Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU

CARA KERJA ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT

Makalah

Dipersentasikan Untuk Memenuhi

Salah Satu Tugas Pada Mata KuliahFilsafat

Ilmu Program MagisterManajemen Pendidikan Islam

Oleh
NUR AFNI
NIM : 80300221039

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mempelajari filsafat ilmu, kita akan menemukan banyak hal yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Filsafat ilmu itu sendiri mempelajari tentang kajian ilmu dari

sudutpandang filsafat. Di dalam mempelajari filsafat ilmu kita akan menemukan salah satu

materi, yaitu cara kerja ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, saya akan membahas sedikit tentang
cara kerja ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara kerja ilmu pengetahuan ?

2. Bagaimana cara kerja Filsafat?

3.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara kerja ilmu pengetahuan

Gaston Bachelard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu produk

pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan

dunia luar. Atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan mengandung dua aspek, yaitu subjektif

dan objektif, sekaligus memerlukan kesamaan di antara keduanya. Oleh karena itu
sesungguhnya manusia tidak mungkin mengubah hukum-hukum pemikiran dengan

mengubah hukum-hukum alam semesta.Bachelard menengarai bahwa adanya dua aspek

tersebut subjektif dan objektif melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam

epistemologi.Pertama, pandangan rasionalisme yang memandang bahwa hukum alam itu

direfleksikan kedalam hukum-hukum pemikiran, lebih memihak pada sikap subjektif.Hal ini

dapat dikatakan senada dengan pernyataan Hegel yang berbunyi “semua yang rasional adalah

real”.Kedua, pandangan realisme universal yang memandang bahwa hukum-hukum

pemikiran secara mutlak mencontoh hukum-hukum pemikiran. Berikut cara kerja ilmu

pengetahuan.

1. Rasionalisme

Corak berpikir dengan melulu mengandalkan atau berdasarkan atas kemampuan

akal (rasio),dalam filsafat dikenal dengan nama aliran “rasionalisme”.Aliran filsafat

rasionalisme ini berpendapat,bahwa sumber pengetahuan yang memadahi dan dapat

dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuannyang diperoleh dari akallah yang

memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak,yaitu syarat yang

dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengalaman hanya dapat

dipakaiuntuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh oleh


akal.Menurut aliran ini akalmemerlukan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan

yang benar, karena akal dapat menurunkankebenaran itu dari dirinya sendiri.Metode yang

diterapkan oleh para filsuf rasionalisme ialah metodededuktif, seperti yang berlaku pada

ilmu pasti.

Secara ringkas dapatlah dikemukakan dua hal pokok yang merupakan ciri dari

setiapbentuk rasionalisme, yaitu,:a.Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang

hakiki itu secara langsung dapatdiperoleh dengan menggunakan akal sebagai

saranannya.b.Adanya suatu penjabaran secara logic atau deduksi yang


dimaksudkan untukmemberikan pembuktian seketat mungkinmengenai lain-lain segi

dari seluruh sisabidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai

kebenaran-kebenaranhakiki tersebut di atas.Tokoh-tokoh aliran fisafat rasionalisme ini

ialah Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Dariketiga tokoh ini yang dibicarakan dalam

rangka aliran ini adalah Descartes.Tokoh penting aliran filsafat rasionalisme adalah Rene

Descartes (1598-1650) yang jugaadalah pendiri filsafat modern. Ia pantas untuk

mendapatkan kedudukan itu dengan alasan,pertama, karena usaha untuk mencari

satu-satunya metode dalam seluruh penyelidikan manusia;kedua,karena dia

memperkenalkan dalam filsafat, terutama tentangpenelitian dan konsep dalamfilsafat

yang menjadi prinsip dasar dalam perkembangan filsafat modern. Metode

Descartesdimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun penelitian

filsafat, melainkansebagai metode penelitian rasional mana saja, sebab akal budi manusia

selalu sama.Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan

dari sikap kritik yangberkembang dalam pergolakan Renaissans, kebangkitan

budaya yang sekaligus membawa suatuskeptisisme terhadap dogma agama dan

praktek politik yang sampai saat itu menjamin ketahanan statusgereja dan negara.

Skeptisme ini meluas menjiwai Descartes yang dengan konsekuen meragukan

pengetahuan yang kita peroleh secara inderawi.Tetapi metode keraguan ini


akhirnya dapatmenumbangkan skeptisisme yang berkelanjutan (ekstrim), karena

menemukan suatu landasan kebenaranbaru.

2. Empirisisme
Para penganut aliran empirisisme dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para

penganut alirarasionalisme.Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut

rasionalisme yang berdasarkankepastian-kepastian yang bersifat a priori.Menurut

penganut empirisisme metode ilmu pengetahuan itubukanlah bersifat a priori, tetapi a

posteriori.Yang dimaksud dengan metode a posteriori ialah metodeyang bedasarkan atas

hal-hal yang dating atau trjadinya atau adanya kemudian.Aliran empirisisme pertama kali

berkembang di inggris pada abad ke-15 dengan Francis Baconsebagai pelopornya.Bacon

memperkenalkan metode eksperimen dalam penyelidikan atau penelitian.Menurut Bacon,

manusia melalui pengalaman dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum

relasiantara benda-benda.Ia juga memberikan sejumlah petunjuk agar seorang ilmuwan

berhati-hati terhadapidola-idola, yaitu:

a. idola tribus yaitu menarik kesimpulan secara terburu-buru

b. idola specus yaitumenarik kesimpulan sesuai dengan seleranya

c. idola fori yaitu menarik kesimpulan berdasarkanpendapat orang

banyak;

d. idola theatri yaitu menarik kesimpulan berdasar pendapat

ilmuwansebelumnya.

Filosof empiris lainnya adalah Thomas Hobbes, ia juga meyakini bahwa

pengenalan ataupengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya,

Jhon Locke lebih terdoronguntuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia,

kemudian menentukan fakta-fakta, mengujikepastian pengetahuan dan memeriksa batas-

batas pengetahuan manusia.


Paham empirisisme ini kemudian dikembangkan oleh David Hume (1611-1776),

ia menegaskanbahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah

pengalaman, dan ia sangatmenentang kaum rasionalisme yang berlandaskan pada

prisip a priori, yang bertitik tolak pada ide-idebawaan. Sumber pengetahuan adalah

pengamatan, melalui pengamatan ini manusia memperoleh duahal, yaitu: kesan-kesan

(impresion) dan pengertian-pengertian (ideas). Kesan-kesan (impresion)

adalahpengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, baik lahiriah maupun

batiniah.Kesan-kesan inimenampakkan diri dengan jelas hidup dan kuat terhadap


pengamat.Pengertian-pengertian (ideas)merupakan gambaran tentang pengamatan yang

redup, kabur atau samar-samar yang diperoleh denganmerenungkan kembali atau

merefleksikan dalam kesadaran kesan-kesan yang telah diterima melaluipengamatan

langsung.

Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan yang bersifat a priori

terdiri dari analitik,yakni proposisi yang predikatnya sudah tercakup dalam subjek.

Sebagai contoh, semua angsa itu putih,semua jejaka itu laki-laki, es itu dingin, linkaran

itu bulan, dan lain-lain. Dan pendapat ini merupakanciri khas pemikiran yang

bercorak rasionalistik.Sebaliknya ciri khas yang empiristik adalah aprosteriori,

dan proporsisinya adalah sintetik, yakni yang tak dapat diuji kebenarannya dengan

caramenganalisis pernyataan, tetapi harus diuji kebenarannya secara empiris. Misal:

rumah mahal, motorbaru, dan lain-lain.

3. Kritisisme

Filsafat Immanuel Kant, yang disebut dengan aliran filsafat kritisisme. Kritisisme

adalah sebuahteori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam

unsur dalam fisafat rasionalismedan filsafat empirisisme dalam suatu hubungan yang

seimbang, yang satu tidak terpisahkan dari yanglain. Menurut Kant pengetahuan

merupakan hasil terakhir yang diperoleh dengan adanya kerjasama diantara dua

komponen, yaitu di satu pihak merupakan bahan-bahan yang bersifat pengalaman


inderawi,dan di lain pihak cara mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian

rupa sehingga terdapatsuatu hubungan antara sebab dan akibatnya. Sesungguhnya relasi

anta sebab dan akibat tidaklah terdapatdi dalam dunia seperti yang terhampar di depan

kita yang adanya tidak tergantung pada kita, melainkanmerupakan bentuk-bentuk

penafsiran manusia yang gunanya ialah agar gejala-gejala yang begituberaneka

ragam yang kita hadapi, dapatlah dijadikan suatu yang dapat kita pahami dan kalau dapat

kitapergunakan untuk kepentingan kita.

Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan antara rasionalisme dan


empirisisme ini, Kantmengemukakan bahwa pengetahuan itu seharusnya sintetis a

priori.Yang dimaksud dengan pengetahuanyang sintetis a priori ini ialah pengetahuan

yang bersumber dari rasio dan empiri yang sekaligus bersifata priori dan a posteriori.Di

sini akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan serentak.SelanjutnyaKant

mengatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis.Pengetahuan inderawi

misalnyamerupakan sintetis hal-hal dari luar dan dari bentuk-bentuk ruang dan waktu di

dalam saya.Sedangkanpengetahuan akal merupakan sintetis dari data inderawi dan

sumbangan dari kategori-kategori.Dengan fisafat kritisnya Immanuel Kant telah

menunjukkan jasanya yang besar, karenaberdasarkan atas penglihatannya yang

begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi diantara subjek pengetahuan

dan objek pengetahuan.Ia telah memberikan pembetulan terhadap sikapberat sebelah

yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisisme. Sehingga ia

telahmembuka jalan bagi perkembangan filsafat di kemudian hari.

B. Cara kerja Filsafat

Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.Oleh karena itu setiapsaat ilmu

itu berubah mengikuti perkembangan jaman dan keadaan tanpameninggalkan

pengetahuan lama. Pengetahuan lama itu akan menjadi pijakanuntuk mencari

pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archi J.Bahm bahwa ilmu

pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatau yang selaluberubah.


Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah. Mengkaji

keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya. Mengkaji persamaan ilmu yang

satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan persamaan kedudukan masing-masing

ilmu.

Ciri – ciri dan cara kerja filsafat ilmu :

a. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.

b. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.

c. Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan
persamaan kedudukan masing-masing ilmu.

d. Mengkaji cara perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainnya.

e. Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakan.

f. Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap :

 cara pandang manusia

 hakikat manusia

 nilai-nilai yang dianut manusia

 tempat tinggal manusia

 sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya

 logika dengan matematika

 logika dan matematika dengan realitas yang ada


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cara kerja ilmu pengetahuan

a. Rasionalisme, Corak berpikir dengan melulu mengandalkan atau berdasarkan atas

kemampuan akal (rasio),dalam filsafat dikenal dengan nama aliran


“rasionalisme”.Aliran filsafat rasionalisme ini berpendapat,bahwa sumber

pengetahuan yang memadahi dan dapat dipercaya adalah akal (rasio).

b. Empirisisme, Para penganut aliran empirisisme dalam berfilsafat bertolak belakang

dengan para penganut alirarasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat

para penganut rasionalisme yang berdasarkankepastian-kepastian yang bersifat

a priori. Menurut penganut empirisisme metode ilmu pengetahuan itubukanlah

bersifat a priori, tetapi a posteriori.

c. Kritisisme, Filsafat Immanuel Kant, yang disebut dengan aliran filsafat kritisisme.

Kritisisme adalah sebuahteori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan

kedua macam unsur dalam fisafat rasionalismedan filsafat empirisisme dalam suatu

hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dari yanglain.

2. Cara kerja Filsafat, Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode

ilmiah, Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, Mengkaji

persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpamengabaikan

persamaan kedudukan masing-masing ilmu, Mengkaji cara perbedaan ilmu yang satu

dengan yang lainnya, Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakan, serta

Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah


DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/document/qo3o107q-contoh-makalah-filsafat-ilmu-

pengertian-tujuan-objek-filsafat.html

https://123dok.com/document/q2m07dpy-contoh-makalah-filsafat-ilmu-

pengetahuan.html

Anda mungkin juga menyukai