YOGYAKARTA
2018
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada abab ke-13, telah muncul sistem filsafat yang bisa dikatakan telah
tersebar secara meluas di negara-negara eropa. Sistem tersebut diajarkan disekolah-
sekolah dan perguruan tinggi. Kemudian pada abab ke-14 munculah aliran yang dapat
dinamai sebagai pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi dasar aliran baru ini
ialah kesadaran atas sesuatu yang individual dan kongkrit. Tak dapat dipungkiri,
zaman filsafat modern telah dimulai dalam era filsafat modern, dan kemudian
dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, yang kemudian munculah berbagai aliran
pemikiran yang diantaranya Rasionalisme dan Emperisme.
Berdasarkan hal di atas, melalui makalah ini penulis akan mencoba mengulas
serta menjelaskan perbedaan mendasar antara aliran rasionalisme dengan empirisme.
Selain itu,penulis akan memaparkan beberapa tokoh-tokoh yang berperan di dalam
masing-masing aliran tersebut seta menjelaskan permasalahan utama sebagai pemicu
pertentangan antara kedua paham atau aliran tersebut dan bagaimana penerapan kedua
paham tersebut dalam kehidupan manusia.
B. Rumusan makalah
1. Perbedaan mendasar antara rasionalisme dan empirisme
2. Tokoh- tokoh filusuf penganut paham rasionalisme dan empirisme
3. Penerapan paham rasionalisme dan empirisme dalam kehidupan manusia
C. Tujuan
1. Memahami perbedaan mendasar antara rasionalisme dan empirisme
2. Mengetahui tokoh- tokoh filusuf penganut paham rasionalisme dan empirisme
3. Mengetahui penerapan paham rasionalisme dan empirisme dalam masyarakat
BAB II
Pembahasan
A. Rasionalisme
B. Empirisme
Secara etimologis, empirisme berasal dari kata bahasa inggis empiricism dan
eksperience Kedua kata tersebut berasal dari akar kata bahasa yunani, yaitu έμπειρία
(empeiria) dan dari kata experietia yang mempunyai arti “berpengalaman dalam”,
“berkenalan dengan”, serta “terampil untuk” (bagus: 2002). Sedangkan menurut
(Lacey: 2000) berdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada
pengalaman yang menggunakan indera.
Sementara secara terminologis terdapat beberapa definisi, di antaranya ialah
doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman,
pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal.
Berdasarkan Rahmat, dkk (2011), aliran empirisme berpendapat bahwa
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman yang diperoleh dari indrawi.
Pengenalan tersebut dimunculkan oleh pemikir yang bernama Francois Bacon (1561-
1626). Pengetahuan yang diperoleh berasal dari pengalaman melalui proses
pengenalan indrawi. Pengenalan ini diyakini sebagai yang paling jelas dan sempurna.
Proses pengalaman yang diperoleh tersebut tidak lain akibat suatu objek yang
meranwgsang alat-alat indrawi yang dipahami di dalam otak sehingga terbentuklah
tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi
tersebut. Aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar
ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi akal dan
rasio sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran, empirisme memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Salah
seorang tokoh empirisme, tomas hubles (1588-1679) mengganggap bahwa manusia
itu hanya bersifat bendawi dan dapat dijelaskan seca mekanis ia bekerja selama
jantungnya bekerja dan darahnya mengalir. Maka gerak tubuh manusia terjadi karena
atmosfir bukan karena sesuatu yang lain di luar dirinya (tuhan) ( juhaya dalam
salamuddin: 2014).
Hubles juga menganggap bahwa pengalaman indrawi merupakan permulaan
segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain merupakan semacam perhitungan
saja, yaitu gabungan dari data-data indrawi yang sama, hanya saja dengan cara
berlainan.
Pengalaman menurut empirisme adalah totalitas pengamatan yang disimpan
dalam ingatan, atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai
dengan apa yang diamati pada masa lampau. Pengalaman idrawi terjadi karena
geraknya benda-benda diluar kita. Gerak itu diteruskan ke otak dan jantung sehingga
menimbulkan reaksi.
2. Tokoh-Tokoh empirisme
a. Francois Bacon (1561-1626)
tokoh ini beranggapan bahwa untuk menguasai kodrat alam berdasarkan
pada pengalaman. Pengetahuan mengenai sifat-sifat dari segala sesuatu
membutuhkan penyelidikan yang empiris. Selanjutnya, pengolahan hasil
dilakukan melalui metoda ekspermental atau induktif. F. Bacon menentang
dogma-dogma yang bersifat tradisional dan sangat mngutamakan akal manusia
untuk memperoleh kebenaran.
Contoh rasionalisme :
- ketika kita ingin mendapatkan nilai A dalam perkuliahan, maka tidak mungkin
kita dengan berdiam diri saja sudah dapat meraih ekspektasi tersebut, karena
rasionalnya kita harus melakukan usaha seperti belajar dengan keras dan
diimbangi dengan berdoa. Dengan begitu maka ekspektasi akan tidak mustahil
untuk diraih.
- karena terbukti membunuh, seorang dijebloskan ke penjara
Contoh empirisme:
- bagaimana kita mengetahui bahwa api itu panas? Seorang empirisme akan
berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri
dengan menyentuh api tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut
“panas”.
- dalam kehidupan pribadi, misalnya kita melakukan sesuatu dengan tujuan
tertentu dan ternyata apa yang kita lakukan tadi mengalami kegagalan atau
tidak berhasil. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi kita, agar saat kita akan
mencoba melakukan hal itu kembali, kita tidak akan gagal karena sebelumnya
kita sudah mengalami nya dan kita tidak akan jatuh dalam kesalahan yang
sama. Pengalaman menjadi bermanfaat saat pengalaman itu berisi
pembelajaran bagi seseorang
-“Bagaimana kita mengetahui garam itu asin?” Maka, seseorang empirisme
akan berpandangan bahwa garam itu asin karena memang dia mengalaminya
sendiri dengan merasakan atau mencicipi langsung garam tersebut dan
memperoleh pengalaman yang kita sebut “asin”
‘’Pada suatu hari ada berita, ketika Ahmad sedang mendaki gunung, ia berjalan di
pinggir jurang, kemudian terpeleset dan jatuh kejurang yang sangat dalam.
secara rasional manusia akan berpikir bahwa Ahmad meninggal atau terluka
parah disebabkan jatuh ke jurang yang sangat dalam, karena secara akal pikiran jika
orang terjatuh dari tempat tinngi pasti mati atau minimal terluka parah. Namun secara
empiris orang akan mengatakan Ahmad belum tentu mati dan terluka parah karena
belum ada bukti yang dihasilkan oleh indrawi, karena setelah dibuktikan, pada saat
Ahmad jatuh ia tersangkut disebuah pohon atau ternyata dalam jurang tersebut
terdapat genangan air yang cukup dalam.
Pada kasus lain misalnya, “ dari kejauhan, Andi sudah menafsirkan bahwa
pemuda yang memakai motor ninja biru tersebut adalah ikhsan karena kemarin ia
melihat iksan memiliki motor tersebut, namun hendro membantah, karena bukan
hanya iksan yang memiliki motor ninja biru dan ternyata itu bukan ihsan
Secara empiris andi melihat hanya secara indrawi dan dari pengalaman yang
ia dapatkan, namun hendro secara rasional menganggap bahwa yang memiliki motor
ninja biru bukan hanya iksan.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme
tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai
perangsang bagi akal atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan
oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui
metode deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes
meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri
atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber
pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari
pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme
menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang
empiris.
Perbedaan yang mendasar antara aliran rasionalisme dengan empirisme
terletak pada cara pikir sebagai pembentuk pengetahuan. Aliran rasionalisme
bertumpu pada akal. Aliran empirisme bertumpu pada pengalaman berdasarkan
indrawi. Beberapa tokoh yang berperan dalam aliran rasionalisme antara lain Plato,
Rene Descartes, Baruch Spinoza dan lain-lain. Beberapa tokoh yang berperan dalam
aliran empirisme antara lain Aristoteles, Francois Bacon, Thomas Hobbes, John
Locke, George Barkeley dan David Hume
Terdapat banyak contoh dan kasus rasionalisme dan empirisme yang bisa kita
temukan dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kedua hal tersebut hendaknya saling
melengkapi antara satu sama lain, karena manusia tdiidak hanya bisa mengandalkan
rasio yang ia miliki saja, walaupun rasio sangat penting bagi manusia, hendaknya
rasio tersebut dibuktikan dengan pengalaman indrawi atau empiris, dan begitupun
sebaliknya.
Titik temu antara kedua aliran tersebut berada pada cara pandang terhadap
teori ilmu yang dihasilkan. Gabungan kedua metoda pikir tersebut berkembang
hingga zaman ini yang disebut sebagai metode ilmiah.
Daftar pustaka
Edwards, P., (1967), The Encyclopedia of Philosophy Volume 7, New York, The
Macmillan Company & The Free Press, 1967.
Rahmat, Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.