Anda di halaman 1dari 18

Teori Belajar Sosial

dan Penanaman Nilai


Integritas Pada Siswa
Cahyo Harry Sancoko
Teori Belajar Sosial
Teori pembelajaran sosial ini dikembangan oleh Albert Bandura (1986).
Bandura memandang bahwa perilaku perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis dari Stimulus Respons melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul dari hasil
interaksi dengan lingkungan dengan skema kognitif infivudu itu sendiri. Bandura buknlah
seorang behavioris murni, karena dia jga dipengaryhi oleh teori kognitivisme, oleh sebab
itu alirannya disebut juga neobihaviorisme

Berbeda dengan teori perkembangan anak lainnya, Bandura menganggap anak tetap
bisa belajar hal baru meski tidak melakukannya secara langsung. Syaratnya, anak
sudah pernah melihat orang lain melakukannya, terlepas apapun medianya. Di sinilah
peran elemen sosial, bahwa seseorang bisa belajar informasi dan perilaku baru
dengan melihat orang lain melakukannya. 

Menurut Bandura. pada sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain, inti dari pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling).
Pada tahun 1941. Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan
bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.

Proses belajar tersebut dinamakan social learning - - pembelajaran sosial.

Perilaku peniruan manusia tenjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan atau
keuntungan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya.

Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun
penyajian.

Contoh banyak anak-anak yang menjadikan tingkah laku orang tuanya dan gurunya dalam
berperilaku. Anak-anak tersebut melakukan peniruan dari penyajian yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari
Albert Bandura dan Richard Walters telah melakukan eksperimen pada anak — anak yang
juga berkenaan dengan peniruan.

Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui
pengamatan.

Menurut Bandura perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan
lingkungan. Pandangan ini menjelaskan. beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan. Dalarn teori ini beliau telab menjalankan kajian bersama Walter (1963) terbadap
perilaku anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetok dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak
diarahkan benmain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam
video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang
dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Menurut Bandura observational learning merupakan proses
kognitif yang melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa,
moralitas, pemikiran dan pengaturan diri dari perilaku
seseorang. Artinya, individu tidak sekedar mengkopi, atau
meniru, secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi
lingkungannya. Individu akan memproses secara kognitif dengan
menggunakan pertimbangan pengalaman sebelumnya, moralnya,
cara pandangnya atau pemikirannya. Bahkan, ketika ia harus
merespon ia masih harus mempertimbangkan untung ruginya,
memungkinkan atau tidak bagi dirinya untuk melakukan suatu
respon, dengan cara apa ia merespon, atau menggunakan bahasa
yang bagaimana. Itu semua akan menentukan apakah individu
tadi merespon atau tidak, dan bagaimana caranya merespon.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling) menurut Pembelajaran Sosial

Perhatian (Attention)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat


mempelajarinya. Perhatian Subjek kepada model tingkah laku
tentu akan memacu subjek untuk memperhatikan yang dijadikan
model tingkah laku. Contoh seorang anak yang memiliki kesukaan
dalam hal bermain gitar, ketika melihat adanya pertunjukan
permainan gitar di televisi tentu akan menimbulkan perhatian
anak tersebut, ketika suatu saat anak tersebut mempunyai
kesempatan untuk bermain gitar dihadapan orang banyak dan
pada saat itu anak itu grogi, sangat memungkinkan dia akan
menirukan gaya pemain gitar pada acara di televisi yang telah
dilihatnya.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling) menurut Pembelajaran Sosial

Menyimpan rekaman (Retention)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa


tersebut dalam sistem ingatannya. Ini membuat subjek akan
melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan. Kemampuan
untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting
dalam proses belajar.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling) menurut Pembelajaran Sosial

Reproduksi gerak (reproduction)

Setelah mengetahui akan mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga


dapat menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan apa yang
disimpan dalam bentuk tingkah laku. Jadi setelah subyek memperhatikan
model dan menyimpan informasi sekarang saatnya untuk benar-benar
melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dan perilaku
yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling) menurut Pembelajaran Sosial

Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena Ia adalah


penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus
termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
Ciri-ciri teori Pemodelan Bandura
a.Unsur pembelajaran utama ialah perhatian dan peniruan
b.Tingkah laku model bisa dipelajari melalui bahasa,
teladan, nilai dan lain – lain
c. Pelajar meniru suatu kemampuan dan kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model
d.Pelajar memperoleh kemampuan, jika mendapatkan
kepuasan dan penguatan yang positif
e. Proses pembelajaran meliputi perolehan, mengingat.
penilaian dengan tingkah laku dan timbal balik yang
sesuai diakhiri dengan penguatan yang positif
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan. Beliau
menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh
guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada
pemahaman pelajar.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar
sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup
segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran
fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan
gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan
yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry)
setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak
akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek
belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari
kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan
data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk
dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru
mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki komponen biotik berupa
makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati) atau kehidupan sehari hari.
Self-regulated Learning
Self-regulated learning menunjuk kepada belajar yang sebagian besar terjadi dari pikiran, perasaan,
strategi, dan perilaku yang dihasilkan pebelajar sendiri yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
Self-regulated learning secara umum dicirikan sebagai partisipan yang aktif yang mengontrol secara
efisien pengalaman belajar mereka sendiri dengan cara yang berbeda, mencakup menentukan
lingkungan kerja yang produktif dan menggunakan sumber-sumber secara efektif, mengorganisir dan
melatih informasi untuk dipelajari, memelihara emosi yang positif selama tugas-tugas akademik, dan
mempertahankan kepercayaan motivasi yang positif tentang kemampuan mereka, nilai belajar, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING (Perspektif
Teoritik) Abd. Mukhid, 2008

Pengertian lain diberikan oleh Corno dan Mandinach bahwa self-regulated learning adalah suatu
usaha untuk memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang khusus (yang
tidak perlu membatasi pada isi akademik), dan memonitor serta meningkatkan proses-proses yang
mendalam.Selfregulated learning mengacu pada perencanaan yang hati-hati dan monitoring terhadap
proses-proses kognitif dan afektif yang tercakup dalam penyelesaian tugas-tugas akademik yang
berhasil dengan baik.
Bandura mendefinisikan self-regulation sebagai kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka
sendiri dan juga pekerja keras. Bandura mengajukan 3 (tiga) langkah self-regulation: (1) observasi
diri (selfobservation), kita melihat diri kita sendiri, perilaku kita, dan menjaganya; (2) keputusan
(judgment), membandingkan apa yang dilihat dengan suatu standar; (3) respon diri (self-response),
jika kita lebih baik dalam perbandingan dengan standar kita, kita memberi penghargaan jawaban
diri pada diri kita sendiri.
Jika menjadi kurang baik, kita memberi hukuman jawaban diri pada diri kita sendiri. Strategi self-
regulated learning mencakup evaluasi diri (self-evaluation), pengorganisasian dan transformasi,
penetapan dan perencanaan tujuan (goal-setting & planning), pencarian informasi (seeking
information), pencarian dokumen (seeking records) dan monitoring, pembangunan lingkungan
(environmental structuring), konsekuensi diri (self-consequating), pelatihan (rehearsing) dan
penghafalan (memorizing), mencari bantuan sosial, dan pemeriksaan laporan (reviewing records).
Yang (1993) melaporkan bahwa pada self-regulatory learners: 1) pembelajar dengan pengaturan yang
tinggi (high regulatory) cenderung belajar lebih baikdari pada di bawah control pembelajar control
program; 2) pembelajar pengaturan diri yang tinggi dapat memonitor, mengevaluasi, atau mengelola
belajar mereka dengan efektif selama pembelajaran terkontrol dengan memberikan pelekatan
pertanyaan-pertanyaan; 3) control pembelajar mereduksi waktu/jam pembelajaran yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pelajaran; dan 4) pembelajar pengaturan diri yang tinggi mengelola belajar dan
waktu mereka dengan efisien.
Nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter

1. Religiusitas
2. Nasionalisme
3. Gotong Royong
4. Mandiri
5. Integritas
9 Nilai INTEGRITAS Menurut KPK
Berani Peduli Kerja Keras
Jujur Adil Tanggung Jawab
Mandiri Disiplin Sederhana
BERJUMPA DI KERTAS
Kerja Keras
BERANI PEDULI
Tanggung
JUJUR ADIL Jawab
MANDIRI DISIPLIN Sederhana

Dasar Organ Aksi


Penguatan Pendidikan Karakter (Integritas) & Pembelajaran Sosial

GURU
INTEGRITAS
SISWA
NILAI – NILAI
INTEGRITAS

KETELADANAN

Anda mungkin juga menyukai