PENDAHULUAN
Selama tahun 1980-an, para ahli pendidikan menggeser minat kajian mereka
dalam memandang motivasi dalam proses kognitif dan pemrosesan informasi pada
fungsi manusia. Pergeseran ini merupakan ‘revolusi kognitif’ yang dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi pembelajaran dan kehadiran komputer, yang melayaninya
sebagai metafora gerakan signatura dan model/bentuk akal/intelegensi (Pajares dan
Schunk. 2001: 239).
Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa
manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan
perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari
pengalaman tidak langsung. Walaupun manusia dapat dan memang belajar dari
pengalaman langsung, banyak dari apa yang mereka pelajari didapatkan dengan
mengobservasi orang lain. Bandura (1986) menyatakan bahwa “apabila
pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui akibat dari tindakan seseorang, proses
kognitif dan perkembangan sosial akan sangat terbelakang, dan juga akan menjadi
sangat melelahkan”.
Teori kognitif sosial berakar pada pandangan tentang human agency bahwa
individu merupakan agen yang secara proaktif mengikutsertakan dalam lingkungan
mereka sendiri dan dapat membuat sesuatu terjadi dengan tindakan mereka.
Adapun kunci pengertian agency adalah kenyataan bahwa di antara faktor personal
yang lain, individu memiliki self-beliefs yang memungkinkan mereka melatih
mengontrol atas pikiran, perasaan, dan tindakan mereka, bahwa apa yang
dipikirkan, dipercaya, dan dirasakan orang mempengaruhi bagaimana mereka
bertindak (Bandura, Albert. 1986: 25).
Teori belajar sosial atau social learning Theory Bandura didasarkan oleh tiga
konsep yaitu :
2. Beyond Reinforcement:
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar
membuat kue bika, khususnya bagi mereka yang terbiasa membeli kue bika siap saji
dan mempunyai keyakinan bahwa membuat kue bika sendiri merupakan hal yang
sia-sia dan tak perlu karena membelinya pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini
orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk
belajar memasak kue bika dari televisi.
Saat ini diperkirakan 36,3 persen remaja Indonesia adalah perokok aktif,”
katanya di Denpasar, Sabtu. Ia mengatakan faktor resiko munculnya perilaku
merokok pada remaja sangat dipengaruhi masifnya iklan promosi dan sponsorship
yang secara tidak langsung mendorong remaja dan anak-anak menjadi perokok
pemula. “Selain itu masiah banyaknya iklan masuk sekolah atau kampus dengan
berkedok beasiswa akan menambah kekhawatiran anak dan remaja sangat dekat
dengan rokok dan tidak melihatr rokok sebagai sebuah ancaman kesehatan,”
katanya.
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang : UPT Penerbitan Universitaas
Muhammadiyah.
Bandura, Albert. 1962. Social learning through imitation. Dalam M. R. Jones (Ed), Nebraska
Bandura, Albert. 1977b. Social Learning Theory. New Jersey: Prentise Hall.
Bandura, Albert. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive
Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy: The Exercise of Control. New York. W. H. Freeman.
Byrne, D. & Kelley, K. 1981. An Introduction to Personality. New Jersey: Prentice Hall, inc.
Feist, Jest dan Gregory, J. Feist. 2011. Theories of Personality. McGraw Hill : New York.
Graham, Sandra dan Bernard Weiner. 1998. Theories dan Priciples of Motivation” dalam ed.