Anda di halaman 1dari 15

Tugas Pertemuan 01

FILSAFAT PENDIDIKAN

Ditulis Oleh :
NILAM TANTRI
2266290002

Dosen : Dr. I NYOMAN SURNA, M.Psi

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


FAKULTAS ILMU PSIKOLOGI
PROGRAM DOKTOR ILMU PSIKOLOGI
JAKARTA
2022
Soal : PERTEMUAN 01
Materi :

ESENSI FILSAFAT ILMU


A. ESENSI FILSAFAT
1. PENGERTIAN FILSAFAT
2. KAJIAN FILSAFAT
- INTEGRITAS MORAL
- INTEGRITAS SPIRITUAL
- INTEGRITAS INTELEKTUAL
- INTEGRITAS RELIGIOUS

Tugas :

KAJIAN FILSAFAT ILMU


1. PELAJARI ESENSI FILSAFAT ILMU YANG TERDAPAT DALAM
BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN YANG TERDAPAT PADA
HALAMAN 1 SAMPAI 54
2. PELAJARI BUKU PENGEMBANGAN KARAKTER YANG
TERDAPAT DALAM BUKU PENGEMBANGAN KARAKTER
LAKUKAN KAJIAN TENTANG KEDUA BUKU TERSEBUT

Jawaban :

Filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang
berarti cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau
pengetahuan. Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran, dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan belajar ini,
selanjutnya Anda akan diajak untuk memahami pengertian filsafat dengan cara
memahami apa yang dilakukan oleh para filsuf itu.

Berikut ini beberapa pandangan yang dikemukakan oleh tiga orang yang dianggap
sebagai tiga filsuf besar pada masanya, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles antara
lain :
1. Socrates
Socrates yang hidup antara tahun 469 399 SM adalah seorang filsuf Yunani. la
sangat menaruh perhatian pada manusia dan menginginkan agar manusia itu
mampu mengenali dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas
hidup yang paling dalam. Jadi, jiwa merupakan hakikat manusia yang memiliki arti
sebagai penentu kehidupan manusia Berdasarkanpandangannya itu, ia tidak
mempunyai niat untuk memaksa orang lain menerima ajaran atau pandangan
tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan pandangan
mereka sendiri. Untuk itu, ia menggunakan metode dialektika, yaitu dengan cara
melakukan dialog dengan orang lain sehingga orang lain dapat mengemukakan atau
menjelaskan pandangan atau idenya. Dengan demikian, dapat timbul pandangan
atau alternatif yang baru. Socrates tidak meninggalkan tulisan-tulisan tentang
pandangannya, namun pandangan Socrates tadi dikemukakan oleh Plato, salah
seorang muridnya.

2. Plato
Plato (427 - 347 SM) mengemukakan pandangannya bahwa realitas yang mendasar
adalah ide atau idea. Ia percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris yang
mengalami perubahan itu bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia penglihatan
atau dunia persepsi, yakni dunia yang konkret itu hanyalah bayangan dari ide-ide
yang bersifat abadi dan immaterial. Plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan
indrawi atau dunia nyata, dan dunia ide. Untuk memasuki dunia ide, diperlukan
adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu manusia harus meninggalkan
kebiasaan hidupnya, mengendalikan nafsu serta senantiasa berbuat kebajikan. Plato
menyatakan pula bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bagian
tertinggi ialah akal budi, bagian tengah diisi oleh rasa atau keinginan, dan bagian
bawah ditempati oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk melihat ide
serta menertibkan jiwa-jiwa yang ada pada bagian tengah dan bawah. Perlu Anda
ketahui bahwa Plato meninggalkan lebih dari 30 buah tulisan dalam bentuk sastra
yang mengandung keindahan dan kemurnian. Tulisantulisannya yang awal
mengemukakan pandangan Socrates, sedangkan yang akhir menyatakan
pandangannya sendiri. Plato mendirikan sekolah dan salah seorang muridnya yang
pandai ialah Aristoteles yang di kemudian hari dikenal sebagai seorang pemikir dan
penulis yang amat berpengaruh.
3. Aristoteles
Aristoteles (384- 322 SM) pernah menjadi murid Plato selama 20 tahun hingga
Plato meninggal. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah
menjadi guru Pangeran Alexander yang kemudian menjadi Raja Alexander Yang
Agung. Selanjutnya, perlu Anda pahami bahwa Ia juga mendirikan sebuah sekolah
yang disebut Lyceum. Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis, banyak
melakukan penelitian dan mengembangkan pengetahuan pada masa hidupnya. Ia
banyak menaruh perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. Tulisan-tulisannya
dapat dikatakan, meliputi segala ilmu yang dikenal pada masanya, termasuk ilmu
kealaman, masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia.
Tulisan Aristoteles yang terkenal hingga sekarang ialah mengenai logika yang
disebut analitika. Analitika ini bertujuan mengajukan syarat-syarat yang harus
dipenuhi pemikiran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini, inti logika
Aristoteles disebut silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari dua dalil atau
proposisi yang kemudian menghasilkan proposisi ketiga yang ditarik dari dua
proposisi semula. Pentingnya logika dalam perkembangan ilmu, akan dapat Anda
pelajari dalam bahasan tersendiri. Pandangan trio filsuf besar ini kemudian
dikembangkan oleh para ahli filsafat pada abad-abad selanjutnya. Mereka
mengembangkan filsafat dengan jalan berpikir terus-menerus secara mendasar atau
radikal dengan tujuan menemukan akar permasalahan atau suatu realitas yang pada
akhirnya dapat memperjelas realitas itu sendiri. Selain itu, senantiasa
mempertanyakan hakikat berbagai realitas sebagai upaya untuk menemukan
realitas yang tujuannya adalah untuk mengetahui realitas dengan pasti dan jelas.
Upaya-upaya para filsuf yang telah dipelajari tersebut bertujuan mengungkap
kebenaran. Oleh karena kebenaran yang bersifat mutlak tidak pernah dicapai, para
filsuf tidak pernah berhenti berupaya menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
Akhirnya, semua harus disertai oleh cara berpikir yang rasional. Ini berarti bahwa
para filsuf senantiasa berpikir logis, sistematis dan kritis. Dengan demikian, upaya
mereka ini merupakan awal pengembangan cabang-cabang ilmu atau pengetahuan
ilmiah.
Tokoh lain :

1. Al-Kindi ( 800 – 870 ), Filsafat itu merupakan pengetahuan benar


mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
2. Al – Farabi ( 872-950 ), Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.
3. Ibnu Sina ( 980 – 1037 ), Hal pertama yang dihadapi seorang filsuf adalah
bahwa yang ada berbeda- beda, terdapat ada yang hanya “ mungkin ada “.
4. Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang dalamnya mencakup empat persoalan, Yaitu :
1. Apakah yang dapat kita ketahui ? ( dijawab oleh metafisika )
2. Apakah yang boleh kita kerjakan ? ( dijawab oleh etika )
3. Sampai dimanakah Pengharapan kita ? ( dijawab oleh agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? ( dijawab oleh anthroposlogi )
5. Hasbullah Bakry, filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia,
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia
seharusnya setelah mencapaib pengetahuan itu.
6. N. Dryarkara S J, filsafat adalah pikiran manusia yang radikal artinya
dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat “
yang diterima saja”mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan
akar dari lain lain pandangan dan sikap praktis.
7. Ciceor, Filsafat sebagai seni kehidupan.
8. Rene Descartes, Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan,
dimana Tuhan, Alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya..
9. Francis Bacon, Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu dan
filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bisangnya.
10. John Dewey, Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan
mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam upaya
melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia
terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita cita politik yang
baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
11. Sidi Gazalba ( 1973 ), Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua
berfikir dapat dikategorikan berfilsafat adalah apabilaberfikir tersebut
mengandung 3 ciri : radikal, sistematis dan universal
1. Berfikir radikal, sampai ke akar akarnya, tidak tanggung tanggung,
sampai pada konsekwensi yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh
paruh, tidak berhenti dijalan, tetapi terus sampai ke ujungnya.
2. Berfikir sistematis adalah berfikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung
jawab dan saling hubungan yang teratur.
3. Berfikir universal tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas kepada
bagian bagian tertentu, melainkan mencakup keseluruhan.
12. Prof. Dr. M.J. Langeveld : “…..bahwa hakikat filsafat itu berpangkal
pada pemikiran keseluruhan sarwa sekalian secara radikan dan menurut
system “
1. Maka keseluruhan sarwa sekalian itu ada. Ia adalah pokok dari yang
dipikirkan orang dalam filsafat.
2. Ada pula pemikiran itu sendiri yang terhadap dalam filsafat sebagai
alat untuk memikirkan pokoknya.
3. Pemikiran itupun adalah bahagian daripada keseluruhan , jadi dua kali
ia terdapat dalam filsafat, sebagai alat dan sebagai keseluruhan sarwa
sekalian.
13. Mr.D.C Mulder menulis sebagai berikut : Tiap tiap manusia yang mulai
berfikir tentang diri sendiri dan tentang tempatnya dalam dunia, akan
menghadapi beberapa persoalan yang begitu penting sehingga persoalan-
persoalan itu boleh diberi nama persoalan- persoalan pokok.”
14. Louis Kattsoff mengatakan lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya
yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja
yang ingin diketahui manusia.
15. Dr.A.C Ewing mengatakan bahwa kebenaran , materi, budi, hubungan
materi dan budi, ruang, waktu, sebab, kemerdekaan, monism lawan
fluarlisme dan tuhan adalah termasuk pertanyaan pertanyaan pokok
filsafat.
Menjadi pribadi bijaksana memiliki 5 kriteria :

1. Memiliki integritas intelektual.


2. Memiliki integritas moral.
3. Memiliki integritas spiritual.
4. Memiliki integritas kepribadian.
5. Memiliki integritas Religius.

Integritas adalah sebuah komitmen yang sungguh sungguh untuk menjunjung dan
mengimplementasikan nilai nilai kebenaran. Kebenaran adalah benar dan salah
sesuai fakta dengan teori kebenaran.

Ad. 1. Memiliki Integritas Intelektual

Terdapat empat teori kebenaran yaitu :

1. Teori Korespondensi (correspondence Theory of Truth ).

Teori korespondensi ini umumnya dianut oleh pengikut realisme, pelopor teori
adalah Plato, Aristoteles, moore dan Ramsey, namun teori ini banyak
dikembangkan oleh Bertrand Russel, teori ini sering diasosiasikan dengan teori
empiris pengetahuan. Teori kebenaran tradisional Arisoteles mensyaratkan
kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan atau realitas yang
diketahuinya. Problem yang sering muncul adalah realitas itu obyektif atau
subyektif. Terdapat dua pandangan yaitu realisme epistemology dan idealisme
epostemologi, Kesimpulan dari teori korespondensi adalah adanya dua realitas yang
berada dihadapan manusia yaitu pernyataan dan kenyataan.
2. Teori Koherensi ( Coherence Theory of Truth ).

Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah teori kebenaran yang didasarkan
kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai
dengan jaringan komprehensif dari pernyataan- pernyataan yang berhubungan
secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan
antara ptusan -putusan itu sendiri. Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah
keseuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang
sudah lebih dahulu diketahui , diterima dan diakui sebagai benar.

Bahtiar sebagai mana dikutip dari Aholiab Watholi memberikan standarisasi


kepastian kebenaran dengan sekurang kurangnya memiliki empat pengertian,
dimana satu keyakinan tidak dapat diragukan kebenarannya sehingga disebut
pengetahuan.

1. Pengertian yang bersifat psikologis.


2. Pengertian yang bersifat logis
3. Menyamakan kepastian dengan keyakinan yang tidak dapat dikoreksi .
4. Pengertian akan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan umum,
dimana hal itu diartikan sebagai kepastian yang didasarkan pada nalar
yang tidak dapat diragukan lagi.

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta dan realitas saja ,
tetapi juga hubungan antara pernyataan -pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain ,
suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan – pernyataan
yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.

3. Teori Pragmatisme ( The pramagtic theory of truth )

Teori kebenaran Pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide
dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah , personal atau sosial.
Menimbang teori pragmatis dengan teori-teori kebenaran sebelumnya, pragmatis
memang benar untuk menegaskan karakter praktis dari kebenaran , pengetahuan
dan kapasitas kognitif manusia. Kriteria pragmatis juga dipergunakan oleh ilmuan
dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam perspektif waktu. Secara historis
ypernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi
demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis
selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu
dianggap benar , sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian , disebabkan
perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru , maka
pernyataan itu ditinggalkan , demikian seterusnya.

4. Teori Performatif

Teori Performatif menjelaskan, suatu pernyataan dianggap benar jika ia


menciptakan realistis. Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang
mengungkapkan realistis, tetapi justru dengan pernyataan itu tercipta realistis
sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu.Disamping ada teori
kebenaran terdapat juga teori pembenaran yang merujuk pada pengukuhan esensi
kebenaran :

TEORI PEMBENARAN

Disini tidak menyinggung bagaimana pengetahuan itu diperoleh tetapi hanya


memfokuskan diri pada teori teori yang ada dalam epistemology dalam
memberikan pertanggungjawaban atas klaim suatu kebenaran.
Utnuk lebih jelasnya , teori teori pembenaran yang dimaksud adalah sebagai berikut
:
1. Teori Fondasionalisme.
Adalah teori pembenaran yang menyatakan bahwa suatu klaim kebenaran
pengetahuan untuk dapat dipertanggungjawabkan secara rasional perlu didasarkan
atas suatu fondasi atau basisyang kokoh, yang jelas dengan sendirinya , tak dapat
diragukan lagi kebenarannya dan tak memerlukan koreksi lebih lanjut.
2. Teori Koherentisme
Menurut teori ini ukuran kebenaran adalah harmoni internal proposisi -proposisi
dalam suatu system tertentu. Gambaran dasar bagi teori pembenaran
koherentisme adalah sebuah system jaringan yang terbuat dan memperoleh
kekuatannya dari berbagai kepercayaannya yang saling mendukung.

Koherentisme dibedakan menjadi dua :

1. Koherentisme Linier.
Yaitu merupakan suatu kepercayaan yang membentuk lingkaran pembenaran
yang penarikannya mundur terus menerus.

2. Koherentisme Holistik.
Yaitu suatu kepercayaan tidak memperoleh pembenaran epistemic melulu dari
kepercayaan lain, tetapi dengan memainkan peran penting dalam keseluruhan
system kepercayaan.

3. Teori Internalisme
Teori internalisme adalah pandangan bahwa orang selalu dapat menentukan
dengan melakukan introspeksi diri apakah kepercayaan atau pendapatnya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara rasional atau tidak. Ada dua
internalisme yaitu garis keras dan garis lunak, Intrnalisme garis keras meyakini
bahwa pikiran manusiabyang terlatih dengan baik dapat memiliki akses
kognitif introspektif yang tak dapat keliru, sedangkan internalisme garis lunak
berpandangan bahwa bahwa kendati mungkin orang tidak secara
introspektifmempunyai akses kognitif yang tak dapat keliru, suati kepercayaan
yang memiliki alasan yang masuk akal bagi orang yang memiliki kondisi
psikologi yang sehat, maka kepercayaan itu sudah memiliki pembenaran atau
pertanggungjawaban rasional.
4. Teori Eksternalisme
Teori Eksternalisme lebih menekankan proses penyebaban dari factor eksternal
seperti dapat diandalkan tidaknya proses pemerolehan pengetahuan itu.,
berfungsi tidaknya secara normal dan semestinya sarana-sarana wajar kita
untuk mengetahui.

Ad 2. Integritas Moral.

Moral adalah perbuatan, perilaku yang dinilai baik atau buruk sesuai dengan
kesepakatan yang dibangun” oleh komunitas, budaya dan juga negara, manusia
yang memiliki moralitas pasti mendengarkan suara hatinya.

Hakekat suara hati bisa dilihat pada artikel, koran, majalah dan melihat tayangan di
televisi bahwa seorang pejabat negara mengundurkan diri karena anak buahnya
melakukan kesalahan dan menyalahgunakan wewenangnya? Atau pejabat negara
seorang Menteri yang mengundurkan diri secara sukarela dan dengan penuh
kesadaran akibat melakukan korupsi dengan tanpa diminta oleh presiden dan atas
panggilan KPK di didemo oleh rakyat? Pernahkah anda menyaksikan seorang
rohaniawan melakukan ritual dengan cara mengundurkan diri karena melakukan
hal hal yang tidak bermoral?

Suara hati tidak demikian dan suara hati bukan mewakili ajaran moral dan tidak
sama dengan super ego, suara hati menunjuk fakta secara objektif sesuai dengan
nilai nilai kemanusiaan secara objektif. Kita acapkali menyembunyikan dan bahkan
mengkerdilkan peran dan bisikan hati Nurani. Kita penjarakan dia secara ketat dan
kita tidak diberi peluang dia bernafas, suaranya kita kesampingkan dan sering
berkata’ apa boleh buat aku butuh uang, aku butuh hidup gampang daripada susah-
susah bekerja, aku butuh kedudukan, aku butuh kesenangan dan kapan lagi, hidup
Cuma satu kali dan kita harus menikmatinya dengan sebebas-bebasnya , aku harus
bersenang senang, aku harus melampiaskan nafsu hidupku agar aku puas dan
senang dan kalimat sejenisnya. “
Ad. 3. Integritas Spiritual

Buzan ( 2001) prinsip utama dari kecerdasan spiritual adalah sebuah fakta factual
dimana kita sebagai manusia adalah pribadi yang Ajaib dan sangat mengagumkan.
Napas ternyata manjadi jantung kehidupan manusia , sehingga dapat dipahami
bahwa istilah spiritual itu identic dan disebutnya sebagai napas. Merasakan napas
dengan sadar yang dilakukan dalam keadaan tenang yang tentunya dengan metode
meditasi secara empiris sebetulnya sekaligus telah berupaya mengelola emosi
dengan bijaksana, sehingga ada pertautan yang sangat era tantara tubuh dan jiwa.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan kita


mengembangkan nilai nilai kemanusiaan yang dilandasi pada ajaran yang
menyatakan . The second is this, “ You Shall love your neighbour as Yourself “.
There is no other Comandment greater than these. “ ( Mark 12.31 ) “ Kasihanilah
sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri “Makna Spiritual
terhadap Pengembangan kualitas diri.

Paparan kecerdasan spiritual memberikan wawasan yang sangat essensial bagi


pengembangan potensi diri dan juga nilai-nilai kemanusiaan . menjadi manusia
sesungguhnya adalah menjadikan diri kita sebagai manusia yang memahami fitrah
kita sebagai manusia , bermartabat , berbudaya dan menjunjung tinggi nilai -nilai
kemanusiaan.

Kecerdasan Spiritual adalah sebuah mosaic yang sifatnya unik yang mestinya
menjadi acuan dalam berfikir dan berperilaku, yang dimaknai sebagai nafas, nafas
manusia yang diartikan sebagai psikologiyang menunjuk pada nilai nkehidupan
sebagai manusia. Mulailah dari diri sendiri pastilah secara bertahap kita mampu
mengembangkan benih cinta di dalam diri kita.
Ad 4 : Integritas Kepribadian
Integritas kepribadian menunjuk pada keutuhan diri pribadi secara penuh.Menjalani
kehidupan yang sesungguhnya sebagai manusia memang sangat berat dan menuntut
pengorbanan. Mengorbankan kehendak pribadi yang mementingkan kepentingan
pribadi dan senantiasa mengedepankan kepentingan sesuai dengan profesi dan
pekerjaan yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan.

Dengan demikian, seseorang yang memiliki integritas keprbadian berarti mampu


menginternalisasikan nilai-nilai profesi, pekerjaan secara personal dan menjadi
bagaian kehidupan setiap hari dan bahkan sepanjang kehidupan yang dijalaninya.

Ad 5 : Integritas Religious.

Integritas religious bukan sekedar menunjuk pada agama tertentu, namun


sesungguhnya menunjuk pada kemampuan secara sadar dan bersungguh-sungguh
menginternalisasikan nilai-nilai agama yang dianut secara personal dan menjadi
bagian utuh didalam dirinya. Yang mengetahui sesorang memiliki integritas
religious adalah dirinya sendiri dan hal tersebut sangat berat dan kalua dihayati
secara benar, pasti akan dirasakan sangat menakutkan.maka dari itu kita akan
berhadapan denga TUHAN YANG MAHA ESA dan tentunya diriku sendirilah
yang tentunya bersumber dari hati Nurani dan berpaut dengan hati Nurani
Adipersonal.

B. Esensi Filasafat Pendidikan


.
Filsafat dalam kajian menelaah tiga pokok kajian, yaitu :
1. Metafisika
2. Epistemology
3. Aksiologi

Dapat dijelaskan berdasarkan skema kajian adalah :


1. Dari aspek metafisika, pendididkan (Langeveld ) adalah setiap usaha ,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Dan menurut (
Driyakara, N) pendididkan adalah pemanusiaan manusia muda, atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Dan menurut (Soelaeman )
pendididkan sering dijuluki sebagai usaha pemanusiaan manusia bukan
dalam arti bahwa digarapnya manusia melainkan :
1. Untuk menghindarkan ia tidak manusiakan, dalam arti diperlakukan ,
dihadapi serta diarahkan kepada kehidupanyang tidak manusiawi.
2. Agar pelaksanaan kehidupannya benar-benar manusiawi dalam arti
bertingkah laku dengan bertopang pada dan tujuan kea rah bkehidupan
dan norma norma kesusilaan.
3. Agar dapat meningkatkan kehidupannya sebagai manusia , dalam arti
meningkatkan martabatnya sebagai manusia.
Ki Hajar Dewantara, pendididkan yaitu tuntutan didalam hidup dan
tumbuhnya anak-anak , yaitu menuntun segala kekuatan kodratyang ada
pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. ( Soewarno, 1985 : 67 )

2. Aspek Estimologi
Maka dalam perspektif ini Pendidikan diarahkan menemukan esensi ,
konsep, hukum yang mampu menemukan dan mengembangkan teori
pendididkan yang relevan dengan esensi kemanusiaan dan kebutuhan
masyarakat secara universal. Maka yang ditekankan adalah prosedur
perolehan pengetahuan yang disepakati oleh masyarakat ilmiah.

3. Aspek Aksiologi ,
maka dalam perspektif ini Pendidikan diarahkan bagi upaya
mensejahterakan kehidupan umat manusia yang bermartabat, bermoral yang
meberi konstribusi bagi masyarakat secara universal.
Sebagai pembanding pengertian filsafat Pendidikan dari beberapa tokoh antara
lain :
1. Menurut John Deway , filsafat Pendidikan merupakan suatu pembentukan
lemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker (
intelektual ) maupun daya perasaan ( emosional ) menuju tabiat manusia.
2. Menurut Imam Barnadib (1993 ) filsafat Pendidikan merupakan ilmu yang
pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan dalam
bidang Pendidikan baginya filsafat Pendidikan.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai