Behavioristik
Major causal factors in behavior: Pengalaman belajar di masa lalu dan rangsangan serta
dan dunia nyata dengan penekanan pada pengamatan yang tepat terhadap rangsangan
dan respon
Humanistik
Conception of human nature: Manusia sebagai agent yang bebas, mencari aktualisasi
Major causal factors in behavior: Kehendak bebas, pilihan, dan dorongan bawaan menuju
Predominant focus: mempelajari makna, nilai, dan tujuan hidup; mempelajari konsep diri dan
Methods of discovery:
Kognitif
Major causal factors in behavior: Pikiran, antisipasi, perencanaan, persepsi, perhatian, dan
proses memori
Predominant focus and methods of discovery: mempelajari proses kognitif, biasanya dalam
Conception of human nature: Manusia sebagai makhluk sosial yang tertanam dalam budaya
Major causal factors in behavior: kekuatan sosial, termasuk norma, interaksi sosial dan proses
Predominant focus and methods of discovery: studi tentang perilaku dan proses mental
Biological
Conception of human nature: manusia itu adalah hewan (the human animal)
Major causal factors in behavior: faktor genetik dan evolusi, otak dan proses biokimia
Predominant focus and methods of discovery: mempelajari hubungan perilaku otak, peran
Penjelasan:
Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura didasarkan pada konsep:
Merupakan pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal
balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Konsep ini menjadi
pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Ide dasarnya adalah bahwa tidak hanya perilaku
seseorang yang memengaruhi lingkungan, tetapi lingkungan juga dapat memengaruhi perilaku, dan
keduanya juga dapat dipengaruhi oleh faktor personal atau pikiran seseorang.
Menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan
terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar
melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar
melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self
regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan
kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Dengan pengaturan diri, Bandura
menekankan bahwa kita tidak hanya sebagai "penonton" dalam hidup kita, tetapi juga sebagai "pemain"
yang aktif. Kemampuan untuk mengontrol dan mengarahkan pikiran serta tindakan kita sendiri
memainkan peran penting dalam perkembangan kepribadian dan pencapaian tujuan.
Sistem self : Mengacu pada struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan
seperangkat fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku.
Regulasi diri : Regulasi diri adalah kemampuan mengontrol perilaku sendiri merupakan salah
satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Ada tiga tahap terjadinya proses
regulasi diri menurut Bandura, yaitu pengamatan diri, penilaian, dan respon diri.
Efikasi diri : penilaian diri apakah individu memiliki keyakinan bahwa ia mampu atau tidak
mampu melakukan tindakan dengan baik dan memuaskan sesuai yang digunakanuntuk menilai
kemampuan diri.
Efikasi kolektif : keyakinan masyarakat bahwa usaha secara bersama sama dapat menghasilkan
perubahan sosial tertentu.
Dinamika kepribadian: Menurut bandura, motivasi adalah konsep kognitif yang mempunyai dua
sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang, dan harapan keberhasilan didasarkan pada
pengalamanantara menetapkan dan mencapai tujuan. Bandura setuju bahwa penguatan menjadi
penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan beberapa reinforcement:
penguatan vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang mendapat penguatan,
membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.
Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus berbuat tanpa
mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada
masa yang akan datang.
Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali.
Ekspentasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku orang
lain yang ada di lingkungan sosial, dan menghukum tingkah lakunya sendiri.
Perkembangan kepribadian:
Menurut Bandura kebanyakan orang belajar terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam
penelitiannya, ternyata orang dapat dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain,
belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang yang dipelajari itu, danmodel yang diamati juga tidak
mendapat reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding
belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang sangat
banyak, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Peniruan (modelling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak
tepat untuk mengganti kata modelling, karena modelling bukan sekedar menirukan atau mengulangi
apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modelling melibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan
proses kognitif.
Humanistik:
Kebutuhan fisiologis (Physiological needs): Kebutuhan manusia paling dasar adalah kebutuhan
homeostasis, seperti makan, minum, bernafas, tidur, dan lain sebagainya. Pada tingkatan ini,
seseorang akan secara terus menerus untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Seseorang
yang sangat kelaparan akan fokus kepada makanan dan akan melakukan apa saja untuk
mendapatkannya (Keys, Brozek, Henschel, Mickelsen, & Taylor, 1950 dalam Fiest & G. Fiest,
2005)
Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs): Kebutuhan manusia pada tingkat kedua adalah rasa
aman yang mencakup keamanan dan kestabilan fisik, bebas dari ancaman, dan kebutuhan akan
hukum atau perintah. Anak-anak lebih termotivasi untuk mencapai kebutuhan ini karena
mereka hidup dengan banyak ketakutan (seperti gelap, binatang, dan orang asing). Oleh karena
itu mereka akan lebih mengeluarkan energi untuk menghasilkan rasa aman. Namun ketika usaha
mereka tidak berhasil, maka akan timbul yang dinamakan basic anxiety (Maslow, 1970 dalam
Fiest & G. Fiest, 2005)
Kebutuhan akan cinta dan keberadaan (Love and belongingness needs): Pada tingkat ini manusia
akan memiliki keinginan untuk berteman, berpasangan dan berkeluarga, sebuah grup,
lingkungan, atau negara. Manusia akan merasa haus kasih saying dan hubungan dengan orang
lain secara general serta posisi pada grupnya.
Kebutuhan akan harga diri (Esteem needs): Maslow (1970) membagi kebutuhan manusia pada
tahap ini menjadi dua bidang. Bidang pertama meliputi keinginan akan kekuatan, penghargaan,
dan kepercayaan diri di hadapan dunia. Bidang kedua meliputi reputasi atau penghargaan dari
orang lain, seperti pengenalan, perhatian, dan apresiasi
Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self-Actualization needs): Tingkatan tertinggi pada hierarki
kebutuhan Maslow tidak selalu dapat dicapai ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan
pada tingkat sebelumnya, yakni harga diri (esteem). Kebutuhan aktualisasi diri meliputi self-
fulfillment, menyadari semua potensi yang dimiliki dan menjadi kreatif sepenuhnya. Menurut
Maslow (1970), seseorang yang telah mencapai tingkatan ini akan menjadi manusia
sepenuhnya.
Maslow menambahkan tiga kategori kebutuhan tambahan, yakni kebutuhan aesthetic, cognitive, dan
neurotic.
Kebutuhan Estetik: Kebutuhan estetik tidak bersifat universal, namun mungkin pada beberapa
orang termotivasi akan kebutuhan kecantikan dan pengalaman menyenangkan estetik (Maslow,
1967). Seseorang dengan kebutuhan estetik yang kuat menginginkan lingkungan yang cantik dan
tertib. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dapat mengakibatkan orang itu sakit.
Kebutuhan Kognitif: Manusia yang memiliki kebutuhan kognitif memiliki keinginan untuk
memecahkan misteri, mengerti suatu hal, dan ingin tahu. Jika kebutuhan ini terhambat, maka
kelima kebutuhan dasar akan terancam, karenanya pengetahuan diperlukan untuk memenuhi
kelima kebutuhan konatif tersebut. Ketika kebutuhan kognitif seseorang tidak dapat terpenuhi,
maka seseorang tersebut dapat mengalami gangguan skeptis (kecurigaan), kekecewaan, dan
sinisme.
Kebutuhan neurotis: Kebutuhan Neurotis tidak bersifat produktif. Mereka memiliki gaya hidup
yang buruk dan tidak memiliki nilai berjuang untuk mengaktualisasikan diri. Biasanya kebutuhan
neurotis bersifat reaktif, dan muncul menjadi kompensasi ketika kebutuhan yang lain tidak
terpenuhi. Berbeda dengan kebutuhan konatif, estetik, dan kognitif yang ketika kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi maka akan mengganggu kesehatan fisik dan jiwa serta dapat
mengarahkan kepada penyakit. Ketika kebutuhan neurotis tidak terpenuhi, maka hanyaa akan
timbul gangguan dan kesendatan (Maslow, 1970 dalam Fiest & G. Fiest, 2005)
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Konsep diri Carl Rogers adalah tema sentral dalam teori psikologi humanistiknya. Hal ini
mencakup citra diri individu (bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri), harga diri
(seberapa besar nilai yang mereka berikan pada diri mereka sendiri), dan diri ideal (menjadi
orang yang mereka cita-citakan). Diri dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki seseorang
dalam hidupnya, dan interpretasi dari pengalaman tersebut. Dua sumber utama yang
mempengaruhi konsep diri kita adalah pengalaman masa kecil dan evaluasi orang lain.
Menurut Rogers (1959), kita ingin merasakan, mengalami, dan berperilaku dengan cara yang
konsisten dengan citra diri kita dan mencerminkan apa yang kita inginkan, diri ideal kita.
Semakin dekat citra diri dan diri ideal kita satu sama lain, semakin konsisten atau kongruen kita
dan semakin tinggi rasa harga diri kita. Kesenjangan antara konsep diri dan kenyataan dapat
menimbulkan ketidaksesuaian sehingga menimbulkan ketegangan psikologis dan kecemasan.
Seseorang dikatakan berada dalam keadaan inkongruensi jika sebagian dari totalitas
pengalamannya tidak dapat diterima olehnya dan ditolak atau terdistorsi dalam gambaran
dirinya.
Struktur kepribadian: Konsep diri Carl Rogers adalah tema sentral dalam teori psikologi
humanistiknya. Hal ini mencakup citra diri individu (bagaimana mereka memandang diri mereka
sendiri), harga diri (seberapa besar nilai yang mereka berikan pada diri mereka sendiri), dan diri
ideal (menjadi orang yang mereka cita-citakan). Diri dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki
seseorang dalam hidupnya, dan interpretasi dari pengalaman tersebut. Dua sumber utama yang
mempengaruhi konsep diri kita adalah pengalaman masa kecil dan evaluasi orang lain.
Harga diri
Harga diri adalah nilai yang ditempatkan seseorang pada dirinya sendiri. Ini adalah aspek evaluatif
dari konsep diri, yang dipengaruhi oleh persepsi keberhasilan, kegagalan, dan keyakinan orang lain
terhadap dirinya. Harga diri yang tinggi menunjukkan pandangan diri yang positif, sedangkan harga
diri yang rendah menandakan keraguan dan kritik terhadap diri sendiri. Rogers percaya perasaan
harga diri berkembang pada masa kanak-kanak awal dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu
dan ayahnya.
Citra diri
Citra diri mengacu pada representasi mental individu tentang diri mereka sendir yang dibentuk oleh
pengalaman pribadi dan interaksi dengan orang lain. Kemampuan, nilai, peran, dan tujuan mereka.
Itu adalah pemahaman mereka tentang “siapa saya”. mencakup pengaruh citra tubuh terhadap
kepribadian batin kita. Secara sederhana, kita mungkin menganggap diri kita sebagai orang yang
baik atau buruk, cantik atau jelek. Citra diri mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan
berperilaku di dunia.
Citra diri terkadang bisa terdistorsi atau didasarkan pada persepsi yang tidak akurat. Sebaliknya, diri
sejati mencakup kesadaran diri akan siapa sebenarnya seseorang. Diri yang sebenarnya mewakili
keadaan asli seseorang saat ini, termasuk kekuatan, kelemahan, dan area di mana mereka mungkin
mengalami kesulitan
Diri ideal
Diri ideal adalah versi diri yang dicita-citakan seseorang. Ini mencakup semua tujuan, nilai, dan sifat
yang dianggap ideal atau diinginkan seseorang. Itu adalah visi mereka tentang “saya ingin menjadi
siapa.” Kita ingin menjadi orang seperti ini. Ini terdiri dari tujuan dan ambisi kita dalam hidup, dan
bersifat dinamis – yaitu selalu berubah. Diri ideal di masa kanak-kanak bukanlah diri ideal di usia
remaja atau akhir dua puluhan.
Menurut Rogers, kesesuaian antara citra diri dan diri ideal menandakan kesehatan psikologis. Jika
diri ideal tidak realistis atau terdapat perbedaan yang signifikan antara diri nyata dan diri ideal, hal ini
dapat menyebabkan ketidaksesuaian, yang mengakibatkan ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, dan
bahkan masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, menurut Rogers, salah satu tujuan terapi adalah
membantu orang menyelaraskan diri sebenarnya dan diri ideal, meningkatkan harga diri dan kepuasan
hidup secara keseluruhan.
Konsep Diri adalah keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri. Kita percaya siapa kita
berdasarkan pengalaman masa lalu, keadaan kita saat ini, dan harapan masa depan kita. Konsep Diri
tidaklah statis; itu berubah seiring waktu. Kita mengubah Konsep Diri kita ketika kita mengalami
peristiwa yang mempengaruhi kita secara emosional. Carl Rogers percaya bahwa Konsep Diri
dipengaruhi oleh tiga faktor:
2) Keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri (dunia internal kita).
Carl Rogers mengembangkan teori Konsep Diri melalui karyanya dengan pasien yang menderita
gangguan emosional. Ia menemukan bahwa banyak dari pasien ini memiliki perasaan negatif terhadap
diri mereka sendiri karena mereka memiliki keyakinan yang tidak akurat tentang diri mereka sendiri.
Keyakinan ini seringkali diperkuat oleh orang tuanya. Rogers menyimpulkan bahwa satu-satunya cara
untuk membantu pasien mengatasi masalah mereka adalah dengan mengajari mereka mempertanyakan
keyakinan mereka tentang diri mereka sendiri. Hal ini akan memungkinkan mereka mengembangkan
keyakinan yang lebih akurat tentang diri mereka sendiri.
Metode penelitian : Dalam penelitian sosiokultural, tujuannya adalah untuk melihat bagaimana
orang berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Berbagai metode penelitian-baik kualitatif
maupun kuantitatif - digunakan untuk mempelajari perilaku ini. Metode kuantitatif-seperti
eksperimen dan survei - digunakan secara luas, namun banyak peneliti di bidang ini kini juga
menggunakan metode kualitatif - seperti focus group discussion, observasi partisipan, dan
wawancara semi-terstruktur
Vygotsky percaya perkembangan kognitif dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial. Ia
menekankan peran interaksi sosial dalam perkembangan kemampuan mental misalnya bicara
dan penalaran pada anak. Vygotsky sangat yakin bahwa komunitas memainkan peran sentral
dalam proses “membuat makna”. Menurut Vygotsky, orang dewasa dalam masyarakat
mendorong perkembangan kognitif anak-anak dengan melibatkan mereka dalam aktivitas yang
menantang dan bermakna. Orang dewasa menyampaikan kepada anak-anak bagaimana budaya
mereka menafsirkan dan merespons dunia
Fokus utama pembahasan: Vygotsky memfokuskan pembahasannya pada bahasa untuk
berkomunikasi. Vygotsky menyoroti pentingnya bahasa dalam perkembangan kognitif.
Konsep zone of proximal development, yaitu adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
masalahnya. ZPD terbagi menjadi dua yaitu perkembangan aktual dan perkembangan potensial.
Perkembangan aktual adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya secara
mandırı Sedangkan perkembangan potensial merupakan suatu perkembangan kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah, namun berada dibawah bimbingan orang dewasa, atau teman
sebayanya.
Scaffolding
masih berkaitan dengan ZPD, scaffolding merupakan sebuah teknik untuk mendukung
perkembangan anak selama proses pembelajaran dengan orang yang lebih ahli.
Bahasa merupakan hal yang essensial dan sangat penting untuk berkomunikasi dan mengenal dunia
luar, serta menyelesaikan tugas dan masalah. Vygotsky membagi konsep bahasa dan pikiran menjadi
dua yaitu private speech dan inner speech.
Psikologi Gestalt dalam Perspektif Sejarah
Ini adalah contoh sempurna dari sebuah pendekatan yang tidak memiliki daya tahan yang lama
sebagai sebuah sistem atau paradigma, tetapi ironisnya, komponen-komponennya telah
melewati ujian waktu dan tetap menjadi konsep utama di lapangan.
Oleh karena itu, keseluruhannya mungkin "lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya", tetapi
"bagian-bagian" itulah yang memiliki dampak terbesar.
Ketika behaviorisme menjadi teori Psikologi yang dominan di Amerika Serikat, bersama dengan
teori psikoanalisis Freud, perspektif Gestalt mendapatkan pengaruh di Eropa pada waktu yang
sama.
Psikologi Gestalt dipandang sebagai alternatif dari behaviorisme dan strukturalisme. Para
pemikir Gestalt awal merasa bahwa behaviorisme terlalu banyak berurusan dengan
pengumpulan, penghitungan, dan penanganan masalah-masalah tertentu saja, atau bagian dari
keseluruhan.
Teori Gestalt memandang manusia sebagai sistem terbuka, yang secara aktif dan terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Tidak seperti cara elementistik dalam memahami
peristiwa psikologis, seperti behaviorisme, asosiatif, dan psikoanalisis, teori Gestalt cocok untuk
memahami tatanan dan struktur peristiwa psikologis.
Keyakinan dasar para ahli teori Gestalt adalah bahwa setiap fenomena psikologis, mulai dari
proses persepsi hingga kepribadian manusia, harus dipelajari secara holistik; artinya, fenomena
tersebut tidak boleh dipecah-pecah menjadi beberapa komponen, melainkan dipelajari secara
keseluruhan.
Berbeda dengan pendekatan struktural, psikolog Gestalt mempelajari persepsi sebagai
fenomena yang lengkap dan tidak dapat dibagi.
Plato - bentuk-bentuk yang sebenarnya ada sebagai ide. (lingkaran)
Immanuel Kant - pada tahun 1781, ia membahas tentang pikiran yang memiliki kemampuan
bawaan yang mengubah sensasi menjadi ide abstrak.
William James - dalam penentangannya terhadap studi tentang struktur mental, ia
mempresentasikan gagasan tentang "aliran kesadaran".
Fenomenalis - berlawanan dengan Wundt, beberapa introspeksionis mempelajari keutuhan
mental.
Max Wertheimer (1880-1943) Awal mula Gestaltisme dikaitkan dengan Wertheimer pada tahun
1910. Saat menaiki kereta api dalam sebuah liburan, ia mengemukakan gagasan bahwa persepsi
memiliki struktur yang tidak dimiliki oleh rangsangan inderawi. Dengan kata lain, dia mulai
mengeksplorasi gagasan bahwa persepsi mengandung sifat unik yang tidak berasal dari atau
tidak ada di lingkungan (stimulus). Wertheimer mempelajari persepsi dua lampu, berdampingan,
yang berkedip secara bergantian. Pada sekitar 5 kedipan atau kurang per detik, orang
mempersepsikan dua lampu yang berkedip bergantian. Pada sekitar 20 kedipan atau lebih per
detik, orang melihat dua lampu yang berkedip secara konstan. Di antara keduanya (10 kedipan),
bagaimanapun, orang melihat satu cahaya yang bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya. Efek ini
disebut "fenomena phi".
Fenomena phi bukanlah sebuah penemuan, karena film telah ada selama beberapa dekade.
Penjelasan Wertheimer tentang fenomena tersebutlah yang merupakan kontribusi ilmiah.
Penjelasannya akan memakan waktu beberapa slide. Untuk menindaklanjuti temuannya,
Wertheimer menciptakan satu set tiga lampu yang berkedip. Lampu tengah berkedip, lalu dua
lampu di luar berkedip. Dengan cahaya ini (pada sepuluh kedipan per detik), orang
mempersepsikan satu cahaya yang bergerak ke dua arah, kemudian menyatu kembali di tengah-
tengah. Dia menunjukkan persepsi yang tidak dapat dipelajari (merasakan gerakan yang tidak
wajar). Penjelasan inderawi tidak memadai. Wertheimer membutuhkan teori "gestalt", yang
muncul dengan bantuan dua asisten...
Kurt Koffka dan Wolfgang Köhler bekerja sama dengan Wertheimer, dan membantu
membangun sifat-sifat Gestaltisme.
Koffka menerbitkan artikel bahasa Inggris pertama pada tahun 1921, berjudul "Perception:
Sebuah Pengantar Teori Gestalt." (dalam Psychological Bulletin)
Pada tahun 1930-an, Köhler mulai menerbitkan artikel yang mengaitkan teori Gestalt dengan
teori medan fisika (penjelasan terbaik dari gestalt).
Teorinya - empat kekuatan alam (gravitasi, elektromagnetisme, kekuatan nuklir) ada sebagai
medan gaya yang mengelilingi semua partikel atom. Seperti halnya "medan gaya" dalam fiksi
ilmiah, medan gaya hanya dapat diamati sebagai gaya yang mereka ciptakan. Medan-medan
tersebut bersifat "utuh". Dengan kata lain, ketika dua partikel yang serupa bersatu, hasilnya
bukan dua medan, tetapi satu medan yang lebih kuat. Dengan demikian, medan partikel
memiliki sifat holistik.
Teori Gestalt adalah teori yang masih diperdebatkan tentang aktivitas saraf. Namun, prinsip-
prinsip Gestalt sangat penting dalam penelitian persepsi.
Hubungan Gambar dan Tanah
Apakah ini gambar vas bunga, atau dua orang yang saling berhadapan. Ini adalah masalah
penentuan figur (depan) dan latar (belakang). Hubungan figur-tanah sebenarnya telah
ditemukan sebelum Gestalt, tetapi mereka menemukan lima prinsip lainnya, yang dikenal
sebagai "Prinsip-prinsip Gestalt."
Prinsip Kontinuitas - apabila rangsangan memiliki kesinambungan, rangsangan tersebut
dianggap sebagai bagian yang terkait dari suatu unit yang lengkap. Itulah mengapa serangkaian
lingkaran dapat menciptakan garis ...
Prinsip kedekatan - ketika rangsangan relatif dekat, mereka dikelompokkan bersama.
00 00 00 00 00 (sepuluh, atau lima pasangan?)
Prinsip Inklusifitas - Dengan rangsangan berpasangan "A" dan "B", jika "A" menawarkan lebih
banyak rangsangan, maka kita cenderung menjadikan "B" sebagai bagian dari "A"
Prinsip Kemiripan - Objek yang mirip akan membentuk unit perseptual.
XOXO
XOXO
XOXO
XOXO
Dengan jarak spasi yang sama, apakah huruf-huruf tersebut tampak seperti empat baris atau
empat kolom.
Prinsip Penutupan - stimulus yang "tidak lengkap" akan dianggap sebagai stimulus yang lengkap.
"Kotak" sebenarnya tidak ada di sana.
Kontribusi gestalt ke psikologi: Gestalt adalah sekelompok kecil peneliti dengan kehadiran yang
kecil di universitas-universitas besar. Mereka sebagian besar dibayangi oleh kaum behavioris
dalam psikologi eksperimental.
Namun, mereka membuat dampak yang dramatis - eksperimen holistik, teori neuropsikologi,
penggabungan psikologi dengan fisika, dan dinamika kelompok.
Namun, pengaruh terbesar mereka adalah dalam menciptakan permintaan akan psikologi
kognitif.
Psikologi Kognitif:
Psikologi kognitif adalah studi tentang persepsi, perhatian, ingatan, bahasa, dan pemikiran
manusia... bagaimana kita mengetahui tentang dunia.
Terkait dengan bidang lain - linguistik, ilmu komputer, filsafat, pengembangan, dll.
Kegagalan behaviorisme
Munculnya teori komunikasi
deteksi sinyal, perhatian, sibernetika, dan eksperimen teori informasi
Linguistik modern
Penelitian Memori
Ilmu Komputer dan kemajuan teknologi
Perkembangan Kognitif
2. Tingkat algoritmik - implementasi dari teori komputasi; sifat pasti dari komputasi dijelaskan
3. Tingkat perangkat keras - realisasi fisik dari tingkat komputasi dan algoritmik; yaitu, otak!