Berbeda dengan teori perkembangan anak lainnya, Bandura menganggap anak tetap
bisa belajar hal baru meski tidak melakukannya secara langsung. Syaratnya, anak
sudah pernah melihat orang lain melakukannya, terlepas apapun medianya. Di sinilah
peran elemen sosial, bahwa seseorang bisa belajar informasi dan perilaku baru
dengan melihat orang lain melakukannya.
Menurut Bandura. pada sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain, inti dari pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling).
Pada tahun 1941. Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan
bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Perilaku peniruan manusia tenjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan atau
keuntungan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya.
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun
penyajian.
Contoh banyak anak-anak yang menjadikan tingkah laku orang tuanya dan gurunya dalam
berperilaku. Anak-anak tersebut melakukan peniruan dari penyajian yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari
Albert Bandura dan Richard Walters telah melakukan eksperimen pada anak — anak yang
juga berkenaan dengan peniruan.
Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui
pengamatan.
Menurut Bandura perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan
lingkungan. Pandangan ini menjelaskan. beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan. Dalarn teori ini beliau telab menjalankan kajian bersama Walter (1963) terbadap
perilaku anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetok dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak
diarahkan benmain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam
video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang
dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Menurut Bandura observational learning merupakan proses
kognitif yang melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa,
moralitas, pemikiran dan pengaturan diri dari perilaku
seseorang. Artinya, individu tidak sekedar mengkopi, atau
meniru, secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi
lingkungannya. Individu akan memproses secara kognitif dengan
menggunakan pertimbangan pengalaman sebelumnya, moralnya,
cara pandangnya atau pemikirannya. Bahkan, ketika ia harus
merespon ia masih harus mempertimbangkan untung ruginya,
memungkinkan atau tidak bagi dirinya untuk melakukan suatu
respon, dengan cara apa ia merespon, atau menggunakan bahasa
yang bagaimana. Itu semua akan menentukan apakah individu
tadi merespon atau tidak, dan bagaimana caranya merespon.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling) menurut Pembelajaran Sosial
Perhatian (Attention)
Motivasi
Pengertian lain diberikan oleh Corno dan Mandinach bahwa self-regulated learning adalah suatu
usaha untuk memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang khusus (yang
tidak perlu membatasi pada isi akademik), dan memonitor serta meningkatkan proses-proses yang
mendalam.Selfregulated learning mengacu pada perencanaan yang hati-hati dan monitoring terhadap
proses-proses kognitif dan afektif yang tercakup dalam penyelesaian tugas-tugas akademik yang
berhasil dengan baik.
Bandura mendefinisikan self-regulation sebagai kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka
sendiri dan juga pekerja keras. Bandura mengajukan 3 (tiga) langkah self-regulation: (1) observasi
diri (selfobservation), kita melihat diri kita sendiri, perilaku kita, dan menjaganya; (2) keputusan
(judgment), membandingkan apa yang dilihat dengan suatu standar; (3) respon diri (self-response),
jika kita lebih baik dalam perbandingan dengan standar kita, kita memberi penghargaan jawaban
diri pada diri kita sendiri.
Jika menjadi kurang baik, kita memberi hukuman jawaban diri pada diri kita sendiri. Strategi self-
regulated learning mencakup evaluasi diri (self-evaluation), pengorganisasian dan transformasi,
penetapan dan perencanaan tujuan (goal-setting & planning), pencarian informasi (seeking
information), pencarian dokumen (seeking records) dan monitoring, pembangunan lingkungan
(environmental structuring), konsekuensi diri (self-consequating), pelatihan (rehearsing) dan
penghafalan (memorizing), mencari bantuan sosial, dan pemeriksaan laporan (reviewing records).
Yang (1993) melaporkan bahwa pada self-regulatory learners: 1) pembelajar dengan pengaturan yang
tinggi (high regulatory) cenderung belajar lebih baikdari pada di bawah control pembelajar control
program; 2) pembelajar pengaturan diri yang tinggi dapat memonitor, mengevaluasi, atau mengelola
belajar mereka dengan efektif selama pembelajaran terkontrol dengan memberikan pelekatan
pertanyaan-pertanyaan; 3) control pembelajar mereduksi waktu/jam pembelajaran yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pelajaran; dan 4) pembelajar pengaturan diri yang tinggi mengelola belajar dan
waktu mereka dengan efisien.
Nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter
1. Religiusitas
2. Nasionalisme
3. Gotong Royong
4. Mandiri
5. Integritas
9 Nilai INTEGRITAS Menurut KPK
Berani Peduli Kerja Keras
Jujur Adil Tanggung Jawab
Mandiri Disiplin Sederhana
BERJUMPA DI KERTAS
Kerja Keras
BERANI PEDULI
Tanggung
JUJUR ADIL Jawab
MANDIRI DISIPLIN Sederhana
GURU
INTEGRITAS
SISWA
NILAI – NILAI
INTEGRITAS
KETELADANAN