Anda di halaman 1dari 8

TEOLOGI PASTORAL II

“ PENDEKATAN-PENDEKATAN PASTORAL”

Kelompok 1 :
Mareine Warouw
Joan Korompu
Angela Lolombulan
Winny Rumengan
Valentino Frederik
Trisetya Mangiri
Springfield Rorie

Dosen :
Pdt. Kartini Sumampouw, M.Teol

YAYASAN GMIM Dr A.Z.R WENAS


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIATOMOHON
FAKULTAS TEOLOGI
2021
Ketika berbiacara tentang teologi Pastoral maka kita melihat terlebih dahulu
pengertiannya, Jadi Teologi Pastoral adalah sebuah cabang ilmu teologis yang berfokus pada
perspektif penggembalaan pada semua kegiatan dan fungsi Gereja dan pendeta, kemudian
menarik kesimpulan teologis dari pengamatan yang dilakukan.
Sehingga dalam Teologi Pastoral kita akan melihat Pendekatan-Pendekatan yang ada
antara lain:

1. Konseling Direktif

Apasih konseling direktif? Konseling direktif itu, karena proses dinamika pengentasan
masalahnya mirip “penyembuhan penyakit”, disebut “Konseling Klinis” (clinical
counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G Darley yang berasumsi
dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu,
klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu konselor. Jadi, inisiatif dan peranan utama
pemecahan masalah itu lebih banyak di konselor, klien bersifat menerima perlakuan dan
keputusan yang dibikin konselor. Dalam konseling direktif ini, perlu banget data yang
lengkap tentang klien buat digunain dalam usaha diagnosis.

Konseling direktif ini, sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik. Karena
berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung. Karena itu juga, pemecahan
masalahnya didasarin sama hasil diagnosis.

Langkah-langkah umum dalam konseling direktif ini, antara lain:

 Analisis tentang klien.


 Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
klien.
 Diagnosis masalah.
 Prognosis atau prediksi tentang pengembangan masalah selanjutnya.
 Pemecahan masalah.
 Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

2. Konseling Non-Direktif

Konseling non-direktif, merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat


pada klien. Kebalikannya konseling direktif, nih. Konseling non-direktif ini juga disebut
“client centered therapy”, yaitu pendekatan yang dipelopori oleh Carl Rogers dari Universitas
Wisconsin di AS.
Dari pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan, dan
pikirannya secara bebas, Pendekatan ini berasumsi dasar kalo seseorang yang punya masalah
pada dasarnya punya potensi dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi karena
hambatan, potensi dan kemampuannya itu gabisa berkembang atau berfungsi sebagaimana
mestinya.

Untuk mengembangkan dan memfungsikan kemampuannya itu klien butuh bantuan,


kan? Jadi, didalam konseling, peranan utama pemecahan masalah itu ada di kliennya nih.
Terus, peranan konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi yang ada di diri klien
berkembang secara optimal. Menurut Rogers, udah tanggung jawab klien untuk membantu
dirinya sendiri.

Pendekatan konseling non-direktif ini sering juga disebut pendekatan konseling yang
beraliran Humanistik, yaitu menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan
yang secara hakiki ada pada setiap individu.

3. PENDEKATAN BEHAVIORAL
Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berakar pada berbagai teori belajar. Konseling model ini menyertakan penerapan yang
sistematis prinsip – prinsip belajar pada pengubahan perilaku kearah cita – cita yang adaptif.
Pendekatan behavioral tidak menguraikan asumsi – asumsi filosofis tertentu tentang manusia
secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan – kecenderungan positif
dan negative yang sama.
Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Dalam kegiatan konseling behavioral tidak ada suatu teknik konseling pun yang selalau harus
digunakan, akan tetapi teknik yang dirasa kurang baik dieliminasi dan diganti dengan teknik
yang baru.
Penurut beberapa para ahli behaviour
 Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov merupakan warga yang berasal dari Rusia dan melahirkan sebuah
teori yaitu pengkondisian klasik (classical conditioning). Pada waktu itu Pavlov mencoba
mengembangkan sebuah eksperimennya menggunakan anjing sebagai bagian dari
penelitian. Pengkondisian yang dikembangkan oleh Pavlov menjelaska bahwa dari hasil
ekperimen menunjukan bahwa rangsangan secara berulang-ulang ditambah dengan unsur
penguat maka akan menghasilkan suatu reaksi. Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat
dibedakan atas: (1) aktivitas yang bersifat reflektif (2) aktivitas yang disadari. Pendekatan
psikologi yang sudah diciptakan oleh Ivan P Pavlov dikenal dengan sebutan psikologi
reflek (psychoreflexiologi), yaitu pendekatan yang lebih menekankan kepada berbagai hal
yang berbentuk perilaku yang sifatnya reflek.
 Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike salah satu hasil karnyanya yang viral yaitu penelitian
mengenai psikologi binatang serta teori belajar Trial and error. Konsep yang
dikembangkan oleh Thorndike lebih menekankan kepada aspek fungsional perilaku yaitu
proses mental dan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Mendsarakan pada konsep
yang ada maka Thorndike dipandang sebagai tokoh lebih bersifat fungsional, berbeda
dengan Pavlov yang behaviourist asosiatif.
Ekperimennya Thorndike menetapkan tiga hukum yang dikenal dengan hokum
promer dalam hal belajar, berikut tiga hukum tersebut :
1. Hukum Kesiapsediaan (the law of readiness) adalah salah satu factor penting dalam
belajar. Seseorang harus memiliki kesiapan dan kesediaan karena akan menentukan
hasil belajar apakah dimengerti atau tidak
2. Hukum Latihan (the law of exercise) memiliki dua hal penting yaitu hokum kegunaan
(the law of use) yaitu hokum yang menyatkan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon menjadi semakin kuat jika sering digunakan. (the law of disuse) merupakan
hukum yang lebih menekankan kepada hubungan anatara stimulus dan respons yang
menjadi lemah jika tidak dilakukan latihan.
3. Hukum Efek (the law of effect) lebih menekankan kepada penguatan atau
memperlemah hubungan stimulus dan respons tergantung kepada hasil dari respons
yang bersangkutan.
 Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Burrhus Frederic Skinner tokoh dalam bidang pengkondisian operan (operant
condisioning), pengkondisian operan sebagai temuan yang berharga bagi skinner, untuk
bisa menguasai pengkondisian operan ini maka kita harus memahami perilaku operand an
perilaku respons
Perilaku respons : perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini merupakan
hasil langsung antara respons dan stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku ini
sama dengan istilah aktivitas reflektif dalam pengkondisian klasik yang dikembangkan
oleh Pavlov.
Perilaku operan : berbeda dengan perilaku respon, perilaku ini sifatnya spontan,
perilaku yang ada terbentuk bukan karena stimulus akan tetapi muncul karna organisme
itu sendiri. Pengkondisian operan menekankan kepada hadiah (reward) dan imbalan
(reinforcement) stimulus akan memicu banyaknya respon yang akan muncul. Hukum
dasar pengkondisian operan yaitu ketika ada satu operan yang disertai dengan penguatan
rangsangan, maka respon akan semakin bertambah. Penguatan perangsang stimuli dapat
bersfiat positif atau negative.

Hakekat Manusia
Konseling behaviour modern melihat bahwa pendekatan ini dalam melihat perilaku
manusia lebih bersifat terstruktur dan sistematis dalam proses konselingnya. Pandangan ini
tidak beristirahat pada asumsi deterministic bahwa manusia adalah produk belaka
pengkondisian social budaya mereka. Sebaliknya, tampilan saat ini adalah bahwa orang
tersebut adalah produsen dan produk dari lingkungannya. Kecenderungan saat ini dalam
konseling behaviour adalah untuk mengembangkan prosedur yang benar-benar memberikan
control kepada konseli dan dengan demikian meningkatkan jangkuan kebebasan mereka.
Konseling perilaku bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat sehingga mereka
memiliki lebih banyak pilihan untuk merespon. Dengan mengatasi perilaku yang
melemahkan maka membatasi pilihan, orang lebih bebas untuk memilih dari kemungkinan
yang tidak tersedia sebelumnya,meningkatkan kebebasan individu.
Dustin & George dalam Gunarsa mengemukakan pandangan behavioristik terhadap
konsep manusia yakni :
1. Manusia dipandang sebagai individu yang pada hakekatnya bukan individu yang
baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu berada dalama keadaan
sedang menjalani, yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua
jenis perilaku.
2. Menusia dapat menjabarkan dan mengartikan serta dapat mengontrol perilaku
yang ada pada sirinya sendiri
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya
yang bisa dipengaruhi orang lain.
Setiap individu tidak mutlak memiliki perilaku baik maupun jahat, akan tetapi mampu
untuk memilih maupun mengontrol perilaku yang ingin dilakukannya entah itu baik
maupun buruk. Bukan hanya itu individu juga dapat dipengaruhi maupun
mempengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga akan mungkin individu tersebut
mendapatkan perilaku yang baru. Muhamad Surya mengemukakan bahwa pada
dasarnya hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristi sebagai “manusia
memilki sifat yang mekanistik dan akan merespon terhadap stimulus yang muncul
terhadap control terbatas, hidup dalam alam deterministic dan memilki peran yang
sedikit dalam memilih martabatnya. Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal
dan berpikir dalam perkembangannya memberikan reaksi beragam anatara yang satu
dengan yang lain. Interaksi tersebut menghasilkan suatu perilaku yang kemudia
menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku
yang ada pada diri seseorang ditentukan oleh banyaknya penguatan yang diterima
dalam situasi hidupnya.
Sesuai dengan pendapat ahli diatas jadi pada dasarnya manusia menurut
behaviorisme adalah
1. Manusia dalah produsen dan produk dari lingkungannya
2. Perilaku manusia dengan semua speknya sekarang ini dalah hasil dari proses
belajar dan hal ini diproleh dalam interaksinya dengan dunia luar
3. Manusia dipandang sebagai individu yang pada hakekatnya bukan individu
yang baik atau yang jahat, tetapi individu yang sedang menjalani proses
belajar untuk mendapatkan perilaku baru
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan
perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain
5. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnyda dengan
perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

Berikut ini adalah beberapa teknik konseling behavioral :


a. Desensitisasi sistematik (systematic desensitization ). Teknik desensitisasi sistematik
bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak knsisten dengan
kecemasan yang dialami klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi. Di
dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan keadaan santai itu
dengan membayangkan pengalaman – pengalaman yang mencemaskan,
menggusarkan atau mengecewakan. Situasi yang diberikan disusun secara sistematik
dari yang kurang mencemaskan hingga yang paling mencemaskan.
b. Assertive Training
Dalam assertive training konselor berusaha meberikan keberanian kepada klien dalam
mengatasi kesulitan tehadap orang lain. Pelaksanaan teknik ini adalah ialah dengan
role playing.
c. Aversion therapy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat
perilaku psitif.
d. Home Work
Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap
situasi tertentu.

4. PENDEKATAN CLIENT – CENTERED

Terapi model ini dikembangkan pertama kali oleh Carel Rogers dengan sebutan
Client Centered Therapy (Meador dan Rogers, 1973 ) yaitu suatu metode perawatan psikis
yang dilakukan dengan cara berdialog antara dengan konseli agar tercapai gambaran yang
serasi antara ideal self ( diri konseli yang ideal ) dengan actual self ( diri konseli sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.

Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien
untuk menemukan cara – cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien , sebagai
orang yang paling mengetahui dirinya adalah orang yang harus menemukan tingkah laku
yang lebih pantas bagi dirinya.

Konselor yang memilih terapi model ini memang menggunakan teknik – teknik, tetapi
menitikberatkan pada sikap – sikap konselor. Teknik – teknik dasar mencakup mendengarkan
aktif, merefleksikan perasaan – perasaan; menjelaskan, dan “hadir” bagi konseli. Dukungan
dan pemberian keyakinan bisa digunakan jika layak. Pendekatan ini tidak memasukan
pengetesan diagnostic, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya.

Implementasi teknik konseling tersebut didasari atas paham filsafat serta sikap
konselor yang melatarbelakangi penggunaan model terapi ini. Karena itu penggunaan teknik
seperti petranyaan, dorongan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi yang rendah.

Adapun beberapa tahap dalam konseling terapi client centered antara lain :

 Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang atas suruhan
orang lain , maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan
permisif dengan tujuan agar klien memilih apakah ia akan terus meminta bantuan atau
akan membatalkannya.
 Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, unuk itu konselor
menyadarkan klien
 Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor
harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya
 Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya
 Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya
 Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil
 Klien merealisasikan pilihannya itu.

Anda mungkin juga menyukai