Anda di halaman 1dari 3

Nama : Almyra Latiffah Haqque Nur Wiyanto

NIM : 14040122140162
Kelas. : 11
PENGANTAR FILSAFAT ILMU

SISTEMATIKA FILSAFAT
Filsafat tidak pernah lepas dari konteks kultural masyarakat tempat ia tumbuh dan
berkembang. Kesadaran baru bahwa akal manusia memiliki kekuatan yang luar biasa tajam
untuk membelah semua dogmatism dan kepercayaan palsu. Itulah kata kunci yang digenggam
oleh semua filsuf di sepanjang zaman.

Empat Pendekatan Filsafat


- Pendekatan Definisi : untuk melihat perbedaan antara filsafat, baik dari ilmu
pengetahuam maupun dengan teologi. Objek materi adalah apa yang menjadi bahan
kajian sedangkan Objek forma adalah sudut pandang yang digunakan untuk
mengkajinya. Ilmu pengetahuan hanya mengkaji sebatas gejala gejala yang tampak
dan berusaha menjelaskannya secara kausalistik, sedangkan teologi mengkaji semesta
supra-inderawi. Filsafat dapat didefinisikan sebagai upaya mencari atau memperoleh
jawaban dari berbagai pertanyaan lewat penalaran sistematis yang kritis, radikal,
refleksif, dan integral. ‘’Radikal’’ berasal dari akar kata radix yang berarti akar,
sehingga filsafat selalu menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji suatu objek
sehingga ke akar-akarnya.
Tujuan filsafat adalah untuk mencari kebenaran yang menyeluruh dan hakiki, maka
objek formanya berupa penalaran sistematis yang kritis, radikal, refleksif, dan
integral. Sedangkan objek materinya bjjmerupa universum: manusia (subjek) yang
didudukkan dalam konteks paling luar.
- Pendekatan Sistematis : Ontology- cabang filsafat yang berurusan dengan bentuk
particular ada seperti fisika,biologi,atau psikologi. Metafisika- cabang filsafat yang
mengkaji semesta supra-inderawi di balik gejala-gejala empiris. Wilayah nilai yang
terdiri dari dua disiplin filsafat, yakni Etika- cabang filsafat yang merefleksikan nilai-
nilai moral, dan Estetika- disiplin filsafat yang merefleksikan nilai nilai estetis.
- Pendekatan Melalui Tokoh Dan Aliran : Rene Descartes, Spinoza, dan Leibniz,
pengusung aliran rasionalisme, yang berpandangan bahwa semua pengetahuan
bersumber dari akal. David Hume, John Locke, Berkeley pengusung aliran
empirisme, yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Immanuel
Kant, pelopor aliran kritisisme, sebuah aliran yang pada dasarnya adalah kritik
terhadap rasionalisme maupun empirisme.
- Pendekatan Sejarah : sejarah filsafat dapat dibagi menjadi tiga periode : Yunani kuno,
skolastik, dan modern.

Tokoh tokoh filsafat manusia ; Pythagoras, Socrates, Plato, Aristoteles


Abad Pertengahan (300 – 1300 SM) : Para filsuf-rohaniawan seperti Thomas Aquinas
(1225 – 1274), dan St. Bonaventura (1212 – 1274) adalah rohaniawan – rohaniawan yang
hendak merekonsiliasi akal dan wahyu. Rasionalitas mengalami deotonomisasi dari posisinya
yang independen pada masa filsuf – filsuf Yunani.
Filsafat Modern (ABAD 17 – 19) : Fideisme- ketaatan buta pada iman. Semangat untuk
membebaskan manusia dari keterbelengguan teologis muncul pada masa yang dikenal dengan
Renaisans, istilah ‘’Renaisans’’ berarti kelahiran Kembali pemikiran filsafat yang otonom
dengan mempelajari kembali karya – karya klasik filsuf – filsuf Yunani Kuno, yang selama
ini ‘’disembunyikan’’ dan dimonopoli kalangan elit gereja. Banyak karya – karya ilmiah
yang berasal dari dunia islam yang kemudian dibawa ke Barat untuk dipelajari dan
dikembangkan. Renaisans yang kemudian diikuti oleh masa pencerahan (aufklarung) menjadi
titik tolak modernism dimana ilmu pengetahuan, filsafat, dan ideologi berkembang
sedemikian pesat. Otonomi manusia (antroposentris) menjadi roh zaman modern.
Rene Descartes (1596 – 1650), ia berjasa merehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang telah
sekian lama (lebih kurang 1000 tahun) menjadi hamba sahaya keimanan, diktumnya
berbunyi: cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada). Rasio adalah sumber satu satunya
bagi pengetahuan, kesan kesan inderawi dianggap sebagai ilusi yang hanya bisa diatasi oleh
kemampuan yang dimiliki rasio, yaitu rasionalisme. Empirisme, aliran filsafat yang
menyatakan bahwa pengetahuan hanya diperoleh dari pengalaman lewat pengamatan empiris,
bukan semata mata penalaran dedukasi. Filsuf Jerman bernama Immanuel Kant (1724 –
1804) yang berhasil membuat sintesa antara rasionalisme dengan empirisme. Kant
merupakan tokoh sentral zaman modern dengan pernyataannya yang cukup terkenal: Sapere
Aude! (berani berpikir sendiri).

EPISTEMOLOGI DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN : epistemology merupakan


cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan, khususnya empat pokok persoalan
pengetahuan seperti keabsahan, struktur, batas, dan sumber. Descartes misalnya, bisa dibilang
menganut ontology dualisme, karena ia membagi semesta menjadi dua substansi ontologis
yaitu res cogitans (kesadaran) dan res extensa (materi). Filsafat ilmu pengetahuan dan
epistemology tidak bisa dilepaskan satu sama lain, Persoalan keabsahan pengetahuan.
Keabsahan pengetahuan dibagi menjadi tiga teori kebenaran yaitu korespondensi, kohorensi,
dan pragmatis. Korespondensi mensyaratkan adanya keselarasan antara ide dengan semesta
luar, kebenarannya bersifat empiris-induktif. Kohorensi mensyaratkan keselarasan antara
pernyataan logis, kebenarannya bersifat formal-deduktif. Sedangkan pragmatis mensyaratkan
adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenarannya bersifat fungsional. Filsafat
ilmu pengetahuan berpijak pada teori korespondensi dimana kebenaran ilmu pengetahuan
adalah kebenaran ilmiah-empiris yang harus diperoleh melalui metode yang cukup ketat.

Filsafat, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan


Filsafat, dijelaskan menggunakan penalaran yang kritis, refleksif, dan integral. Dalam usaha
mencapai hakikat, banyak sekali metode yang digunakan dalam filsafat antara lain: metode
kritis, metode intuitif, metode geometris, metode fenomenologis, dan lain-lain. Ilmu
pengetahuan hanya mencoba menerangkan gejala gejala secara ilmiah, tujuannya bukan
mencapai hakikat yang paling besar dari semesta tapi hanya menjelaskan gejala gejala secara
relasional. Semua unsur didekati secara kritis dan mendasar oleh filsafat ilmu pengetahuan.
Selalu mengajukan pertanyaan pertanyaan yang amat mendasar terhadap ilmu pengetahuan
untuk membongkar asumsi asumsi yang sebelumnya diterima begitu saja. Filsafat ilmu
pengetahuan dapat disefinisikan sebagai ‘’cabang filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan
dari segi ciri ciri dan cara cara pemerolehannya.’’ Objek materi filsafat ilmu pengetahuan
adalah ilmu pengetahuan dan objek formanya adalah ciri ciri dan cara kerja ilmu
pengetahuan.

Pengetahuan Ilmiah Dan Pengetahuan Non-Ilmiah


Filsafat ilmu adalah ciri ciri ilmu pengetahuan. Menurut buku karangan Van Melsen (1982)
dalam bukunya ilmu pengetahuan dan tanggungjawab kita, ciri-ciri ilmu pengetahuan antara
lain: Metodis – adalah langkah langkah yang ketat dan sistematis. Tanpa pamrih –
melepaskan diri dari praandaian-praandaian. Universalitas – keberlakuan pada seluruh ruang
dan waktu. Objektivitas – dibimbing oleh objek penelitian dan tidak terdistorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif. Intersubjektifitas – kebenaran ilmu pengetahuan tidak
bersifat pribadi, melainkan harus disepakati oleh suatu komunitas ilmiah. Piramida ilmu yang
akan memperlihatkan bagaimana berlangsungnya proses menuju pengetahuan ilmiah yang
dikemas dalam suatu teori. Proses tersebut dibagi menjadi empat tahap: pertama,
pengetahuan kita harus bertolak dari pengalaman sehari-hari yang cukup luas dan
cenderung variatif. Kedua, semua yang kita peroleh melalui pengalaman sehari hari harus
mengalami paling tidak dua jenis pemurnian. Pertama, pemurnian dari pengalaman
perseptual sehari hari yang padat dan variatif untuk mendapatkan titik fokus melalui
observasi, pergeseran dari persepsi ke observasi adalah pergeseran dari mata telanjang ke alat
bantu. Kedua, pemurnian dari Bahasa sehari hari yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Ketiga, mencari keteraturan dalam gejala gejala dengan membentuk proposisi
kondisional p -> q untuk mendeskripsikan relasi kausalistik antara gejala gejala melalui
metode induksi. Hipotesa adalah proposisi menyangkut gejala gejala yang bersifat sementara
dan menunggu untuk dibuktikan. Keempat, apabila suatu proposisi memperoleh pembenaran
ilmiah melalui verifikasi ketat, maka kita dapat memperoleh hukum-hukum yang
menunjukkan keteraturan gejala-gejala. Kelima, tahap akhir dari proses ilmu pengetahuan
adalah pembentukan teori yakni seperangkat eksplanasi yang mencoba menggambarkan
bulat-lonjongnya dunia.

 Buku ini berisi dan menggambarkan tentang sistematika filsafat dengan lebih
terperinci, menjabarkan tentang empat pendekatan filsafat, menjelaskan tentang ilmu
pengetahuan filsafat serta pengetahuan ilmiah dan pengetahuan ilmiah sehingga
memudahkan pembaca dalam mencari informasi serta pengetahuan tentang filsafat itu
sendiri.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai