Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sering mendengar bahwa filsafat adalah induk dari ilmu
pengetahuan.Sebagi induk dari ilmu pengetahuan tentunya filasafat
merupakan titik awal dari perkembangan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan
yang sedang berkembang pesat pada saat ini.Sejarah yang panjang mewarnai
perkembangan filsafat yang dimulai dari zaman klasik, zaman pertengahan
dan zaman modern hingga sekarang ini. Berbagai tokoh-tokoh filsafat barat
menuangkan hasil pemikiran mereka demi kemajuan ilmu pengetahuan.Lantas
bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat barat dari zaman klasik sampai
zaman moderen. Inilah yang akan dibahas di dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu filsafat modern
2. Zaman moderen

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari pada makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara cara
orang berfikir, dan apa saja sejarah sejarah

1
BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan filsafat moderen


pemikiran filsafat mulai berkembang sekitar awal abad 6 sebelum
masehi.Yang dimaksud dengan pemikiran filsafat, bukan hanya filsafat dalam arti
sempit,tetapi pemikiran filsafat pada umumnya. sampai pada masa modern.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi
ini didasarkan atascorak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah
zaman Yunani Kuno,ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah
ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai
ikhtiar guna menemukan asal mula(arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
gejala-gejala. Para filosof pada masaini mempertanyakan asal usul alam semesta
dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut
kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan,ciri pemikiran filsafat pada
zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa inimemakai pemikiran
filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani,akibatnya
perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala
oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran
filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagisejarah
pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, parafilosof
zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak
filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris.

1. Perkembangan Filsafat Modern Pada Masa Renaissance


Filsafat Barat modern memiliki corak yang berbeda dengan filsafat
Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan
politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan
mutlak dipegang olehGereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman
Modern otoritas kekuasaan ituterletak pada kemampuan akal manusia itu
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan

2
manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal.
Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya sertaRaja
dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah
Abadi Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya
teks menjadi tema sentral diskusi filsafat.koheren dan sistematis yang tampil
dalam bentuk metafisika atau ontologi. Oleh pemikiran pertengahan
kenyataan dilukiskan sebagai sebuah tatanan sistematis yang hirarkial:mulai
dari kenyataan yang tertinggi sampai yang terendah, dari yang abstrak sampai
yang konkrit. Pemikiran modern lalu dapat dipahami sebagai suatu
pemborontakan terhadap alam pikir abad pertengahan itu. Sejarah filsafat
modern, lalu, bisa dilukiskan sebagaipemberontakan intelektual terus
menerus terhadap metafisika tradisional. Dari pemborontakan itu, cara
berfikir filosofis yang mendasarkan diri pada rasio menjadiotonom
dari pemikiran atas dasar iman yang dikenal sebagai “teologo” pemisahan
filsafatdari teologi berlanjut pada abas ke-18 dan 19 menjadi pemisahan ilmu
pengetahuan darifilsafat Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk
menentang pola pemikiran abadpertengahan yang dogmatis,sehingga
melahirkan suatu perubahan revolusioner dalampemikiran manusia dan
membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans
terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam
berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal
rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebasdan
berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri,
tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia
berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas
kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan
dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Reposisi
Pengetahuan Dalam Filsafat Aliran Rasionalisme Dan Emper

A. Filsafat Rasionalisme
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism.
Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Rasionalisme

3
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris,
maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara
berpikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah
logika. Dalam aliran rasionalisme ada dua macam bidang, yaitu bidang agama dan
bidang filsafat. Dalam bidang agama, rasionalisme adalah lawan autoritas, dan
biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sementara, dalam bidang
filsafat, rasionalisme adalah lawan empirisme dan terutama berguna sebagai teori
pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa
sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal, contohnya
logika dan matematika.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut
sebagai bapak filsafat modern. Beliau merupakan ahli ilmu alam, ilmu hukum,
dan ilmu kedokteran. Beliau mengatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu,
tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang
berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Beliau juga berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang
diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh semua ilmu
pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode
deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.
Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastik), yang pernah
diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan
yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih
dipengaruhi oleh khayalan-khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru
dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan
dalam keragu-raguan, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya
bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian Adapun kelemahan aliran
filsafat rasionalisme antara lain:
- Doktrin-doktrin filsafat rasionalisme cenderung mementingkan subjek
daripada objek, sehingga rasionalisme hanya berfikir yang keluar dari akal

4
budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara
peka.
- Cara memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan
tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru
dengan sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem
filosofis yang subjektif tersebut.
Sedangkan kelebihan aliran filsafat rasionalisme antara lain:
- Mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.
Contoh: matematika, astronomi, biologi disusun berdasarkan logika.
- Dengan menalar, manusia mampu menjelaskan pemahaman yang rumit dan
bersifat abstrak.
- Kebenaran diperoleh dari sebab-sebab yang menyatakannya benar.
- Rasionalisme memberikan kerangka berfikir yang koheren dan logis.
- Memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Tokoh-tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya


1. Rene Deskartes (1596-1650 M)
Rene Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650.
Karyanya yang paling terkenal adalah caurs deia methode (1537) dan
meditations (1642) berisi tentang metode cogito descartes, atau metode catigo
saja. Beliau mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja,
bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal), maka untuk meyakinkan orang
bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang sangat
terkenal.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan segala
sesuatu yang dapat diragukan. Di dalam mimpi seolah-olah seorang
mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi
(juga) begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan gaib.
Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-
rasanya seperti bukan mimpi. Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan
kejadian dengan roh halus itu, bila di lihat dari posisi kita, itu tidak ada. Akan

5
tetapi benda-benda itu sunguh-sunguh ada bila di lihat dari posisi kita dalam
mimpi, halusinasi, ilusi dan roh halus.
2. Spinoza (1632-1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M.
Nama aslinya banich spinoza. Setelah mengucilkan dirinya dari agama
Yahudi, beliau mengubah namanya menjadi benedictus de spinoza, dan
kemudian memutuskan untuk hidup dipinggiran kota. Dalam geometri,
Spinoza memulai dengan meletakkan definisi- definisi. Berikut beberapa
contoh definisi yang digunakan dalam membuat kesimpulan-kesimpulan
dalam metafisika, (Solomon : 73)
 Sesuatu yang sebabnya pada dirinya, saya maksudkan esensinya
mengandung eksistensi, atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai
adanya.
 Sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain,
misalnya tubuh kita terbatas, yang membatasinya ialah besarnya tubuh
kita itu.
 Substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipaham melalui
dirinya, konsep dapat dibentuk tentangnya bebas dari yang lain.
 Yang saya maksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang dapat dipahami
sebagai melekat pada esensi substansi.
 Yang saya maksud mede ialah perubahan-perubahan pada substansi.
 Tuhan yang saya maksud ialah sesuatu yang terbatas secara absolut
(mutlak), sesuatu saya sebut disebabkan oleh yang lain, dan tindakan
ditentukan olehnya sendiri.
 Yang saya maksud dengan kekekalan (etermity) ialah sifat pada
aksistensi itu tadi.
Spinosa berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka
adanya itu haruslah abadi sama halnya dengan tatkala ia berbicara dalam
astronomi, definisi selalu di ikuti oleh aksioma. Aksioma ialah jarak
terdekat antara dua titik ialah garis lurus. Berikut aksioma-aksioma yang
dipasangnya dalam metafisika:

6
 Segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu
yang lain.
 Sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus di
pahami melalui dirinya sendiri.
 Dari suatu sebab tentu di ikuti, bila tidak ada sebab tidak mungkin ada
akibat yang mengikutinya.
 Pengetahuan kita tentang akibat di tentukan oleh pengetahuan kita
tentang sebab.
 Sesuatu yang tidak bisa di kenal umum, tidak akan dapat di pahami
konsep sesuatu yang tidak melibatkan konsep tentang yang lain.
 Ide yang benar harus sesuai dengan objeknya.
 Bila sesuatu dapat di pahami sebagai tidak adanya maka esensinya tidak
ada.
3. Lleibniz (1646-1716 M)
Gotifried Willheim Von Lleibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada
tahun 1716. Beliau merupakan filosofi Jerman, matematikawan, menjadi
atasan, dan juga pembantu pejabat tinggi negara. Pusat metafisikanya adalah
ide tentang substansi yang di kembangkan dalam konsep monad.

Sama seperti pemikiran Spinoza, metafisika Lleibniz memusatkan perhatian


pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhnya
bergantung pada sebab, sementara substansi pada Lleibniz adalah tujuan.
Penentuan prinsip filsafat Lleibniz ialah prinsip akan yang mencukupi, yang
secara sederhana dapat di rumuskan sesuatu harus mempunyai masalah
bahkan Tuhan harus mempunyai masalah untuk setiap yang di ciptaan-Nya.
Sementara Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Lleibniz
berpendapat bahwa substansi itu monad, setiap monad berbeda satu dengan
yang lain dan Tuhan (sesuatu yang super monad dan satu-satunya monad
yang tidak di cipta) adalah pencipta monad-monad itu. Pemikiran beliau
tentang monad selanjutnya ditulis pada tahun 1714 dalam sebuah karya yang
di beri judul monadology. Berikut isi-isi dari monad yang beliau tulis:

7
 Monad yang kita bicarakan di sini adalah substansi yang sederhana,
yang selnjutnya menyusun sesuatu yang sederhana, dan selanjutnya
menyusun substansi yang lebih besar.
 Harus ada substansi yang sederhana karena susunan tidak lain dari suatu
koleksi substansi sederhana.
Satu substansi sederhana ialah substansi yang kecil yang tidak
dapat di bagi. Adapun substansi yang berupa susunan (compositas)
ialah substansi yang besar dan jenisnya dapat di bagi. Akan tetapi, ada
kesulitan di sini. Bila simple sub stance (monad) itu terletak dalam
ruang, maka akibatnya pasti dapat di bagi. Oleh karena itu, Lleibniz
menyatakan bahwa semua monad itu haruslah material dan tidak
mempunyai ukuran,tidak dapat di bagi.
 Sekarang, apa pun yang tidak mempunyai bagian – bagian tentulah
tidak dapat di bagi. Monad pada sifatnya dan kenyataannya adalah
unsur segala sesuatu.
 Kerusakan, karena itu, tindakan menjadi pada substansi itunya, karena
tidak dapat di bagi karena immaterial itu.
 Dengan cara yang sama tidak ada jalan untuk memahami simple
substansi itu di cipta (come into exintence) karena monad itu tidak dapat
di bentuk dengan menyusun.
 Kita hanya dapat menatakan sekarang bahwa peniadaan, yang tersusun
mempunyai permulaan dan berakhir melalui peniadaan. Yang terusan
mempunyai permulaan dan berakhir secara berangsur.
 Monad tidak mempunyai kualitas, karenanya mestinya tidak akan
pernah ada.
 Setiap monad harus di keadaan satu dengan lainnya, karena tidak
pernah ada isi alam yang sama sekalipun kita tidak dapat mengetahui
perbedaan itu.
 Tidak ada jalan masuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat
perubahan dalam dirinya sendiri oleh sesuatu di luarnya, karena tidak
ada kemungkinan suatu yang masuk ke dalamnya.

8
B. Filsafat Empirisme
Latar belakang munculnya empirisme adalah awal muasal timbulnya aliran ini
bermula dari penolakan atas dominasi logika cartesian di daratan Eropa saat
itu. Di samping itu, gelora renaissance di daratan Eropa menginspirasi dataran
Britania Raya sampai ada istilah sendiri yaitu enlightment. Kata ini berasal
dari bahasa yunani emoeiria, empeiros (berarti berpengalaman dalam,
berkenalan dengan, terampil untuk). Empirisme adalah suatu aliran dalam
filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Berbeda dengan anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat bahwa indera atau
pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber primer dari
pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan
yang paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori
empirisme adalah pengalaman dan penginderaan inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam
pikiran yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna
bahwa:
1. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman.
2. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang dialami.
3. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
4. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan
daripengalaman inderawi.
Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui
indera. Indera memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian
kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi
pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penyusunan
dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.
Adapun kelemahan aliran filsafat empirisme antara lain:
1. Indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil?
Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini melaporkan bahwa tidak
sebagaimana adanya, dari sini akan membentuk pengetahuan yang salah.

9
2. Indera menipu. Pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas
dirasakan dingin. Ini juga akan menimbulkan pengetahuan yang empiris.
3. Objek yang menipu contohnya ilusi.
4. Berasal dari indera atau objek sekaligus. Yang mana mata (indera
penglihatan) tidak dapat melihat keseluruhan seekor kerbau tersebut, dan
seekor kerbau tersebut juga tidak dapat memperlihatkan seluruh anggota
badannya. Andaikan saja ketika kita melihatnya dari depan, kita hanya
dapat melihat kepalanya saja yang mana kita tidak akan melihat ekornya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa aliran ini lemah karena keterbatasan
indera atau objek tersebut. Maka dari itu aliran empirisme sangatlah
bertentangan dengan aliran rasionalisme
Sedangkan kelebihan aliran filsafat empirisme antara lain:
1. Mengedepankan fakta-fakta yang dapat diterima indera sehingga praktis
digunakan untuk mencari kebenaran.
2. Informasi dapat diperoleh dengan cepat melalui indera.
3. Dalam metod eilmiah, empiris sangat berguna dalam pengumpulan data
atau pencarian bukti-bukti awal, sehingga empiris membentuk kerangka
pengujian dalam mencari kebenaran.
4. Empiris adalah cara pertama munculnya pengetahuan tertentu.

Tokoh-tokoh Empirisme dan Pemikirannya


1. Francis Bacon (1210- 1292 M)
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan
tetapi waktu dewasa beliau menjabat pangkat- pangkat tinggi dikerjakan
Inggris kemudian diangkat dalam golongan bangsawan. Setelah berhenti
dari jabatannya yang tinggi, barulah beliau mulai menuliskan filsafatnya.
Menurut Franccis Bacon bahwa pengetahuan ynag sebenarnya adalah
pengetahuan yang diterima orang melaui persatuan inderawi dengan dunia
fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Dengan
demikian bagi Bacon cara mencapai pengetahuan itu pun segera nampak
dengan jelasnya. Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan mempengaruhi

10
induksi. Haruslah sekarang memperhatikan yang konkrit, mengumpulkan,
mengadakan kelompok-kelompok, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbes (1588- 1679 M)
Thomas Hobbes adala seorang ahli pikir yang lahir di Malmesbury. Beliau
adalah anak dari seorang pendeta. Menurutnya, bahwa pengalaman
inderawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu yang dapat
disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan kita
tak mengatasi pengindraan dengan kata lain pengetahuan yang benar
hanyalah pengetahuan indera saja, yang lain tidak.
Ada yang menyebut Hobbes itu menganut sensualisme, karena ia amat
mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tetapi dalam hubungan
ini tentulah ia anggap salah satu dari penganut empirisme, yang
mengatakan bahwa persentuhan dengan indera (empiri) itulah yang menjadi
pangkal dan sumber pengetahuan.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
yang sifatnya umum. Menurutnya, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang akibat- akibat atau tentang gejala-gejala yang di peroleh. Sasaran
filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang
ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu
pasti/ ilmu alam.
3. John Locke (1932- 1704 M)
John Locke dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Beliau adalah
filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Disamping sebagai
seorang ahli hukum beliau juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami
ilmu kedokteran, dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai
seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.
Beliau hendak menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia sampai
kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagimanakah mencapainya
itu. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflecaton.
Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan, sementara reflection
adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia,
yang lebih baik daripada sensation.

11
John Locke berargumen:
 Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu
tidak ada, memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu
ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa
membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup
menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu dating, yakni
melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan,
dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
 Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu
yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea justru
dijadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
 Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
 Apa innate itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga
tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate itu ada
justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
 Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot
ide yang innate itu tidak ada padahal anak normal dan akan “idiot
sama-sama berpikir”.
4. David Hume (1711- 1776 M)
David Hume menjadi terkenal oleh bukunya, hume, treatise of human
nature (1739 M) yang ditulisnya tatkala masih muda, tepatnya ketika
berumur dua puluh tahunan. Buku itu tidak terlalu banyak menarik
perhatian orang, karenanya Hume pindah ke subyek lain, lalu ia menjadi
seorang yang terkenal sebagai sejarawan.
Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang terkenal,
yang disebutnya An Enqury Cincering Human Understanding, waktu
mudanya ia juga berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses. Ia
menganalisa pengertian substansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari
jumlah pengaman kita.
Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya disebabkan oleh
pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau
gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai

12
pengertian sesuatu yang tetap – substansi – itu tidak lain dari perulangan
pengalaman yang demikian acap kalinya, sehingga kita menganggap
mempunyai pengertian tentang suatu hal, tetapi sebetulnya tidak ada
substansi itu hanya anggapan, khayal, sebenarnya tidak ada.

C. Filsafat Kritisisme
Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar ke
seluruh Eropa, terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara aliran
rasionalisme dan empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut otonomi.
Latar belakang munculnya kritisisme adalah karena paham rasionalisme dan
empirisme masing-masing sama bagusnya, tetapi karena ada pertentangan di
antara kedua paham tersebut, akhirnya Immanuel Kant mencoba untuk
menjembataninya dengan memadukan kedua unsur tersebut menjadi suatu
paham bernama kritisisme.
Aliran filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir
oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki
batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan
oleh Kant dengan kritisismenya. Untuk itulah Kant menulis 3 buku yang
berjudul: kritik der rainen vernuft (kritik atas rasio murni), kritik der
urteilskraft (kritik atas dasar pertimbangan), dan kritik rasio praktis

Ciri-ciri aliran filsafat kritisisme diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek bukan pada
objek.
2. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui
realitas atau hakikiat sesuatu.
3. Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang.
Immanuel Kant mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan
filsafatnya yang dinamakan kritisisme.

13
Adapun kelemahan aliran filsafat kritisisme antara lain:
- Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia
tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam
kritisisme semua hal itu dinaifkan.
- Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat
menemukan pengetahuan yang valid.
- Orangnya radikal.
- Tergantung dari individu yang menerapkan akankah jadi serakah atau tidak
Sedangkan kelebihan aliran filsafat kritisisme antara lain:
- Kritisisme lahir dari paham empirisme dan rasionalisme, sehingga kadar
dari paham ini jauh lebih tinggi daripada kedua paham tersebut.
- Kritisisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan di sektor fisik dan
teknologi.
- Kritisisme sangat menekankan aspek rasional-ilmiah, baik pada
epistemology ataupun keyakinan omtologik yang dipergunakan sebagai
dasar pemikirannya

Tokoh-tokoh Kritisisme dan Pemikirannya


1. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman kelahiran Konigsberg, 22
April 1724 dan wafat pada 12 Februari 1804. Filsafat kritis yang
ditampilkannya bertujuan untuk menjembatani pertentangan antara kaum
rasionalisme dengan kaum empirisme. Bagi Kant, baik rasionalisme
maupun empirisme belum berhasil memberikan sebuah pengetahuan yang
pasti berlaku umum dan terbukti dengan jelas. Kedua aliran itu memiliki
kelemahan yang justru merupakan kebaikan bagi seterusnya masing-
masing.
Menurut Kant, pengetaahuan yang dihasilkan oleh kaum rasionalisme
tercermin dalam putusan yang bersifat analitik-apriori, yaitu suatu bentuk
putusan dimana predikat sudah termasuk dengan sendirinya ke dalam
subyek. Memang mengandung kepastian dan berlaku umum, tetapi tidak
memberikan sesuatu yang baru. Sedangkan yang dihasilkan oleh kaum

14
empirisme itu tercermin dalam putusan yang bersifat sintetik-aposteriori,
yaitu suatu bentuk putusan dimana predikat belum termasuk ke dalam
subyek. Meski demikian, sifat sintetik-apesteriori ini memberikan
pengetahuan yang baru, namun sifatnya tidak tetap, sangat bergantung pada
ruang dan waktu. Kebenaran disini sangat bersifat subyektif.
Dengan melihat kebaikan yang terdapat diantara dua putusan tersebut, serta
kelemahannya sekaligus, Kant memadukan keduanya dalam suatu bentuk
putusan yang bersifat umum-universal, dan pasti di dalamnya, “akal budi
dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak”.
Cara untuk mendapatkan putusan sintetik-apriori? dalam hal ini Kant
menunjukan pada 3 bidang sebagai tahapan yang harus dilalui, yaitu:
 Bidang indrawi
Peranan subyek lebih menonjol, namun harus ada dua bentuk murni
yaitu ruang dan waktu yag dapat diterapkan pada pegalaman. Hasil
yang diterapkan pada ruang dan waktu merupakan fenomena konkrit.
Namun pengetahuan yang diperoleh indrawi ini selalu berubah-ubah,
tergantung pada subyek yang mengalami dan situasi yang
melingkupinya.
 Bidang akal
Apa yang telah diperoleh melalui bidang indrawi tersebut, untuk
memperoleh pengetahuan yang bersifat objektif-universal. Haruslah
dituangkan ke bidang akal. Disini terkandung 4 bentuk kategori:
1. Kategori kuantitas, terdiri atas; singular (kesatuan), partikular
(sebagian), dan universal (umum).
2. Kategori kualitas, terdiri atas; realitas (kenyataan), negasi
(pengingkaran), dan limitasi (batas-batas).
3. Kategori relasi, terdiri atas; categories (tidak bersyarat), hypothetis
(sebab dan akibat), disjunctive (saling meniadakan).
4. Kategori modalitas, terdiri atas; mungkin/tidak, ada/tiada,
keperluan/kebetulan.

15
 Bidang rasio
Pengetahuan yang telah diperoleh akal itu baru dapat dikatakan sebagai
putusan sintetik-apriori, setelah dikaitkan 3 macam ide, yaitu; Allah
(ide teologis), jiwa (ide psikologis), dan dunia (ide kosmologis).
Namun ketiga macam ide itu sendiri tidak dapat dicapai oleh akal
pikiran manusia. Ketiga ide ini hanya merupakan petunjuk untuk
menetapkan kesatuan pengetahuan. Selain itu immanual kant juga
mengangkat aliran aufk larung ke puncak perkembangannya sekaligus
mengantar keruntuhannya. Pendapatnya adalah;
 Ajarannya tentang pengetahuan ialah pendapat-pendapat yang sintesis
dengan suatu pertanyaan; bagaimana mungkin orang dapat
menetapkan pendapat yang apriori (terlepas dari pengalaman) tentang
suatu objek dengan mempergunakan logika?
 Ajarannya tentang kesusilaan adalah bertentangan dengan ajaran etika/
kesusilaan dari aufk larung (rasa senang/ kenikmatan dan faedah).
Maka ajaran etikanya berprinsip bahwa segala sesuatu hanya
tergantung pada kehendak/ suasana yang menjadi dasar perbuatan-
perbuatan kita. Perbuatan baik dari sudut susila adalah berdasarkan
keinsafan kewajiban dengan pengertian bahwa setiap perbuatan kita
bisa menjadi hukum umum yang berlaku. Asas pokok kesusilaan
adalah imperatif kategoris, artinya suatu imperatif/ perintah dari dalam
diri kita yang memerintahkan kepada kita tanpa memandang sebab
dan akibatnya, cara berbuatnya, dsb. Berbuat baik adalah berbuat
dengan berpangkal pada hukum kesusilaan yang dibuat oleh diri kita
sendiri seara otonom karena menghormati hukum kesusilaan.
 Ajarannya tentang kesenian: Rasa estetis itu khususnya berupa suatu
rasa senang/ nikmat yang bercampur dengan perasaan tak senang.
Dapat mengikat menjadi perasaan luhur yang berlebih-lebihan yang
dapat membuat kita merasa luhur/ mulia.

Adapun karya Kant yang terpenting adalah Kritik der reinen vernunft,
1781. Dalam bukunya ini beliau membatasi pengetahuan manusia, atau

16
dengan kata lain apa yang bisa diketahui manusia. Kant sebenarnya hanya
meneruskan perjuangan Thomas Aquinas yang pernah melakukannya.
Immanuel kant sendiri mulanya sangat bersitegang teguh dengan
rasionalisme, secara beliau adalah seorang Jerman, namun beliau
tersadarkan akan empirisme dari bukunya David Hume (filsuf Inggris).
Dan sejak itulah Immanuel Kant merasa rasionalisme dan empirisme bisa
digabungkan dan merupakan sebuah bagian yang dapat melengkapi satu
sama lain.

Kritisisme rasionalis Jerman yang diajarkan Immanuel Kant adalah


metodeloginya yang dikenal dengan metode induksi, dari partkular data-
data terkecil baru mencapai kesimpulan universal. Dengan kritisisme
Immanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas
dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-
masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa
pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal
kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia
sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut
menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan hume
bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri",
namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang".
Namun, menurut kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada
pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah, ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang
dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua
adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses
yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk
pengetahuan.

Immanuel kant juga beranggapan bahwa data inderawi manusia hanya


bisa menentukan fenomena saja. Fenomena itu sendiri adalah sesuatu

17
yang tampak yang hanya menunjukkan fisiknya saja. Seperti benda pada
dirinya, bukan isinya atau idenya. Seperti ada ungkapan "the think in
itself". Sama halnya dengan manusia hanya bisa melihat manusia lain
secara penampakannya saja atau fisiknya saja, tetapi tidak bisa melihat ide
manusia tersebut. Inderawi hanya bisa melihat fenomena (fisik) tapi tidak
bisa melihat nomena (dunia ide abstrak- plato)

Immanuel Kant memang cenderung mendapatkan "ilham" atau


terinmspirasi dari plato, tapi tidak semuanya, dia "menyempurnakannya"
dengan menggabungkan dengan pengalaman empirisme ajaran aristoteles.
Plato beranggapan fenomena yang membentuk nomena, ide di atas
segalanya, ide yang membentuk sebuah yang nyata, seperti halnya tuhan
menciptakan manusia.

Immanuel kant terinspirasi dari plato terlihat dari teori 3 postulat


"buatan". Sesuatu yang kita percaya, namun sulit dibuktikan.
1. Free will, kehendak yang bebas.
2. Keabadian jiwa, immortaolitas jiwa (warisan plato. Manusia mati,
tetapi jiwa tak pernah mati, makanya ide bersifat abstrak dan di atas
segalanya).
3. Tuhan, merupakan sesuatu yang kita percaya dan yakini akan
keadaanya, akan tetapi sulit untuk mebuktikan kenampakan fisiknya.
Menurut Kant, dalam pengenalan inderawi selalu sudah ada 2
bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam
struktur subyek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari subyek
yang mengindera, tetapi realitas tidak pernah dikenalinya. Kita hanya
mengenali gejala-gejala yang merupakan sintesa antara hal-hal yang
datang dari luas dengan bentuk ruang dan waktu. Melalui filsafatnya, Kant
bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar
maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah
menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari

18
pengalaman. Dan berikut kami paparkan kritik terhadap rasionalisme,
empirisme dan kombinasi antara keduanya:
1. Kritik terhadap rasionalisme
Dalam hal ini ada tiga macam kritik yang dilontarkan kant yaitu:
a. Critique of pure reason (kritik atas rasio murni)
Menurut kant, baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya
berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia
merupakan perpaduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan
unsur-unsur aposteriori.
b. Critique of practical reason (kritik atas rasio praktis)
Disamping rasio murni terdapat apa yang disebut rasio praktis,
yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau
dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak
kita.
c. Critique of judgment atau kritik atas daya pertimbangan
Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio murni dan” kritik atas
rasio praktis adalah munculnya dua lapangan tersendiri yaitu
lapangan keperluan mutlak dibidang alam dan lapangan kebebasan
dibidang tingkah laku manusia. Maksud dari kritik of judgement
ialah mengerti ke dua persesuaian ke dua lapangan ini.
Bentuk lain dari dari kritik terhadap rasionalisme adalah sebagai berikut:
 Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat
maupun diraba.
 Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh, merasa bahwa mereka
menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional
kepada masalah kehidupan yang praktis.
 Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan
pengetahuan manusia selama ini.
2. Kritik terhadap empirisme
Empirisme didasarkan pada pengalaman. Tetapi apakah yang disebut
pengalaman?
a. Sekali waktu dia hanya berarti rangsangan panca indera.

19
b. Sebuah teori yang sangat menitikberatkan pada persepsi panca indera
kiranya melupakan kenyataan bahwa panca indera manusia adalah
terbatas dan tidak sempurna.
c. Empirisme tidak memberikan kita kepastian.
3. Kombinasi antara rasionalisme dan empirisme
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah
metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Memang
terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian ini, karena ilmuwan
mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan pengamatan dan
mempergunakan data inderawi.
4. Perbedaan Filsafat Rasionalisme, Empirisme, dan Kritisisme
Adapun perbedaan dari filsafat rasioanlisme, empirisme, dan kritisisme
adalah sebagai berikut:
Rasionalisme Empirisme Kritisisme
Bersifat a priori (tidak Bersifat a posteriori Pengetahuan dijelaskan
tergantung pada (pengetahuan yang sebagai sintesis antara
pengalaman indrawi/apa didapat dicapai hanya unsur a priori dan a
yang tersirat dalam dari pengalaman) posteriori
makna ide-ide yang
sudah diterima)
Bagi Descartes, Menurut Locke, pikiran Dalam diri subjek
pengetahuan tentang manusia harus diandaikan terdapat dua kemampuan:
dunia luar ditentukan sebagai tabula rasa sensibility dan
oleh kebenaran yang (kertas kosong). Baru understanding (akal-budi)
sudah melekat dalam dalam proses
pikiran subjek (adanya pengenalannya terhadap
ide-ide) dunia luar, pengalaman
memberi kesan-kesan
dalam pikiran
Adapun data-data indrawi
yang diperoleh dari
sensibility kemudian
diolah menjadi
pengetahuan, ini
berlangsung pada taraf
understanding.
Understanding tampil
dalam bentuk putusan
(judgment). Pada putusan
itu terjadi sintesis antara
unsur a posteriori dan a
priori.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang
mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-
masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah problematika
dan kehidupannya. Dengan demikian, telah banyak aliran filsafat yang
bermunculan yang memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang
dijalankan dalam rangka memperoleh kebenaran.
Di antara filsafat yang bermunculan adalah rasionalisme, empirisme, dan
kritisisme. Rasionalisme mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dnegan
cara berpikir dengan kaidah-kaidah logika. Sementara empirisme meyakini
pengalamanlah sumber pengetahuan, baik yang batin, maupun yang inderawi.
Sedangkan kritisisme yang digagas oleh Immanuel Kant beranggapan bahwa
pengetahuan itu diperoleh dari apa yang disebut akal murni yang diikuti dengan
etika dan estetika.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat mengambil
manfaat tentang berbagai macam aliran filsafat yang muncul dalam sejarahnya,
diantaranya aliran filsafat rasionalisme, empirisme, dan kritisisme.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, H. 1980. Sari sejarah Filsafat baru 2. Yogyakarta: Kanisius.


Syadali, A. & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Achmadi, A. 1995. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Peursen, V. 1997. Orientasi Dalam Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia.

22
-

23

Anda mungkin juga menyukai