Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ALIRAN-ALIRAN ILMU

FILSAFAT
Dosen : Ustd. Nasron Hakim M.Pdi

Oleh :

Ahmad Aziz Siddiq

FAKULTAS DA’WAH
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUL-LUGHAH WAD DA’WAH
Daftar Isi
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Tujuan Pembuatan Makalah................................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat...............................................................................................................................4
B. Perkembangan Filsafat........................................................................................................................4
C. Faham dan Aliran Filsafat....................................................................................................................5
1. Utilitarianisme.................................................................................................................................5
2. Idealisme.........................................................................................................................................5
3. Rasionalisme....................................................................................................................................6
4. Pragmatisme....................................................................................................................................6
5. Empirisme........................................................................................................................................6
6. Positivisme.......................................................................................................................................6
7. Materialisme....................................................................................................................................7
8. Humanisme......................................................................................................................................7
9. Feminisme.......................................................................................................................................7
10. Eksistensialisme.............................................................................................................................8
KESIMPULAN...............................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-
eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan
logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam
matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Semenjak Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat; maka semenjak itu
pula refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Dan lahirlah pada abad
18 cabang filsafat yang disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory of knowledge atau epistemology).
Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber serta tatacara untuk menggunakan sarana dan metode
yang sesuai guna mencapai pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula evidensi dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah, serta batas batas validitasnya.

Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai menyempit
yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intelectual
curiosity), juga filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan yang tidak
dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan oleh para ahli secara berbeda,
perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda
serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri seperti; James melihat konotasi filsafat sebagai kumpulan
pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains secara memuaskan. Russel melihat filsafat pada
sifatnya ialah usaha menjawab, objeknya ultimate question. Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai
perenungan tentang ketuhanan. Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan filsafat diartikan ingin mencapai
pandai, cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971: 11)
mengatakan filsafat menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagiamana sikap manusia itu harus setelah mencapai pengetahuan itu,
dan masih banyak pendapat dari tokoh-tokoh lainnya.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Agar mahasiswa tahu tentang perkembangan filsafat.

2. Agar para mahasiswa mengetahui tentang macam-macam aliran dalam filsafat.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan aliran filsafat serta memamahami aliran-
aliran filsafat dalam kehidupan.

A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat
secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab
falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau
hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Pelaku
filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku
aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles
(filosof Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang
disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami
perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu
pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di
dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian pengetahuan tidak
terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti
manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada
pengaruh tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma
aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen pendidikan.

B. Perkembangan Filsafat
Masyarakat primitif menganut pemikiran mitosentris yang mengandalkan mitos guna menjelaskan
fenomena alam. Perubahan pola pikir dari mitosentris menjadi logo-sentris membuat manusia bisa
membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga mampu ke-luar dari mitologi dan memperoleh dasar
pengetahuan ilmiah. Ini adalah titik awal ma-nusia menggunakan rasio untuk meneliti serta
mempertanyakan dirinya dan alam raya. Pertama, Filsafat kuno dan abad pertengahan Di masa ini,
pertanyaan tentang asal usul alam mulai dijawab dengan pendekat-an rasional, tidak dengan mitos.
Subjek (manusia) mulai mengambil jarak dari objek (alam) sehingga kerja logika (akal pikiran) mulai
dominan. Sebelum era Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi metafisik.
Menurut Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak ada yang tetap (api sebagai
simbol perubahan di alam) sementara Parmenides (515-440 SM) mengatakan bahwa realita di alam
merupakan satu kesatuan yang tidak bergerak sehingga perubahan tidak mungkin terjadi.

Pada era Socrates, kajian filosofis mulai menjurus pada manusia dan mulai ada pemikiran bahwa tidak
ada kebenaran yang absolut. Beberapa filosof populernya adalah Socrates (479-399 SM), Plato (427-437
SM) dan Aristotles (384-322 SM). Socrates mendefinisikan, menganalisis dan mensintesa kebenaran
objektif yang universal melalui metode dialog (dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan satu
jawaban.

Plato mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide yang ditangkap oleh pikiran
(persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra. Sifat persepsi tidak tetap dan bisa
berubah, sementara bentuk adalah sesuatu yang tetap. Aristotles menyatakan bahwa materi tidak
mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Filsuf ini juga memperkenalkan silogisme, yaitu penggunaan
logika berdasarkan analisis bahasa guna menarik kesimpulan. Silogisme memiliki dua premis mayor dan
satu ke-simpulan sehingga, suatu pernyataan benar harus sesuai dengan minimal dua pernyataan
pendukung. Logika ini disebut juga dengan logika deduktif yang mengukur valid tidak-nya sebuah
pemikiran.

Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional terha-dap sifat-sifat alam dan
Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk, ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu filsufnya
adalah Thomas Aquinas (1225-1274). Kedua, Filsafat modern (abad 15 sampai dengan sekarang)
Berkembang beberapa paham yang menguatkan kedudukan humanisme sebagai dasar dalam
perkembangan hidup manusia dan pengetahuan. Paham rasionalisme menyatakan bahwa akal
merupakan alat terpenting untuk memperoleh dan menguji pengetahuan.

C. Faham dan Aliran Filsafat


1. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau
menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest
happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy
Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.

Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak
berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi
berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan
perbuatan.
2. Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih
menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri
dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz
pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan
materialisme Epikuros.

Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke
hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam
pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison,
Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.

3. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran
haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui
iman, dogma, atau ajaran agama.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara
besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit
kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas
terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan
pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali

4. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting
melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar dari
pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata
merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima
begitu saja.

Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan
merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.
Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat
di dalam sejarah.

5. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah
David Hume, George Berkeley dan John Locke.
6. Positivisme
Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke
pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang
dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya
ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan
sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

7. Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda;
segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu
yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan
segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi
kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran)
materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka
materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah
materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi
material. Materi adalah satu-satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam filsafat.

Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu filsuf
terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran
filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita
samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya
La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan
L'homme plante (manusia tumbuhan).

Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu
materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak
mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19,
muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel.
Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.

8. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya
ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh
etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi
kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme
keagamaan/religi dan Humanisme Sekular.

Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers,
Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry Morgentaler, Isaac
Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
9. Feminisme
Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau
kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya gerakan feminisme adalah
ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang
pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika
itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak
untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan
perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.

Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg,
sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-
tokoh yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)

10. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung
jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat.
Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal
kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin
utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap
kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal
dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan
kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai
derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah
orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi
eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari
kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi “seorang yang lain daripada yang lain”,
sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan
membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat
sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah
inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti
dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme
adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
KESIMPULAN
Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh dunia.
Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah
memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah
menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi
perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem politik, sistem
sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga filsafat mempengaruhi sistem ilmu
pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat
huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok
dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya.
Filsafat telah mewarisi subyek atau pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut
suatu faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.

Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang
sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan
melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-
perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh
zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi
perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian,
ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang
melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat
dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu
ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat
dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan
tertentu.

Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah
mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini
dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai
orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya
pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat. Berdasarkan kenyataan sejarah,
filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra
kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang
menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga
merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk
kemantangan pribadi, untuk integritas.

Anda mungkin juga menyukai