Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEORI ALBERT BANDURA

Disusun oleh:

Felisia Tion
NIM: 19110301009
Melanie Dotzauer
NIM: 19110301012

PENDIDIKAN GURU- PAUD


FAKULTAS EKONOMIKA DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS DHYANA PURA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social. Salah satu
konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.
Teori pembelajaran social yang diketemukan oleh Bandura telah memberi
penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran
melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observation
learning), dan cara berpikir yang kita miliki terhadap sesuatu makiumat dan juga
sebaiknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi persekitaran dan
menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh
orang lain (observational opportunity).

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah Albert Bandura?


2. Apa saja teori perkembangan Albert Bandura?
3. Bagaimana teori pembelajaran social dan peniruan menurut Albert Bandura?
4. Bagaimana dengan metodologi teori pembelajaran dari Albert Bandura?
5. Apa kelemahan dan kelebihan teori Albert Bandura?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana teori perkembangan dari Albert Bandura.


2. Untuk mengetahui apa saja teori perkembangan dari Albert Bandura.
3. Untuk mengetahui bagaimana teori pembelajaran social dan peniruan menurut
teori Albert Bandura.
4. Untuk mengetahui tentang metodologi teori Albert Bandura.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan teori Albert Bandura.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Pembelajaran Social


Teori pembelajaran social merupakan perluasasn dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristic). Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh
Albert Bandura (1986), yang menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, tetapi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada
perilaku dan pada proses-proses mental internal. Dalam teori pembelajaran social kita
menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar social, manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan
dari dalam dan juga tidak dipikul oleh stimulasi-stimulasi lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diupah oleh orang
itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh
(kardi,s.(1997:14)), bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selesktif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran social
adalah pemodelan (modeling) yang merupakan salah satu langkah paling penting
dalam pelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang
dialami orang lain atau (vicarious conditioning). contohnya, seorang pelajar melihat
temenya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatanya, maka ia kemudian
meniru melakukan perbuatan lain yang tujuanya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui, pembelajaran memalui
pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan
penguatan atau pemahaman pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu
mendomenstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan
mengharapkan mendapat pujian atau penguat apabila menguasai secara tuntas apa
yang diperlajari itu.model tidak harus dipergerakan oleh seseorang secara langsung,
tetapi kita juga dapat menggunakan seseorang sebagai pemeran atau visualisasi tiruan
sebagai model (Nur,M,1998:43).
Teori pembelajaran bedasarkan yang diutarakan beliau bahwa sebagian besar
tingkah laku manusia adalah sebagian dari hasil pemerolehan dan prinsip
pembelajaran sudah mencukupi untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku
berkembang. Akan tetapi teori-teori sebelumnya kurang memberi perhatian dalam
konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperlihatkan fakta
bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantara orang lain.
Maksudnya, semasa melihat tingkah laku orang lain. Individu akan belajar meniru
tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model
bagi dirinya.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain
sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku
manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara
kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu
sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang
hidupnya dan dibesarkan dalam lingkungan judi, maka iya akan cenderung untuk
memilih bermain judi, sebaiknya menganggap bahwa judi itu tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang
belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan
bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian iternal pada belajar yang
mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling
berpengaruh atau berkaitan. Menurut Albert Bandura, tingkah laku sering dievaluasi,
yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal
seseorang. Pengakuan social yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Hubungan yang aktif dapat mengubah aktivitas seseorang. Seterusnya,
menurut Bandura (1982), penguasaan kemahiran dan pengetahuan yang kompleks
tidak hanya bergantung pada proses perhatian, moto reproduksi dan motivasi, tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berdasarkan dari diri pelajar sendiri
yaitu sense of prestasi belajar yang tinggi atau sebaliknya. Menurut Bandura, untuk
berjaya, pembelajaran harus dapat memberikan model yang mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap pembelajaran, seterusnya mengembangkan self of mastery, self-
efficacy dan reinforcement bagi pembelajar.

2.2 Teori Peniruan (Modeling)


Albert Bandura dan Richard Walters telah melakukan eksperimen, mereka
mendapati peniruan boleh berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku
model (orang yang ditiru) meskipun tanpa seorang peneguhan. Proses belajar
semacam ini disebut “observational learning “atau pembelajaran melalui pengamatan.
Bandura kemudian menyarankan agar teori pembelajaran social diperbaiki
memandangkan teori pembelajaran social yang sebelumnya hanya meningkatkan
perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap proses mental seseorang.
Menurut Bandura, perilaku seseorang adalah hasil interaksi factor dalam diri
(kognitif) dan persekitaran. Beliau telah mengemukakan dalam teori pembelajaran
peniruan, beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) mengenai kesan
perlakuan kanak-kanak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk
dengan tukul besi, dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah
menonton video kanak-kanak ini diarahkan bermain dibalik permainan dan terdapat
patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut melihat
patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka
tonton dalam video (Ramalan Jantan dan Mahani Razali, 2004)

1. Unsur Utama Dalam Peniruan

a. Tumpuan (Attention)
Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkah laku model untuk
membolehkannya mempelajarinya. Subjek memberi perhatian atau
tumpuan tertakluk kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang
dinilai. Contohnya, seseorang pemain music yang tidak yakin akan dirinya
mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak
mewujudkan stailnya yang tersendiri.
b. Penyimpanan (Retention)
Subjek yang memperhatikan harus mengikuti peristiwa-
peristiwa itu dalam sisitem ingatanya. Ini membolehkan subjek
melakukan peristiwa itu kelak bila di perlukan atau diinginkan.

c. Penghasilan (Reproduction)
Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku,
subjek juga mesti mempunyai kebolehan mewujudkan atau
menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
Contohnya, memandu kereta bermain tenis. Bagi seseorang tingkah
laku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkan komponen-
komponen tingkahlaku yang telah di perhatikan.

d. Motivasi
Motivasi penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia
adalah pengerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

2. Ciri-ciri Teori Peniruan

a. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatikan dan peniruan

b. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai, dan
lain-lain.

c. Pelajar meniru suatu kemahiran daripada keckapan demonstrasi guru


sebagai model.
d. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan
yang berpatutan.

e. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dangan


tingkah laku atau gerak balas yang sesuai, diakhiri dengan peneguhan
positif.

3. Eksperimen Albert Bandura


Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukan kanak-kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Albert Bandura menyatakan bahwa proses pembelajaran akan dapat di
laksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan dan
pemodelan. Beliau menjelaskan bahwa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa
yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar
akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kepahaman pelajar.

4. Jenis- Jenis peniru.

a. Peniruan langsung
Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural
yang diajarkan setahap-demi setahap. Ciri khas pembelajaran ini adalah
adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang mencontohkan
sesuatu melalui demostrasi bagaimana suaatu keterampilan itu di lakukan.
Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disanjungi.

b. Peniruan tak langsung


Peniru tak langsung adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara
tidak langsung.
Contoh: Meniru watak yang dibaca di buku.

c. Peniruan gabungan
Peniru jenis ini dengan cara mengabung tingkah laku yang berlainan
yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai dari
buku yang di bacanya.
d. Peniruan sekat laluan.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh: meniru fasion di tv, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

e. Peniruan tak sekat laluan.


Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh: pelajar meniru gaya berbudi Bahasa gurunya.

5. Faktor-Faktor penting dalam pembelajaran melalui pemerhatian mengamati


orang lain melakukan sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran,
karena pembelaran melalui perhatian dapat terjadi, yaitu:

a. Perhatian (attention process)


Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke orang itu.
Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat
model yang menarik dan arti penting tingkah laku diamati bagi si pengamat.

b. Representasi (representation process)


Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolasikan dalam ingatan.
Baik dalam bentuk verbal maupun gambaran/imaginasi. Representation verbal
memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati,
dan menentukan mana yang dibuang ada mana yang akan dilalukan.
Representasi imaginasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan secara
simbolik dalam pikiran, tanpa benar-benar melakukannya secara fisik.

c. Peniruan tingkah laku model (motivation and reinforcement process)


Pembelajaran melalui pengamatan menjadi efektif apabila
pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah
laku modelnya. Pemerhatian mungkin memudahkan orang untuk menguasai
tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, maka proses
tingkah laku yang dihukumkan tidak akan berilaku. Imitasi tetap terjadi
walaupun model tidak diberi ganjaran,
2.3 Metodologi
Bandura banyak meneliti masalah dunia nyata seperti masalah dunia nyata
seperti masalah fobia, penyembuhan dari serangan jantung, perolehan kemampuan
matematika pada kanak-kanak. Tujuannya untuk menyatukan kerangan konseptual
yang dapat mencakup berbagai hal yang mempengaruhi perubahan tingkah laku.
Dalam setiap kegiatan, keterampilan dan keyakinan diri yang menjamin pemakaian
kemampuan secara optimal diperlukan agar dapat berfungsi sepenuhnya.

2.4 Kelemahan Albert Bandura


Teori pembelajaran social Albert Bandura sangat sesuai jika diklarifikasikan
dalam teori behavioristic. Ini karena teknik pemodelan Bandura mengenai peniruan
tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya hanya
melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat separuh individu yang mengunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative termasuk perlakuan
yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.5 Kelebihan Teori Albert Bandura


Teori Bandura lebih lengkap karena itu menekankan bahwa lingkungan dan
perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura
memandang tingkahlaku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus (s-k bond).
Melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan
sekema kognitif manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Teori belajar social dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari
teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.
Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan
(contoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar dan lihat di media, dan
juga dari orang lain dan lingkungannya. Albert Bandura mengemukakan bahwa
seseorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui peniruan/modeling.
Bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses
belajar semacan ini disebut “observational learning” atau pebelajaran melalui
pengamatan. Albert Bandura (1971) mengemukakan bahwa teori pembelajaran social
membahas tentang:
1. Bagaimana perilalu kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat
(reinforcement) dan observation learning.

2. Cara pandang dan cara berfikir yang kita miliki terhadap informasi.

3. Begitupula sebaiknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan


kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity.

Teori belajar social menekankan observational learning sebagai proses


pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari
perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan
kepada orang lain. Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari
proses pengamatan atau modeling. Proses yang terjadi dalam belajar dari proses
pengamatan atau modeling. Proses yang terjadi dalam observational learing tersebut
antara lain:
1. Antensi, dalam tahapan ini seseorang harus diberikan perhatian terhadap
model dengan cermat.

2. Retensi, tahap ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang


ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan
yang bagus terhadap perilaku model.
3. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian
untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah
ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau
mempraktekan perilaku yang dilakukan oleh model.

4. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi


untuk belajar dari model.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui tentang teori
belajar kognitif- social Albert Bandura agar nantinya sebagai calon guru dapat
menerapkan teori belajar yang tetap dalam proses pembelajaran disekolah dasar.
Kami memiliki saran dari yang telah dipelajari dari teori social kognitif, yaitu:

a. Memberikan contoh yang baik (menjadi model yang baik), karena kita hidup
dengan orang lain, sehingga orang lain tidak menirukan tindakan kita yang
kurang berkenang.

b. Kita bias memanipulasi perilaku orang lain dengan pengetahuan tentang


penguatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ormrod. Jeanne. E. 2008, Psychology Pendidikan: MEMBANTU SISWA TUMBUH


KEMBANG.
Jakarta: Erlangga

Samosir. Marianto, 2006, Educational Psychology: THEORY AND PRACTICE,

Jakarta: PT Indeks

Syan, Muhibbin.2004, Psychology Belajar.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai