEORI AGENDA SETTING MIDLE RANGE


THEORY

TEORI DEPENDENSI APPLIED THEORY


EFEK KOMUNIKASI
MASSA

SPESIFIK
GENERAL

TEORI SIBERNETIKA/
GRAND THEORY
SISTEM AKSI

TEORI DIFUSI INOVASI MIDLE RANGE


THEORY

TEORI STIMULUS APPLIED THEORY


RESPONS

SPESIFIK
GENERAL

TEORI KRITIS MARX


GRAND THEORY

TEORI KRITIS HABERMAS MIDLE RANGE


THEORY

TEORI PREMMING APPLIED THEORY

SPESIFIK
GENERAL

TEORI KRITIS MARX


GRAND THEORY

TEORI KRITIS HABERMAS MIDLE RANGE


THEORY

TEORI WACANA KRITIS APPLIED THEORY

SPESIFIK
SKEMA SISTIMATIKA TEORI

THEORY
PARADIGMA

REALITAS IKLAN ILMU

PEMAKNAAN IKLAN TEORI

ADA PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP


PEMAKNAAN IKLAN TELEVISI VARIABEL

MAKNA CITRA IKLAN DIPENGARUHI TINGKAT


PENDIDIKAN PEMIRSA KONSEP

PEMIRSA MEMAKNAKAN CITRA IKLAN


BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN MEREKA PROPOSISI
MEASURABLE & HISTABLE
A B
Research
Problem Konsep

deductive
A1 B2
Major/ Conceptual
Hypothesis Konsep

Operasionalis

Minor/ Operational/
a b
Working Variabels
Hypothesis

Measurable & Histable


THEORY AS BRIDGE
Girders Rivets
(Propositions) (Concepts)

PROBLEM
IDEA

EARTH
(Ground of Empiricou
Support)
THEORITICAL UNDERSTANDING

TEORI/ FAKTA EMPIRIS/


PROPOSISI GENERALISASI EMPIRIS

INDUKTIF/
DEDUKTIF
ANALOGI

HIPOTESIS
STRUKTUR MODEL - TEORITIS

Model Tipologis
Ex : Model Adaptasi Individual
Diterima
Ditolak

Budaya

Individu Intruksi

Budaya

Diterima Ditolak
Diterima Konform Ritual
Intruksi
Ditolak Inovasi Penolakan
MODEL KONTINGENSI

Ex: Model Kausal - Efek

EFEK + -
+ a b
Cause
- c d

Model Asosiatif

X
Produktifitas

Umur Y
ANTESENDEN
Konvergen (Causal)
X1

X2
X3 Y1
Ex: X
n
Motivasi

Disiplin Produktivitas
Kerja
Pendidikan

Kesejahteraan
KONSEKUEN
x1
x2
Y1
x3
xn

Ex: Respon Terhadap Tugas

Pengetahuan Kemampuan mengatasi masalah


Kemampuan Menganalisis

Kemampuan evalusasi
SCEMATIC DIAGRAM OF THE THEORITICAL
FRAMEWORK

COMMUNICATION AMONG
COCKPIT MEMBERS

COMMUNICATION BETWEEN
GROUND CONTROL
AND COCKPIT
AIR-SAFETY
VIOLATIONS
DECENTRALIZATION

TRAINING OF COCKPIT CREW

INDEPENDENT VARIABLE DEPENDENT VARIABLE


STRUKTUR TEORI ILMIAH
Penjelasan dan ramalan

Teori ilmiah harus menjelaskan fakta-fakta yang


diamati sebagai konsekuensi-konsekuensinya yang
secara logis sudah semestinya.

Teori ilmiah melakukan forcasting


STRUKTUR ILMU

Proses perjalanan ke arah kebenaran itu sendiri


sudah merupakan kepuasan antara lain :

1. Sistem Ilmu
2. Perumusan Masalah
3. Persyaratan Masalah Keilmuan
4. Ciri-ciri lainnya dari Masalah Keilmuan
5. Pengamatan dan Deskripsi
6. Tinjauan Pustaka
7. Persepsi Mempengaruhi Penafsiran
8. Teknologi Menolong Pengamatan
9. Pengukuran
10. Penjelasan
11. Macam-macam Ramalan
12. Laporan Hasil Penalaahan Keilmuan
       
Format Penulisan Laporan
Penelitian Kualitatif III. METODE PENELITIAN
Obyek, informan dan Ruang Lingkup
- JUDUL Penelitian
Pendekatan
-          ABSTRAK Setting Penelitian
-          KATA PENGANTAR Unit Analisis
-          DAFTAR ISI Teknik Pengumpulan data
-          DAFTAR TABEL (kalau ada) Teknik Analisis Data
-          DAFTAR GAMBAR (kalau ada) Keabsahan Data/triangulasi
         
IV. ANALISIS TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
-         I. PENDAHULUAN
          V. PEMBAHASAN TEMUAN-TEMUAN HASIL
Latar Belakang Masalah PENELITIAN
Masalah Penelitian Implikasi teoritis
Tujuan Penelitian Kritik terhadap penelitian lain
Manfaat penelitian
        Proposisi
- II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI           KESIMPULAN
          DAFTAR KEPUSTAKAAN
          LAMPIRAN-LAMPIRAN (kalau ada)
          
- JUDUL
- ABSTRAK
-          KATA PENGANTAR
-          DAFTAR ISI
-          DAFTAR TABEL (kalau ada)
-          DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Permasalahan
Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan Penelitian
      
 

KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN


PUSTAKA

 METODE PENELITIAN
Pendekatan
Setting Penelitian
Unit Analisis
Teknik Pengumpulan data
Keabsahan Data
Teknik Analisis Data
      
 
 
- ANALISIS TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
-          PEMBAHASAN TEMUAN-TEMUAN HASIL
PENELITIAN
Implikasi teoritis
Kritik terhadap penelitian lain

-          KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA


-          DAFTAR KEPUSTAKAAN
-          LAMPIRAN-LAMPIRAN (kalau ada)
PENDAHULUAN

Judul Penelitian
adalah identitas karya
penelitian seseorang

Hal-hal Penting:
-Menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
-Jelas variabel-variabel penelitian yang akan di teliti/uji.

-Menjelaskan pengujian apa yang akan dilakukan

-Lugas, singkat, padat dan tidak ambigiu.

-Tidak menggunakan bahasa dan kata-kata yang menyinggung

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 87


PENDAHULUAN
 Latar Belakang Masalah: Menjelaskan urgensi
mengapa penelitian harus dilakukan.

 Dasain vs Dasollen
 Senyatanya vs Seharusnya
 Berteori
 Masalah-masalah umum penelitian
yang sesuai

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 88


PENDAHULUAN

Masalah Penelitian adalah research question yang


dipertanyakan dalam penelitian kali ini.
Dibuat dengan kalimat bertanya.
“Adakah pengaruh variabel X terhadap variabel Y”

Tujuan Penelitian adalah statmen tentang apa yang


dilakukan oleh peneliti.
Dibuat dengan kalimat pernyataan.
“Ingin memperoleh data tentang pengaruh variabel X
terhadap varibel Y”

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 89


PENDAHULUAN
Tinjauan Pustaka/Teori

+Mepping teori

+Penelitian terdahulu
+Teori yang digunakan (rasionalitas penggunaan teori),
kritik terhadap teori yang akan digunakan

+Kesimpulan Teoritik yang Digunakan

Hipotesis (kalau diperlukan); Hipo dan Tesa


- Ho: tidak ada pengaruh variabel X terhdp variabel Y
- H1: ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 90


METODE PENELITIAN

.Populasi (sasaran) Penelitian


Adalah keseluruhan wilayah penelitian
Karakter Populasi:
-Homogen
-Heterogen

Sampel (representatisi populasi)


Representatif; ukuran sampel, teknik sampling

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 91


METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian:

Alat ukur dan Pengukuran

Validity = keakuratan alat yang digunakan


Reliability = kesesuaian alat terhadap obyek yang diukur
Kesesuaian dengan masalah penelitian
Kesesuaian dengan alat analisis
Skala penelitian
Kritik metode
Uji Coba instrumen

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 92


METODE PENELITIAN

Sumber Data

Karakter sumber data


Tingkat kesulitan sumberdata
Kesesuain sumberdata dgn masalah dan skala penelitian

Kritik terhadap sumber data

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 93


METODE PENELITIAN

Macam Metode Pengumpulan data:

Observasi
Interview
Quesioner
Dokumentasi
Focus Group Discussion (FGD)
Analisis Isi
Dll.

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 94


METODE PENELITIAN

Metode Analisis Data

+Rancangan Analisis Data yang akan dilakukan


+Alat (rumus) analisis data dan alasannya (rasioning):
Kesesuaian dengan pengukuran (skala) yang dilakukan
+Kritik terhadap alat

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 95


ANALISIS DATA DAN LAPORAN
PENELITIAN

Rancangan Analisis Data

Bentuk Rancangan analisis


Pengujian statistik (pada laporan)
Kesimpulan statitistik (pada laporan)
Pengujian Hipotesis Ho (pada laporan)

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 96


ANALISIS DATA DAN LAPORAN PENELITIAN

Rancangan Pembahasan
Dibuat dalam bentuk
Diskusi Narasi terhadap:
(saat menulis laporan)

Hasil Penelitian
Penelitian orang lain
Teori yang digunakan (implikasi teoritik)
Pendapat-pendapat peneliti sendiri

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 97


LAPORAN PENELITIAN

Dibuat
setelah penelitian

03/30/23 Desain Penelitian Kuantitatif 98

Anda mungkin juga menyukai