Anda di halaman 1dari 12

TEORI KEPRIBADIAN ALBERT BANDURA

A. Biografi Albert Bandura

Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare.

Bandura mengambil gelar diplomanya dari University of British Columbia

dan gelar kesarjanaan psikologinya dari University of Iowa. Pada 1953,

Bandura bergabung dengan Fakultas Psikologi di Stanford dan berkarya di

sana sampai pensiun. Di bidang psikologi, Bandura sudah membangun

reputasi yang demikian tinggi, sehingga pada tahun 1974 Bandura dipercaya

menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika (APA).

B. Asumsi Dasar Albert Bandura

Teori Bandura berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu :


1) Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di

ligkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku

orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku

contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka

perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya.

2) Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya.

Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak, yaitu

lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi.

3) Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal

yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut sosial

kognitif. Karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan

dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya

pengaruh lingkungan sosial. Individu akan mengamati perilaku di

lingkungannya sebagai model, kemudian ditiru sehingga menjadi perilaku

miliknya. Dengan demikian, teori Bandura ini disebut sebagai teori

pembelajaran melalui peniruan. Perilaku inidividu terbentuk melalui proses

bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian

dengan keadaan dirinya dan tujuannya.

C. Struktur Kepribadian Albert Bandura

Struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Bandura terdiri dari empat

aspek, yakni :

1) Sistem Self (Self System)


Bandura meyakini pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai

salah satu determinan tingkah laku yang tidak dapat dihilangkan

tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan prediksi. Sistem

self yang dimaksud yaitu struktur kognitif yang memberi

pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi, presepsi evaluasi

dan pengaturan tingkah laku. Fungsi psikologi dalam diri

individu disebut oleh Bandura sebagai kondisi “triadic

reciprocal caustation”. Sistem tersebut menandakan bahwa

tindakan manusia adalah hasil dari interaksi antara lingkungan,

perilaku dan manusia itu sendiri. Digunakannya kata reciprocal

(timbal balik) untuk mengindikasikan adanya interaksi dan

dorongan yang mempunyai kekuatan dan memberikan

kontribusi yang setara.

2) Regulasi Diri

Regulasi diri adalah individu memiliki kapasitas memotivasi

dirinya sendiri untuk menetapkan tujuan personalnya,

merencanakan strategi sebagai evaluasi dan modifikasi perilaku

yang sedang berlangsung. Dalam memotivasi individu

melakukan dua startegi, yakni strategi reaktif dan strategi

proaktif. Strategi reaktif dipakai dalam rangka mencapai tujuan,

sedangkan strategi proaktif digunakan dalam mencapai tujuan

yang lebih tinggi. Faktor internal dan eksternal dapat

mempengaruhi regulasi diri seseorang, dimana faktor internal


dipengaruhi oleh observasi diri, proses penilaian atau mengadili

tingkah laku dan reaksi diri afektif (self response), sedangkan

faktor eksternal dipengaruhi oleh evaluasi tingkah laku dan

penguatan (reinforcement).

3) Efikasi Diri (Self Efficacy)

Bandura meyakini bahwa efikasi diri merupakan elemen

kepribadian yang krusial. Efikasi diri sering dikait-kaitkan

dengan ekspektasi hasil yang merupakan perkiraan bahwa

tingkah laku yang dilakukan oleh diri akan mencapai hasil

tertentu. Efikasi diri dapat bersumber dari empat hal, yakni

pengalaman performasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial

dan keadaan emosi.

4) Efikasi Kolektif

Menurut Bandura, individu adalah orang yang berusaha

mengontrol kehidupan dirinya tidak hanya dengan efikasi diri

individual, melainkan juga melalui efikasi kolektif. Efikasi

kolektif merupakan keyakinan yang ada dalam masyarakat

bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan

perubahan sosial tertentu.


D. Dinamika Kepribadian Albert Bandura

Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang bersumber dari

gambaran hasil dan harapan keberhasilan yang akan dicapai. Harapan diperkuat dengan

adanya reinforsemen agar motivasi seseorang untuk bertingkah laku sekaligus dengan

menetapkan tujuan atas perfomansi dirinya.

Bandura mengamini penguatan menjadi penyebab seseorang belajar. Namun

orang juga dapat belajar dengan penguatan yang diwakilkan (vicarious reinforcment),

penguatan yang ditunda (expecation reinforcement) dan tanpa belajar (beyond

reinforcement).

E. Perkembangan Kepribadian Albert Bandura

Teori belajar sosial kognitif menjelaskan bahwa orang dapat belajar dengan hanya

mengobservasi perilaku orang lain. Bandura meyakini belajar melalui observasi jauh

lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang

dapat memperoleh respon yang banyak, yang diikuti dengan hubungan atau penguatan.

Keterampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat

mentransformasikan apa yang dipelajarinya dalam berbagai situasi menjadi pola

tingkah laku baru. Orang yang diamati disebut model, dan proses ini juga dikenal

dengan modeling. Belajar melalui permodelan merupakan suatu hal yang tidak dapat

dihindari dan model ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan

kepribadian. Misalnya, anak-anak bersikap asertif, percaya diri, dan dapat belajar

bahasa melalui observasinya terhadap kedua orang tua, guru, saudara, maupun teman.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses belajar melalui observasi

yaitu pertama, perhatian (attention) yang dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan

modelnya. Kedua, representasi di mana tingkah laku yang hendak ditiru oleh individu

harus disimbolkan dalam ingatan, baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk
gambaran atau imajinasi. Ketiga, peniruan tingkah laku model. Yang keempat adalah

motivasi dan penguatan. Keempat faktor di atas merupakan pendukung terjadinya

observasi, dalam observasi selain ada hal pendukungnya juga menimbulkan beberapa

dampak. Dampak dari belajar (observasi) dengan melibatkan kognitif pada diri individu

menimbulkan beberapa konsekuensi, ada yang menyenangkan dan ada yang tidak.

Konsekuensi dari respon belajar memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pemberi informasi,

memotivasi tingkah laku individu yang akan datang, serta penguatan tingkah laku.

F. Kepribadian Sehat Albert Bandura

Konsep sehat menurut Bandura adalah regulasi diri atau kemampuan mengontrol

perilaku sendiri yang merupakan salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian

manusia. Tiga tahap yang terjadi dalam proses regulasi diri yakni :

1) Pengamatan diri, yakni melihat diri sendiri beserta perilakunya sambil

terus diawasi

2) Penilaian, yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku

dengan standar ukuran tertentu

3) Respon diri, yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah

berhasil melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri.

G. Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori belajar sosial Bandura menekankan pada kognitif dari pikiran, pemahaman

dan evaluasi. Pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi

penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh sekitarnya melalui

peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observation learning), dan cara

berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya. Yakni

bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi sekitar dan menghasilkan peneguhan


(reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational

opportunity).

Proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model

merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam

konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan

pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada

pola belajar sosial jenis ini. Tujuan dari teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana

seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura

menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada

pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi merupakan hubungan yang saling

berpengaruh atau berkaitan. Menurut Albert Bandura, tingkah laku sering dievaluasi,

yakni bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal

seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Jadi teori belajar sosial bandura ini menjelaskan mengenai tentang hubungan

kepribadian, lingkungan, dan tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal

balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu yaitu: faktor internal seperti

kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia, dan ada

juga faktor eksternal yaitu lingkungan. Proses ini di sebut dengan “ reciprocal

determinism”, dimana manusia mempengaruhi nasibnya dengan mengontrol kekuatan

lingkungan, tetapi mereka juga dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut.

Dalam hal ini, Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai

bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun dia berpendapat bahwa

“conditioning” bukan proses yang mekanis, manusia menjadi partisipan yang pasif.

Sebaliknya, manusia itu aktif mencari dan memproses informasi tentang lingkungannya

agar dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan.


A. Pembelajaran Pengamatan (Observational Learning) dalam Teori Belajar

Sosial Bandura

Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh

lebih efisien dari pada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan

mengamati orang lain, manusia mempelajari respons mana yang diikuti,

hukuman atau yang mana yang tidak mendapat penguatan. Contohnya, Anak-

anak mengamati karakter di televisi contohnya, dan mengulangi lagi apa yang

didengar atau dilihat, jadi mereka tidak perlu melakukan sendiri beragam

perilaku secara acak dan berharap mengetahui mana yang akan dihargai mana

yang tidak.

Terdapat dua pembelajaran melalui pengamatan (observation learning), yakni

pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang

dialami orang lain atau vicarious conditioning. Kedua, yakni pembelajaran

melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang

memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari

oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan

apabila manguasai secara tuntas apa yang dipelajari. Model tidak harus

diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat menggunakan

pameran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998:43).

Bandura menjelaskan mengenai keterlibatan empat fase dalam pembelajaran

ini melalui pengamatan, yakni :

a) Fase Atensi atau Perhatian

Fase pertama dalam pembelajaran pengamatan ialah memberikan

perhatian pada orang/model yang ditiru. Keinginan untuk meniru


orang/model karena orang/model tersebut mempunyai sifat dan kualitas

hebat, berkuasa dan sifat-sifat lainnya. Dan keinginan memperhatikan

dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat pribadi. Semakin ada

hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik

perhatiannya.

b) Fase Retensi atau Pengingatan

Setelah memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut,

maka anak akan melakukan proses retensi atau mengingat dengan

menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam bentuk

simbol-simbol dan kemudian menyimpan dalam ingatannya.

c) Memproduksi gerak motorik

Komponen ketiga dalam proses peniruan adalah mengubah ide

gambaran, atau ingatan menjadi tindakan dan ini juga meliputi

kekuatan fisik.

d) Fase Motivasi

Komponen keempat dalam proses peniruan adalah mengubah ide

gambaran, atau ingatan menjadi tindakan dan ini juga meliputi

kekuatan fisik.

H. Teori Peniruan (Modeling) Albert Bandura

Menurut Bandura, meniru tingkah laku baru dengan melihat tingkah laku orang

lain dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Eksperimen tentang peniruan

oleh Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963)10, mendapati peniruan boleh

berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru)

meskipun tanpa sebarang peneguhan. Proses belajar ini disebut “observational

learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura, menyarankan agar teori


pembelajaran sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran sosial yang

sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap

proses mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri

(kognitif) dan sekitarnya. Dalam menjelaskan pandangan ini, beliau telah

mengemukakan teori pembelajaran peniruan. Dalam teori ini beliau telah menjalankan

kajian bersama Walter (1963) atas kesan perlakuan kanak-kanak apabila mereka

menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil

menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video tersebut, kanak-kanak ini

diarahkan untuk bermain di bilik permainan dan terdapat patung seperti yang

ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut,

mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video

(Ramlah Jantan & Mahani Razali 2004).

Terdapat Unsur Utama dalam Peniruan, yakni :

1) Tumpuan/perhatian (attention). Subjek harus memberi tumpuan/perhatian

kepada tingkah laku model untuk membolehkannya mempelajarinya.

Serta ada subjek untuk memberi perhatian atau tumpuan yang memiliki

nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.

2) Penyimpanan (retention). Subjek yang mengamati harus menyimpan

peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek

melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diinginkan.

3) Penghasilan (reproduction). Setelah mengetahui atau mempelajarai

sesuatu tingkah laku, subjek juga mesti mempunyai kebolehan

mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah

laku.
4) Motivasi. Penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura

Kelebihan teori Albert Bandura, yakni teori Albert Bandura lebih lengkap

dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan

perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura

memandang tingkah laku manusia bukan semata–mata reflex atas stimulus ( S-R bond),

melainkan juga akibat reaksi yang timbul karena adanya interaksi antara lingkungan

dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning

(pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar social

menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak –

anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak,

faktor social dan kognitif.

Kelemahan teori Albert Bandura. Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat

sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan

Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan

tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan

hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang

menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative,

termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

Teori belajar sosial ini hanya memfokuskan pada penggabungan kognitif internal

dan perilaku sosial saja, namun hubungan timbal balik antar faktor yang saling

mempengaruhi tidak dijelaskan secara mendetail.

Anda mungkin juga menyukai