Anda di halaman 1dari 12

RASIONALISME

FILSAFAT ILMU

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh : Kelompok 3


Nama Anggota :
1. Bara Mustika Ramadhan ( 211211117 )
2. Dian Sukmaningtyas ( 211211115 )
3. Fani Nur Auliya ( 211211114 )
4. Muhammad Hamas Yasin Basayev (211211113 )
5. Rizqi Aulia Budiani ( 211211116 )

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat

serta karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah pada mata

kuliah Filsafat Ilmu bab Rasionalisme.

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas awal semester 1

pada mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan kami sebagai penyusun maupun pembaca tentang

“Rasionalisme Filsafat Ilmu.”

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada … selaku dosen pengampu

mata kuliah Filsafat Ilmu. Berkat tugas yang diberikan, kami dapat menambah

wawasan tentang topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang

sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah

ini.

Kami menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan

banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan

ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-13 di Eropa sudah timbul sistem filsafat yang boleh disebut merupakan
keseluruhan. Sistem ini diajarkan disekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Dalam abab
ke-14 timbulah aliran yang dapat dinamai pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi
dasar aliran baru ini ialah kesadaran atas yang individual yang kongkrit. Tak dapat
dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan
kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran
pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme,
Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme. Dalam pembahasan kali ini yang
akan kami bahas adalah aliran Resionalisme 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Rasionalisme?


2. Bagaimana sejarah Rasionalisme?
3. Apa saja metode dalam Rasionalisme?
4. Bagaimana perkembangan Rasionalisme?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Rasionalisme.


2. Mengetahui sejarah Rasionalisme.
3. Mengetahui metode dalam Rasionalisme.
4. Mangetahui perkembangan Rasionalisme.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT RASIONALISME


Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa Inggris rationalism dan
kata ini berakar dari bahasa Latin yaitu ratio artinya “akal”. Kemudian secara
terminologis ialah aliran yang memiliki paham dan berpegang pada prinsip bahwa
akal merupakan sumber utama ilmu pengetahuan yang benar.
Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan
dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan
diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide
dengan ide. Rasionalis adalah para pemikir yang menekankan bahwa pikiran atau akal
adalah faktor yang pokok dalam pengetahuan kita. Dengan menekankan kekuatan
manusia untuk berpikir, mempertimbangkan, dengan apa yang diberikan oleh akal
kepada pengetahuan.
Dalam bentuknya yang kurang ekstrem, rasionalisme berpendirian bahwa
manusia mempunyai kekuatan untuk mengetahui, dengan pasti, tentang beberapa hal
mengenai alam, pengetahuan semacam itu tidak dapat diberikan oleh rasa yang ada
pada diri sendiri.
Dalam bentukya yang lebih ekstrem, rasionalisme berpendirian bahwa kita
dapat mencapai suatu pengetahuan yang tidak dapat disangkal, tanpa pemgalaman
indrawi. Selanjutnya, seorang rasionalis yang radikal, memberi wawasan bahwa
hukum – hukum yang diungkapkan oleh akal adalah prinsip – prinsip pokok pada
umumnya, contohnya prinsip logika matematika yang berasal dari akal dan bukan dari
indra.

2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN RASIONALISME


Rasio adalah pemikiran menurut akal yang sehat. Rasio adalah noun hubungan
taraf atau bilangan antara dua hal yang mirip; perbandingan antara berbagai gejala
yang dapat dinyatakan dengan angka. 3 Rasionalis adalah orang yang menganut
paham rasionalisme. Rasionalisme adalah teori atau paham yang menganggap bahwa
pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem
(kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra; paham yang lebih mengutamakan
(kemampuan) akal dari pada emosi, batin dan sebagainya 4 Rasionalisme adalah
aliran filsafat ilmu yang berpandangan bahwa otoritas rasio (akal) adalah sumber dari
segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada
intelektualitas. Jadi strategi pengembangan ilmu menurut paham rasionalisme adalah
mengekplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan kemampuan intelektual
manusia. perintis awal aliran rasionalisme ialah Heraclitus, yang meyakini akal
melebihi pancaindera sebagai sumber ilmu. Menurut beliau akal manusia boleh
berhubung dengan akal ketuhanan yang memancarkan sinaran cahaya tuhan dalam
diri manusia. Thales menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya . Ini dilanjutkan
dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan tokohtokoh penentangnya (Socrates,
Plato dan Aristoteles). Pada zaman pertengahan rasionalisme Yunani berkembang di
tangan tokoh-tokoh Socrates, Plato dan Aristoteles. Rasionalisme mencapai zaman
kepuncaknya pada zaman Aristoteles yang berusaha menangkis serangan pemikiran
tersebut, Aristoteles telah memperkenalkan rasionalisme dengan menyusun kaedah
ilmu logika secara sistematik dalam karyanya yang terkenal yaitu Organaon.5
Kemudian dilanjutkan oleh salah satu tokoh filosuf Modern ialah Rene Descartes
(1596-1650) Latar belakang munculnya rasionalisme adalah, keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik; skolastik adalah kata
sifat yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi, skolastik yang berarti
aliran yang berkaitan dengan sekolah, perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu
menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles
dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalankhayalan. Descartes
menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran
pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, cogito ergo sum (saya berpikir
maka saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.
Perkembangan rasionalisme selanjutnya berlangsung dari pertengahan abad
XVII sampai akhir abad ke- XVIII. Pada masa ini, hal yang khusus bagi ilmu
pengetahuan adalah penggunaan akal budi (rasio) secara ekslusif untuk menemukan
kebenaran. Terbukti, pengguaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, bahkan
memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan
yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Rasionalisme pada abad-abad berikutnya sangat
berkembang dan mengharukan, karena orang±orang yang terpelajar makin percaya
pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia. Terbukti
pada bagian kedua abad ke-XVII , dan lebih lagi pada abad ke ±XVIII dengan adanya
pandangan baru terhadap dunia, yang dijelaskan oleh Isaac Newtown.(1643-1727).
Menurut bagian-bagian kecil (atom) yang berhubungan satu sama lain berdasarkan
hukum . Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang
mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu
pengetahuan. Berdasarkan kekuatan dan keyakinan akan kekuasaan akal budi, lambat
laun, orang-orang pada abad itu berpandangan dalam kegelapan Dan ketika itu
mereka mampu meningkatkan penerangan bagi manusia dan mayarakat modern yang
telah lama dirindukan pada abad ke XVIII, maka abad ini disebut Aufklarung
(pencerahan).
Rasioalisme berpandangan bahwa akal merupakan factor fundamental dalam
suatu pengetahuan. Dan menurut rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat
menguji kebenaran peristiwa yang tak terhingga dalam kejadian alam ini dan tidak
mungkin dapat diobservasi. Rasionalime tidak mengingkari kegunaan indra dalam
memperoleh pengetahuan. Selain itu kegunaan indra untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akal juga dapat
menghasilkan pengetahuan tanpa didasari bahan dari indra sama sekali. Jadi, akal juga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang hal-hal yang abstrak. 6 Secara etimologis
Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata
bahasa Latin ratio menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme
adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi
pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme telah menguasai tamadun Yunani
sehinggalah kepada zaman Helenisme. Di antara aliran modern yang berpaksi kepada
rasioanalisme ialah aliran idealisme yang dipelopori oleh Spinoza (1632-1677) dan
Leibniz (1646-1716). Tokoh lain yang mengembangkan rasionalisme ialah Descartes
(1596-1716). Edward de Bono dalam bukunya, Thinking Course menyatakan bahawa
logik ialah satu cara menjana maklumat dari pada sesuatu keadaan. Maklumat yang
hendak dijana ialah sesuatu yang benar dan diterima akal. Kebiasaannya, tokoh-tokoh
yang mengembangkan rasionalisme mereka digelar sebagai seorang idealis.
Dalam aliran rasionalisme perkembangan manusia itu diperoleh dari akal
manusia itu sendiri sebagai dasar kepastian pengetahuan. Alat indera yang
dipergunakan manusia akan merangsang dan menangkap suatu pengetahuan yang
dimilikinya sehingga dapat direspon oleh akal mereka yang akan menghasilkan suatu
perkembangan yang baik terhadap perkembangan mereka sendiri. Jadi dengan akal
yang dibantu oleh panca indera, manusia dapat menghasilkan suatu pengetahuan
dengan benar. Rasionalisme merupakan tesa dari abad sebelumnya (abad teologis, ke-
17), kemudian antitesa dari abad pertengahan; dan sekaligus lahirnya humanisme
karena timbul kekurang puasan terhadap paham gereja. Rasionalisme merupakan
aliran kedua dalam alam pikiran modern yang paling menonjol setelah empirisme.
Rasionalisme dapat dikatakan suatu dasar kebenaran karena rasionalisme diambil dari
kata rasio yang berarti benar. Kebenaran ini menekankan pada akal budi atau rasio.
Manusia menggunakan akalnya untuk berfikir dan menangkap suatu pengetahuan
yang ada. Aliran ini meyakini akan adanya kebenaran dari akal manusia dan tak
mungkin kebenaran itu didasarkan pada suatu kebohongan, karena yang menjalankan
adalah akal dan akal merupakan suatu ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia
dan tak mungkin adanya suatu kebohongan. Dalam bidang filsafat, rasionalisme
adalah lawan dari empirisme dan sering digunakan dalam menyusun teori
pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme
dianggap sering menyesatkan.

2.3 METODE – METODE RASIONALISME


Agar filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbaharui, kita memerlukan
metode yang baik, demikian pendapat Descartes (tokoh utama rasionalisme). Hal ini
mengingat bahwa terjadinya kesimpangsiuran dan ketidak pastian dalam pemikiran
filsafat disebabkan oleh karena tidak adanya suatu metode yang mapan, sebagai
pangkal tolak yang sama bagi berdirinya suatu filsafat yang kokoh dan pasti. Ia sudah
menemukan metode yang dicarinya, yaitu dengan menyangsikan segala-galanya, atau
keragu-raguan.
Kemudian, ia menjelaskan, untuk mendapatkan hasil yang sahih dari
metode yang hendak dicanangkannya, ia menjelaskan perlunya 4 hal, yaitu:
1. Tidak menerima sesuatu pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat
bahwa hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu
keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu atau sebanyak mungkin
bagian, sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbangkanlah pikiran dengan teratur, dangan mulai dari hal yang
sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampaipada
yang paling sulit dan kompleks.
4. Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus
dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta
pertimbanganpertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yakin tidak
ada satu pun yang diabaikan dalam penjelajahan itu

2.4 PEMIKIRAN RASIONALISME MENURUT PARA TOKOH


1.) Gottfried Wilhelm Leibniz
Berikut ini adalah salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Leibniz : 
 Pemikiran Leibniz tentang Keburukan atau kejahatan Leibniz
membuat suatu perbedaan tentang arti keburukan antara lain:
1. Keburukan metafisik misalnya bencana alam, keburukan ini sudah ada
dengan sendirinya termuat dalam pengertian “alam ciptaan” jika alam
ciptaan ini sempurna.
2. Keburukan fisik misalnya penyakit, penderitaan. Apabila dilihat dari
perspektif yang lebih luas keburukan seperti ada manfaatnya,misalnya
agar kita lebih berhati-hati dalam memperbaiki diri kita.
3. Keburukan Moral ini adalah dosa atau kejahatan dalam arti
sesungguhnya, bahwa adanya kejahatan merupakan akibat langsung
dari kebebasan manusia yang disalah gunakan. Allah tidak
menghendaki kejahatan namun Ia memberikan dosa atau kejahatan
agar manusia tetap bebas.
Jiwa adalah abadi sehingga berpegang teguh pada keadilan
Tuhan yang mutlak sesudah mati. Dari semua dunia Tuhan telah
menciptakan yang paling baik. Dunia merupakan suatu hasil maksimal,
semua kemungkinan lain itu lebih jelek.

1) Blaise Pascal
Berikut adalah pemikiran Blaise Pascal :
o Le Couer
Le couer a ses raison ne connait point (Hati mempunyai alasan-
alasan yang tidak dimengerti oleh rasio) adalah ungkapan Pascal yang
sangat terkenal. Dengan pernyataan ini Pascal tidak bermaksud
menunjukkan bahwa rasio dan hati itu bertentangan. Hanya saja
menurut Pascal, rasio atau akal manusia tidak akan sanggup untuk
memahami semua hal. Baginya "hati" (Le couer) manusia adalah jauh
lebih penting. Hati yang dimaksudkan oleh Paskal tidak semata-mata
berarti emosi. Hati adalah pusat dari segala aktivitas jiwa manusia
yang mampu menangkap sesuatu secara spontan dan intuitif. Rasio
manusia hanya mampu membuat manusia memahami kebenaran-
kebenaran matematis dan ilmu alam. Dengan memakai hati, manusia
akan mampu memahami apa yang lebih jauh daripada itu yakni
pengetahuan tentang Allah. Kebenaran tidak hanya diketahui oleh akal
saja tetapi juga dengan hati, bahkan menurut Paskal untuk dapat
mengenal Allah secara langsung manusia harus menggunakan hatinya.
Dengan demikian Paskal hendak menegaskan bahwa rasio manusia itu
memiliki batas sedangkan iman yang tidak terbatas.
 Le Pari
Le Pari atau "Pertaruhan" adalah argumen Paskal lainnya yang
terkenal. Gagasan ini terkait dengan persoalan mengenai ada tidaknya
Allah dalam sejarah filsafat. Ada orang-orang skeptik yang kerap kali
mencemooh orang-orang Kristen yang percaya bahwa Allah itu ada
sementara mereka sendiri tidak dapat membuktikan secara rasional
bahwa Allah itu tidak ada. Ia kemudian membuat sebuah pertaruhan
mengenai ada atau tidaknya Allah. Dalam hal ini Paskal mengambil
posisi sebagai orang yang percaya akan adanya Allah. Alasannya, bila
ternyata Allah memang ada, orang-orang yang percaya kepada Allah
akan menang dan hidup berbahagia bersama Allah yang diimani di
surgakelak. Sementara bila ternyata Allah memang tidak ada dan
orang-orang percaya kalah maka mereka tidak 4 akan menderita
kerugian apapun. Hidup baik yang telah mereka jalani selama berada
di dunia sudah merupakan keutamaan yang membuat kehidupan
mereka dan orang lain bahagia.
2) Christian Wolff (1679-1754)

Christian Wolff adalah seorang filsuf Jerman yang berpengaruh


besar dalam gerakan rasionalisme sekular di Jerman pada awal abad
ke-18. Meskipun Wolff berasal dari keluarga Lutheran, namun
pendidikannya di sekolah Katolik membuatnya mengenal
pemikiran Aquinas dan Suárez. Studinya di Leipzig membuat Wolff
berkenalan dengan pemikiran Leibniz dan sempat berkirim surat
dengan filsuf tersebut. Pada tahun 1706, Wolff
mengajar matematika di Halle dan pada tahun 1709, ia mulai mengajar
filsafat. Ia meninggal pada tahun 1754.
Pemikiran Wolff pada dasarnya merupakan pengembangan dari
filsafat Leibniz dengan menerapkannya terhadap segala bidang ilmu
pengetahuan. Ia mengupayakan supaya filsafat menjadi ilmu
pengetahuan yang pasti. Untuk itu, filsafat harus disertai dengan
pengertian-pengertian yang jelas dan bukti-bukti yang kuat. Suatu
sistem filsafat haruslah berisi gagasan-gagasan yang jelas dan
penguraian yang baik. Wolff berjasa dalam membuat filsafat menarik
perhatian masyarakat umum.
Wolff lebih dikenal sebagai pembela setia ajaran-ajaran
Leibnitz, namun disamping itu juga cukup gigih mengembangkan
logika-matematika system filsafat yang terkait dengan berbagai
lapangan pengetahuan dengan menggunakan sarana metode deduktif
seperti yang dipakai dalam matematik. Wolff menjelaskan pokok-
pokok pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan itu sebagai
berikut :

1. Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita dapat


menemukan sifat yang benar dari alam semesta.
2. Pengetahuan kemanusian terdiri atas ilmu-ilmu murni dan
filsafat praktis.
3. Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan
produk metode berpikir deduktif.
4. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum
berpikir.
5.  Jiwa manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga,
yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rasionalisme adalah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan menetes pengetahuan.
Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam
mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan dengan cara berpikir.
Alat dalam berpikir itu adalah kaidah-kaidah logis atau aturan-aturan logika.
Adapun Beberapa Pemikiran para Tokoh Rasionalisme yaitu sebagai berikut :
1.) Rene Descartes (1596-1650), yaitu, sumber pengetahuan yang dapat
dipercayai adalah akal.
2.) Baruch De Spinoza (1632-1677), yaitu sebuah idea berhubungan dengan
ideatum atau obyek dan kesesuaian antara idea dan ideatuminilah yang
disebut dengan kebenaran.
3.) Leibniz (1.646-1716 M), Pemikiran Leibniz yang terkenal adalah
monadologinya, dia berpendapat bahwa banyak sekali subtansi yang terdapat
di dunia ini, yang disebutnya “monad” (monos:satu, monad: satu unit)
DAFTAR PUSTAKA

Zaprulkhan. 2 015. Sebuah Analisis Kontemporer Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali


Pers.

Vera. Susanti. R. Yuli. A. Hambali. 2021. “Aliran Rasionalisme dan Empirisme


dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan”. Diakses dari https://journal.uinsgd.ac.id pada 23
September 2021.

https://media.neliti.com/media/publications/163158-ID-rasionalis-dan-rasionalisme-
dalam-perspe.pdf
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/leibniz-tokoh-filasafat-abad-
modern/
http://maharaniizzatin.blogspot.com/2010/01/tokoh-filsafat-rasionalisme-blaise.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/blaise-pascal-idealism-theist/
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/pemikiran-christian-wolff-auguste-
comte.html
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/pemikiran-christian-wolff-auguste-
comte.html

Anda mungkin juga menyukai