Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TERAPI BIMBINGAN DAN KONSELING


BEHAVIORAL

NAMA :-MUHAMMAD RAMADHANI


-AHMAD AZIZ SIDDIQ
-M. NUR AINUR YAKIN
-AHSAN TAQWIM
-LUQMANUL HAKIM

DOSEN PENGAMPU : MOCH. SYAFIQ S.Psi M.Pd

FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INTERASIONAL DARUL LUGHAH WAD
DA’WAH

1
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................3
B.RUMUSAN MASALAH........................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A.Latar Belakang Konseling Behavioral....................................................................................4
B.Konsep dasar pendekatan konseling behavioral......................................................................5
C.Pandangan tentang Kepribadian..............................................................................................7
1.Teori Pengkondisian Klasik................................................................................................7
2.Teori Pengkondisian Operan................................................................................................8
3.Teori Peniruan.....................................................................................................................8
D.Asumsi Perilaku Bermasalah..................................................................................................9
E.Tujuan Konseling Behavioral................................................................................................12
F.Teknik Konseling Behavioral................................................................................................14
1.Latihan Asertif (Assertive training)...................................................................................14
2.Desensitisasi sistematis......................................................................................................14
3.Pengkondisian Aversi........................................................................................................15
4.Pembentukan Tingkah laku Model....................................................................................16
BAB III.........................................................................................................................................17
KESIMPULAN............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil
dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan
dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku.
Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data
yang diamati.

Tokoh Behavioral antara lain yaitu Nye, B.F Skinner, Wolpe, Jhon Watson, marquis,
Salter, Thorndike, Sofyan S. Willis, Krumboltz, Thorensen, Krasner, Goodstein, Carkhuff,
Barenson, Lazarus

Pendekatan behavioristik memandang setiap orang memiliki kecenderungan-


kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Meskipun berkeyakinan bahwa segenap
tingkah laku pada dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor
genetik. Pandangan para behavioris tentang manusia sering kali dikaburkan oleh penguraian
yang terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak nasib yang tak berdaya
yang semata-mata ditentukan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan dan keturunan dan
dikerdilkan menjadi sekedar organisme pemberi respon.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia
kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral
membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka
untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain,
membantu klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adpatif dan menghilangkang yang
maladaptif. ( Gladding,2004)

B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana latar belakang terbentuknya Konseling Behavioral?

2.Bagaimana konsep dasar pendekatan Konseling Behavioral?

3.Bagaimana Konseling Behavioral memandang dari segi Kepribadian?

4.Apa Tujuan Konseling Behavioral?

5.Apa saja Teknik-teknik yang dipakai dalam Konseling Behavioral?

3
BAB II

PEMBAHASAN
A.Latar Belakang Konseling Behavioral
Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari
dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-
mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis.
Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-
Respon (S-R) sedapat mungkin.

Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil
kombinasi.Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pandangan
tersendiri mengenai perilaku,

Perkembangan pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an
sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini
dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan sumbangan pada
prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah perkembangan
pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :

1).Classical Conditioning

Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan
meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal
adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing
yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut,
Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada Stimulus
(rangasangan).

2). Operant Conditioning

Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner


Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang
berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan
tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.

Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental


conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh
organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau ia kekurangan
tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu
konseli untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk
memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan. Dengan kata lain, membantu
konseli agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif
(Gladding, 2004).

Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan bahwa,
antara lain :

4
 Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh
penguatan (reinforcement).
 Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi kecenderungan
kelompok.
 Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku
dibandingkan motivasi di dalam diri.
 Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang
dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa
sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.

B.Konsep dasar pendekatan konseling behavioral


Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat
ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik,
yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak.

Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada
tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi
atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin
menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan.
Terapi perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada
perilaku saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan
teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan ( Rakhmat, 1994:21).

Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak


memiliki bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya
dari lingkungan di sekitarnya. Tingkah laku pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan
ketidak puasan yang diperolehnya.

Istilah behavioral conseling pertama sekali dikemukakan oleh Krumboltz.Ciri-ciri


utama behavioral conseling ini adalah

 Proses pendidikan :Konseling membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk
memecahkan masalahnya.
 Teknik rakit secara individual: Dalam proses konseling, menentukan tujuan konseling,
proses asesmen,dan teknik-teknik dibangun oleh klien dengan bantuan konselor.
 Metodologi ilmiah: Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan
assesmen dan evaluasi konseling.

Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku


manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Pandangan ini
melihat individu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikitsekali melihat potensi
individu sebagai prosedur lingkungan. Pada awal pendekatan ini hanya mempercayai hal yang
dapat diamati dan diukur sebagaisesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian (radical
behaviorism), dan dikembangkan lebih lanjut yang mulai menerima fenomena yang abstrak
seperti id, ego, super ego dan ilusi. Pendekatan ini memandang perilaku yang malajustru
sebagai hasil belajar dari lingkungan secara keliru.

5
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan
sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.Modifikasi perilaku memiliki
kelebihan dalam menangani masalah-masalah yang di alami oleh individu, yaitu :

 Langkah-langkah dalam memodifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu.


 Perincian pelaksanaan dapat diubah selama treatmen disesuaikan dengan kebutuhan
konseling.
 Bila berdasarkan evaluasi sebuah teknik gagal memberikan perubahan pada klien, teknik
tersebut dapat diganti dengan teknik lain.
 Teknik-teknik konseling dapat dijelaskan dan diatur secara rasional sertadapat diprediksi
dan dievaluasi secara objektif.
 Waktu yang dibutuhkan lebih singkat

Dalam memahami tingkah laku, terdapat beberapa model tingkah laku yang
dipengaruhi oleh teori-teori psikologi. Model-model tersebut antara lain:

 Model psikodinamika yaitu tingkah laku manusia ditentukan kehidupandinamika intra-


psikis individu (id, ego, superego).
 Model biofisik yaitu tingkah laku ditentukan oleh organisasi neurologi,belajar perseptual
motor, kesiapan fisiologis, integrasi dan perkembangansensori.
 Model lingkungan yaitu tingkah laku ditentukan oleh interaksi antaraindividu dan
lingkungan.
 Model tingkah laku yaitu tingkah laku dapat diobservasi dan diukur.

Konselor behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan


dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para
konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia
manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang di kemukakan oleh Freud.

Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar, sehinga dapat diubah
dengan manupulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling
merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu
memngubah perilakunya agar dapat memecahkan masalah.

Menurut Pavlov, Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh
pengalaman. perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari
merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu
keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara
sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar.

Thoresen (shertzer & Stone, 1980, 188) memberi ciri konseling Behavioral sebagai
berikut:

 Kebanyakan perilaku manusia dipelajari dan karna itu dapat di ubah.


 Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individu dapat membantu dalam
mengubah perilaku-perilaaku yang relevan. Prosedur-prosedur konseling beerusaha
membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan mengubah
lingkungan.
 Prinsip-prinsip belajar sepesial seperti “reinforcement” dan “social modelling”, dapat
digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.

6
 Keefektifan konselingdan hasil konseling dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku
khusus diluar wawancara prosedur-prosedur konseling.
 Prosedur-prosedur konseling tidak statis , tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat
secara khusus di disain untuk klien dalam memecahkan masalah khusus.

Selanjutnya dikatakan bahwa terapi Behavioral berusaha menerapkan metode dan prosedur
eksperimental ke dalam praktek klinis. Oleh karena itu maka terapi yang baik adalah dari ilmu
yang baik.

Hal yang mendasar dalam konseling Behavioral adalah prinsip penguatan (rainforcement)
sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau mendukung suatu perilaku yang
dikendaki. Konsep penguatan ini berasal dari percobaan Pavlov (teori classical conditioning),
dan Skinner (teori intrumental conditioning). Ada tiga macam hal yang yang dapat memberi
pengguatan yaitu (1) posistive reinvorcer. (2) negative reinvorcer. (3) no consequence and
neutral stimuli.

C.Pandangan tentang Kepribadian


Hakikat kepribadian menurut pendekatan behavioral adalah tingkah laku. Selanjutnya
diasumsikan bahwa tingkah laku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya
yang berupa interaksi invidu dengan lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan
cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Merujuk asumsi ini
maka untuk memahami kepribadian manusia tidak lain adalah mempelajari dan memahami
bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.

1.Teori Pengkondisian Klasik


Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan fungsi dari stimulus. Eksperimen
yang dilakukan Pavlov terhadap anjing telah menunjukkan bahwa tingkah laku belajar terjadi
karena adanya asosiasi antara tingkah laku dengan lingkungannya. Belajar dengan asosiasi ini
biasanya disebut classical conditioning. Pavlov mengklasifikasikan lingkungan menjadi dua
jenis, yaitu Unconditioning Stimulus(UCS) dan Conditioning Stimulus (CS). UCS adalah
lingkungan yang secara alamiah menimbulkan respon tertentu yang disebut sebagai
Unconditionting Respone (UCR), sedangkan CS tidak otomatis menimbulkan respon bagi
individu, kecuali ada pengkondisian tertentu. Respon yang terjadi akibat pengkondisian CS
disebut Conditioning Respone (CR).

Dalam eksperimen tersebut ditemukan bahwa tingkah laku tertentu dapat terbentuk
dengan suatu CR, dan UCR dapat memperkuat hubungan CS dengan CR. Hubungan CS
dengan CR dapat saja terus berlangsung dan dipertahankan meskipun individu tidak disertai
oleh UCS dan dalam keadaan lain asosiasi ini dapat melamah tanpa diikuti oleh UCS.

Eksperimen yang dilakukan Pavlov ini dapat digunakan untuk menjelaskan


pembentukan tingkah laku manusia. Gangguan tingkah laku neurosis khususnya gangguan
kecemasan dan phobia banyak terjadi karena aosiasi antara stimulus dengan respon individu.
Pada mulanya lingkungan yang menjadi sumber itu bersifat netral bagi individu, tetapi karene
terkondisikan bersamaan dengan UCS tertentu, maka dapat memunculkan tingkah laku

7
penyesuaian diri yang salah. Dalam pembentukan tingkah laku yang normal dapat terjadi
dalam perilaku rajin belajar misalnya, yang terbentuk karena adanya asosiasi.

2.Teori Pengkondisian Operan


Teori pengkondian yang dikembangkan oleh Skinner ini menekankan pada peran
lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu tingkah laku.

Menurut teori ini, tingkah laku individu terbentuk atau dipertahankan sangat
ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya menyenangkan maka
tingkah lakunya cenderung dipertahankan dan diulang, sebaliknya jika konsekuensinya tidak
menyenangkan maka tingkah lakunya akan dikurangi atau dihilangkan.

Dari prinsip ini dapat dipahami bahwa tingkah laku bermasalah dapat terjadi dan
dipertahankan oleh individu di antaranya karena memperoleh konsekuensi yang
menyenangkan yang berupa ganjaran dari lingkungan. Konsekuensi yang tidak tidak
menyenangkan yang berupa hukuman tidak cukup kuat untuk mengurangi atau melawan
ganjaran yang diperoleh dari lingkungan lainnya. Dipertegas oleh Skinner bahwa tingkah laku
operan sebagai tingkah laku belajar merupakan tingkah laku yang non reflektif, yang
memiliki prinsip-prinsip yang lebih aktif dibandingkan dengan pengkondisian klasik.

3.Teori Peniruan
Asumsi dasar teori yang dikembangkan oleh Bandura ini adalah bahwa tingkah laku
dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan
melalui pengamatan tidak langsung yang disebut denganvicarious conditioning. Tingkah laku
yang terbentuk karena mencontoh langsung maupun mencontoh tidak langsung akan menjadi
kuat kalau mendapat ganjaran.

Paparan kerangka teori behavioral di atas menunjukkan bahwa tingkah laku yang
tampak lebih diutamakan dibadingkan dengan sikap atau perasaan individu.

Pandangan para behavioris juga menganggap manusia sama saja, tidak ada yang baik
dan tidak ada yang jahat. Semasa lahirnya mereka adalah sama, masing-masing mempunyai
potensi seimbang ke arah menjadi sama ada baik ataupun jahat. Hasilnya, ahli-ahli teori
tingkah laku tidak sepenuhnya memberikan definisi tabiat asas kemanusiaan itu yang boleh
membantu teori-teori mereka sendiri. Bagaimanapun, Dustin dan George menyenaraikan
empat andaian berhubung dengan tabiat kemanusiaan dan bagaimana manusia berubah yang
menjadi inti kepada konseling tingkah laku itu sendiri, diantaranya adalah :

Manusia itu dilihat sebagai manusia biasa, tidak ada yang sepenuh-penuhnya jahat atau
sepenuh-penuhnya baik, tetapi adalah sebagai organisme berpengalaman yang mempunyai
potensi kepada semua jenis tingkah laku.

 Manusia berupaya memahami konsep serta mengawal tingkah lakunya sendiri.


 Manusia berupaya memperoleh tingkah lakunya yang baru.
 Manusia mempunyai keupayaan untuk mempengaruhi tingkah laku lain sebagaimana ia
dipengaruhi oleh orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri.

Bagi konselor tingkah laku, individu adalah hasil daripada pengalaman. Ahli-ahli
tingkah laku melihat tingkah laku yang salah terima itu sebagai makhluk yang mempelajari
tingkah lakunya, perkembangan dan pembaikannya adalah sama dengan sebarang tingkah

8
laku lain. Satu implikasi daripada pandangan ini ialah tidak adanya tingkah laku yang salah
terima bagi diri mereka itu. Selain itu sesuatu tingkah laku itu menjadi wajar disebabkan
seseorang itu menganggapnya tidak begitu. Setengah-setengah tingkah laku mungkin
dianggap wajar di rumah, tetapi tidak wajar di sekolah, begitu juga sebaliknya.

D.Asumsi Perilaku Bermasalah


Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan
yang salah.Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif
dari lingkungan.

Tingkah laku maladaftif terjadi karena kesalah pahaman dalam menanggapi


lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan dapat
diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

Perilaku yang bermasalah dalam pandangan Behavioris dapat dimaknakan sebagai


perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah suai terbentuk melalui proses
interaksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa perilaku individu itu meskipun secara social
adalah tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu Dari cara
demikian akhirnya perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku yang tidak tepat
itu menguat pada individu

Perilaku yang salah suai dalam penyesuaian dengan demikian berbeda dengan
perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada
tingkatannya yaitu tidak wajar dipandang. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk
pada individu adalah perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada jangka pendek,
tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam jangka
yang lebih panjang.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif


dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam
menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara
belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip
belajar.

Dilihat dari sudut pandang behavioris, perilaku bermasalah dapat dimaknai sebagai
perilaku atau kebiasaan yang negatif atau dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak tepat
dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah perilaku yang biasanya sering terjadi
pada konseli meliputi serangan panik, membantu anak untuk mengatasi rasa takut terhadap
gelap, meningkatkan produktivitas kreatif, mengelola kecemasan dalam situasi sosial,
mendorong berbicara di depan kelas, pengendalian merokok, dan berurusan dengan depresi

Munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

 adanya salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan lingkungan.


 adanya pembelajaran yang salah dalam keluarga, lingkungan sekolah, tempat bermain dan
lain-lain. Seperti halnya kehidupan di kota-kota besar pada saat ini begitu kompleks dan

9
bervariasi. Sikap hidup menjadi individualistis, egois, apatis dan hubungan sosial menjadi
renggang.

Dalam suasana hidup seperti di atas, banyak orang menggunakan mekanisme pelarian dan
mekanisme pertahanan diri yang negatif. Untuk dapat bertahan dan menghindari kesulitan
hidup tidak sedikit terjadi tindakan kriminal. Bentuk mekanisme yang negatif menyebabkan
timbulnya tingkah laku yang tidak normal (patologis).

Menurut pandangan behavioral, perilaku bermasalah adalah kebiasaan negatif atau


perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku bermasalah ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah adanya salah suai dalam proses
interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran yang salah dalam rumah tangga, tempat
bermain, lingkungan sekolah, dan lingkungan lainnya. Perilaku dikatakan salah suai jika
perilaku tersebut tidak membawa kepuasan bagi individu, atau membawa individu kepada
konflik dengan lingkungannya.

Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, perilaku itu akan


dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi
yang menyertai perilaku tersebut. Misalnya perilaku merusak (destructif) di kelas dapat
bertahan karena adanya ganjaran (reinforcement) berupa pujian dan dukungan dari sebagian
teman-temannya dan merasa puas dengan ganjaran itu, sedangkan hukuman (punishment)
yang diberikan oleh guru tidak cukup kuat untuk melawan kekuatan ganjaran yang
diperolehnya. Perubahan perilaku yang diharapkan dapat terjadi jika pemberian ganjaran atau
hukuman dapat diberikan secara tepat.

Terbentuknya perilaku yang dicontohkan di atas disebabkan karena adanya peran


lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku dan
hal itu termasuk dalam teori belajar perilaku operan dari Skinner. Selain teori belajar Skinner,
Bandura juga mencontohkan perilaku agresif di kalangan anak-anak.

Konsleing behavioral digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan
perilaku-perilaku maladaptif. perilaku yang bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat
dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat,
yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. konseling behavioral juga dapat
menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara
adaptif hingga mengatasi gejala neurosis Sedangkan menurut Feist & Feist (2008: 398)
menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat meliputi:

 Perilaku terlalu bersemangat yang tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi, tetapi
mungkin cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya.
 Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan
terkait dengan hukuman.
 Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli yang tidak
diinginkan.
 Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam respon-respon-respon
menipu diri.

Bagi individu tingkah laku yang tidak tepat akan menimbulkan berbagai kesulitan baik
bagi diri individu itu sendiri, maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut aliran
behavioral tingkah laku yang tidak tepat dipelajari dengan cara yang sama dengan tingkah

10
laku yang tepat. Tingkah laku ini dipelajari karena pada perkembangan tertentu pernah
menjadi jalan untuk memperoleh kepuasan.

Misalnya siswa berbuat kenakalan dikelas karena mereka belajar bahwa cara itulah yang
perlu efektif untuk menarik perhatian guru. Hukuman guru diterima anak sebagai hadist yang
memberi kepuasan kebutuhan perhatian. Walaupun orang lain memandang tingkah laku itu
tidak tepat, namun bagi siswa dapat memberi reinforcement yang diharapkannya. Sama
halnya, orang yang menarik diri, yang di pandang terisolir secara sosial. Hadiah dari tingkah
laku menarik diri adalah tidak perlu berpartisipasi dengan situasi yang menakutkan, dimana
takut ini juga dipelajari melalui pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu.

Konseling Behavioral sebagai model konseling yang memiliki pendekatan yang


berorientas pada perubahan perilaku menyimpang dengan menggunakan prinsip-prinsip
belajar. Perilaku manusia termasuk perilaku yang menyimpang terbentuk karena belajar dan
perilaku itu dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Belajar yang
dimaksud disini adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan
atau pengalaman.

Teoritisi belajar berpendapat, tingkah laku yang tidak tepat dapat diterangkan dengan
prinsip yang sama dengan pola tingkah laku yang tidak tepat, karena pada dasarnya semua
tingkah laku adalah usaha individu untuk memodifikasi situasi sehingga dapat memberikan
kepuasan setiggi-tingginya.

Semua tingkah laku dibentuk melalui proses belajar, tetapi tidak peduli hasilnya nanti
adaptif dan maladaptif. Individu memantapkan pola tingkah lakunya karena dapat
memperoleh kepuasan-kepuasan. Ini yang akan menjadi salah satu kunci proses konseling
behavioral, yakni kemampuan konselor membantu klien menentukan kepuasan bagaimana
yang bakal diperolehnya dari suatu tingkah laku.

Perilaku bermasalah adalah perilaku individu yang negative dan / atau perilaku yang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan, perilaku yang tidak membawa kepuasaan bagi individu,
atau perilaku yang menyebabkan konflik antara individu dengan lingkungannya.

Perilaku bermasalah terjadi karena adanya salah suai dalam proses interaksi individu
dengan lingkungannya. Perilaku bermasalah terjadi karena proses belajar, terbentuk oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya. Perilaku akan terbentuk dan dipertahankan jika
diberi ganjaran. Sebaliknya perilaku akan berkurang dan hilang jika diberi hukuman.

Konseling behavioral berasusmsi bahwa perilaku yang salah akibat dari pembelajaran dan
pendidikan yang salah, baik sebagai akibat dari pengaruh lingkungan maupun aspek sosial
lainya. Sebagai contoh, ketika menangani anak yang senang minum-minuman keras, maka
yang akan dilakukan adalah memberikan terapi yang realistis dengan permasalahan yang ada.
Seperti memberikan tahap-tahap dalam mengatasi kecenderungan minuman keras, disamping
itu dengan merubah kebiasaan yang dari klien.

Dari penjelasan mengenai asumsi perilaku bermasalah yang telah di jelaskan tersebut
dapat disimpulkan bahwa

 Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan.

11
 Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
 Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam
menanggapi lingkungan dengan tepat.
 Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut
dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

E.Tujuan Konseling Behavioral


Tujuan konseling behavioral adalah membantu klien untuk mendapatkan tingkah
laku baru. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku maladaptive (salah usai). Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia
bisa unlearned (dihapus dari ingatan)Konseling behavioral pada hakikatnya terdiri atas proses
penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar
yang didalamnya respon-respon yang layak yang belum dipelajari. (Corey, 2010 : 199)

Dari tujuan diatas dapat dibagi menjadi beberapa sub tujuan yang lebih konkrit yaitu:

 Membantu klien untuk menjadi asertif dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran


dan hasrat-hasrat ke dalam situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif
(mempunyai ketegasan dalam bertingkah laku).
 Membantu klien menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak realistis yang
menghambat dirinya dari keterlibatan peristiwa-peristiwa sosial.
 Membantu untuk menyelesaikan konflik batin yang menghambat klien dari
pembuatan pemutusan yang penting bagi hidupnya.

Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah membantu klien menolong diri
sendiri, mengembalikan klien ke dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial,
memperbaiki tingkah laku yang menyimpang, membantu klien mengembangkan sistem self
management dan self control. (Sutarno, 2003 : 8) Sehingga tujuan dari konseling behavioral
adalah membentuk perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan.

Ada tiga fungsi tujuan konseling behavioral, yaitu : (1) sebagai refleksi masalah klien dan
dengan demikian sebagai arah bagi proses konseling, (2) sebagai dasar pemilihan dan
penggunaan strategi konseling, dan (3) sebagai kerangka untuk menilai konseling.

Secara operasional tujuan konseling behavioral dirumuskan dalam bentuk dan istilah-istilah
yang khusus, melalui : (1) definisi masalah, (2) sejarah perkembangan klien, untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya, (3) merumuskan tujuan-tujuan
khusus, (4) menentukan metode untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli,
yang di antaranya :

 Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar


 Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
 Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
 Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau
maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai
(adjustive).

12
 Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive,
memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
 Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama
antara konseli dan konselor.
 Peran Konseling Behavioral

Menurut Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkah laku harus
memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis menerapkan
pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia, para
kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, ahli dalam
mendiagnosis tingkahlaku yang maladatif dan dalam menentukan prosedur-prosedur
penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.

Hakikatnya fungsi dan peranan konselor terhadap konseli dalam teori behavioral ini
adalah :

 Mengaplikasikan prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada


penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif.
 Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan
seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan
nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki
sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum.

Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam
proses konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku
tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, pemberi dukungan dan
fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung yang ada
di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral
yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan konseli dalam setiap
fase konseling (Gladding, 2004).

Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami
apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses terapi,
konselor berperan sebagai guru atau mentor. Tugas utama terapis adalah untuk melakukan
tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu

Fungsi dan tugas konselor juga dijelaskan untuk mengaplikasikan prinsip dari
mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif dengan
perilaku yang lebih adaptif. Kemudian menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli,
dengan membebaskan seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif
sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang
dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum.

Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling kelompok ini, antara
lain adalah :

 Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku
yang ditunjukan oleh konseli.
 Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.

13
 Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan
kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.
 Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk
melakukan perubahan.
 Konselor harus memberikan reinforcement.
 Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan nyata.

F.Teknik Konseling Behavioral


Teknik-teknik konseling yang bisa dan biasa digunakan dalam Konseling behavioral
adalah :

1.Latihan Asertif (Assertive training)


Latihan asertif merupakan latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain
yang menimbulkan kecemasan. Klien yang menunjukkan rasa cemas, diberi tahu bahwa
dirinya mempunyai hak untuk mempertahankan diri.Ia silatih untuk memelihara harga dirinya
dengan berulang kali diberi latihan mempertahankan diri. Lathian seperti ini memungkinkan
klien dapat mengendalikan lingkungannya. Apabila rangsangan dari lingkungan tersebut
terlalu kuat sehingga berat untuk mengendalikannya dapat dilakukan dengan desensitisasi.

Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran. Suatu masalah


yang khas yang bisa dikemukakan sebagai contoh adalah kesulitan klien dalam menghadapi
atasannya di kantor. Terapi kelompok latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan
latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam
mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi
interpersonal.Fokusnya adalah memprakterkan melalui permainan peran, kecakapan-
kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehinggal individu-individu diharapkan mampu
mengatasi ketakmemadainya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikiran mereka secara lebih luas dan terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak
untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka. (Corey, 2010: 215)

Sehingga dapat disimpulkan untuk latihan asertif ini lebih membentuk tingkah laku
baru dalam menghadapi hubungan dengan orang lain dan menghapus tingkah laku yang lama
yang memuat klien merasa cemas.

Contohnya, seorang siswa yang takut kalau dimarahi gurunya, pertama-tama klien
memainkan peran sebagai gurunya dan konselor sebagai siswanya, lalu konselor meniru cara
siswa dalam berpikir dan cara menghadapi gurunya. Lalu antara keduanya saling bertukar
peran, konselor sebagai gurunya dengan arahan klien untuk menunjukkan peran guru secara
realistis, sambil konselor melatih dan mengarahkan klien dalam menghadapi gurunya. Maka
secara perlahan akan terbentuk tingkah laku baru pada diri klien.

2.Desensitisasi sistematis
Desensititasi berarti menenangkan ketegangan klien dengan jalan mengajri/melatih
klien untuk santai/rileks. Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks

Latihan rileks ini bisa dilakukan dalam lima atau enam sesi. Apabila klien telah
mampu melakukan rileks, klien dibantu untuk menyusun urutan stimulus yang
mencemaskan.Dalam hal ini, klien diminta secara bertahap membayangkan stimulus mulai

14
dari yang paling kurang menemaskan hingga yang paling mencemaskan; klien dilatih untuk
tetap rileks disaat mengahadapi stimulus yang mencemaskan itu. Demikian seterusnya hingga
ia dapat membayangkan stimulus itu tanpa adanya kecemasan lagi. Jadi, dengan teknik ini
dimaksudkan agar klien dapat mengganti perasaan cemas terhadap stimulus tertentu dengan
perasaan rileks terhadap stimulus tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan teknik desentisisasi sistemik ini lebih membantu klien
dalam terapi penyembuhan kecemasan dalam diri klien yang lebih disebabkan oleh fobia-
fobia maupun ketakutan klien dengan mengajak klien untuk rileks membayangkan hal-hal
yang membuat takut dari hal yang paling mengerikan sampai hal yang kurang mengerikan.

Contohnya, klien fobia dengan balon, selalu ketakutan kalau melihat balon, lalu klien
diajak rileks membayangkan bentuk balon, kecemasan ditingkatkan yaitu dengan klien diajak
melihat balon dari kejauhan, ditingkatkan lagi dengan mengajak klien memegang balon disini
kecemasan klien meningkat tajam sampai akhirnya klien diajak untuk meletuskan balon disini
tingkat kecemasan klien sampai pada puncaknya dengan memberikan klien stimulus yang
berupa motivasi, musik atau air minum.

3.Pengkondisian Aversi
Teknik ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk, dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respons pada stimulus yang disenangi dengan
kebalikan respons terhadap stimulus tersebut, dibarengi stimulus yang merugikan atau tidak
mengenakan dirinya.

Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan
(menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
Stimulus yang tidak menyenangkan disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.

Teknik- teknik pengkondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral spesifik, melibatkan pengasosian tingkah laku
yang tidak diinginkan terhambat kemunculan.Stimulus-situmulus aversi biasanya berupa
hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramua yang membuat mual.Kendali aversi
bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.

Contoh pelaksanaan penarikan pemerkuat positif adalah mengabaikan ledakan


kemarahan anak guna menghapus kebiasaan mengungkapkan ledakan kemarahan pada si
anak.Jika perkuatan ditarik, tingkah laku yang tidak diharapkan cenderung berkurang
frekuensinya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi aversif ini lebih membentuk tingkah laku
baru yang lebih spesifik yang adaptif dari yang semula maladaptif, atau tingkah laku yang
sesuai aturan.

4.Pembentukan Tingkah laku Model


Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada
klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup

15
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah
laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa
pujian sebagai ganjaran sosial.

16
BAB III

KESIMPULAN

Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari
dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-
mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis.
Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-
Respon (S-R) sedapat mungkin.

Hal yang mendasar dalam konseling Behavioral adalah prinsip penguatan


(rainforcement) sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau mendukung suatu
perilaku yang dikendaki. Konsep penguatan ini berasal dari percobaan Pavlov (teori classical
conditioning), dan Skinner (teori intrumental conditioning). Ada tiga macam hal yang yang
dapat memberi pengguatan yaitu (1) posistive reinvorcer. (2) negative reinvorcer. (3) no
consequence and neutral stimuli.

Hakikat kepribadian menurut pendekatan behavioral adalah tingkah laku. Selanjutnya


diasumsikan bahwa tingkah laku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya
yang berupa interaksi invidu dengan lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan
cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Merujuk asumsi ini
maka untuk memahami kepribadian manusia tidak lain adalah mempelajari dan memahami
bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.

Tujuan konseling behavioral adalah membantu klien untuk mendapatkan tingkah


laku baru. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku maladaptive (salah usai). Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia
bisa unlearned (dihapus dari ingatan)Konseling behavioral pada hakikatnya terdiri atas proses
penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar
yang didalamnya respon-respon yang layak yang belum dipelajari. (Corey, 2010 : 199)

DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat ahmad, mengstasi masalah siswa melalui konseling individual.yogyakarta.2011.PT
PARAMITRA

http://rosiarde.blogspot.com/2012/05/konseling-behavioral.html

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/

https://nurulharyati.wordpress.com/2015/06/22/makalah-pendekatan-konseling-behavior/

https://nurukomisa.wordpress.com/2015/07/02/makalah-konseling-behavioral/

17

Anda mungkin juga menyukai