Anda di halaman 1dari 9

B.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Kognitif Sosial

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social
Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Albert Bandura lahir di kanada pada tahun
1925. la memperoleh gelar doktornya dalam bidang psikologi klinis dari University of lowa di mana arah
pemikirannya di pengaruhi oleh tulisan Miller dan Dollard (1941) yang berjudul Social Learning And
Imitation. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan
1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard
tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapapublikasinya,

Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktorkognitif dan behavioral yang
memengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial.Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan
gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan
mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan,
strategi- strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-individu juga melihat model- model
atau contoh-contoh untuk mempelajari kegunaan dan kesesuaian prilaku-prilaku akibat dari prilaku yang
di modelkan, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan tentang kemampuan mereka dan
hasil yang diharapkan dari tindakan mereka.

Bandura mengembangkan teorinya untuk mebahas cara-cara orang memiliki kendali atas peristiwa
dalam hidup mereka melalui pengaturan diri atas pikiran-pikiran dan tindakan mereka. Proses dasarnya
meliputi menentukan tujuan, menilai kemungkinan hasil dari tindakan-tindakan, mengevaluasi
kemajuan pencapaian tujuan, dan pengaturan diri atas pikiran, emosi, dan tindakan. Bandura
menjelaskan bahwa karakteristik khas lainnya dari teori kognitif sosial adalah peran utama yang di
berikannya pada fungsi-fungsi pengaturan diri. Orang berprilaku bukan sekedar untuk menyesuaikan diri
denagn kecendrungan- kecendrungan orang lain. Kebanyakan perilaku mereka dimotivasi dan diatur
oleh standard internal dan reaksi-reaksi terhadap tindakan meraka sendiri yang terkait dengan penilaian
diri.

dapat dilihat bahwa pada dasarnya teori belajar sosial menggambarkan perilaku anusia sebagai bentuk
interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara perilaku, kognitif, serta dampak dari lingkungan yang
didapatkan melalui tahap mengamati dan meniru.

Kognitiv-social ialah sebuah gagasan yang menekankan pendapat bahawasanya mayoritas kegiatan
belajar individu berlangsung dilingkungan sosial. Melalui kegiatan mengamati orang lain, individu akan
mendapatkan pengalaman, norma, skill, strategi strategis, kepercayaan, dan perilaku. Pesonal Orang
juga dapa observasi model atau misalnya untuk menelaah kegunaan dan kesesuaian sikap yang
dihasilkan dari perilaku yang dimodelkan, dan setelah itu melakuakan apa yang diyakini oleh mereka dan
hasil yang diharapkan dari perilaku tersebut. (Dale, 2012).

Dalam pengembangan teory dari Bandura ini, ia menjelaskan cara seseorang mengontrol keajadian
dalam kehidupan melalui pikiran dan tindakan yang mengatur diri sendiri. Proses fundamentalnya
meliputi penetapan arah tujuan, evaluasi asumsi hasil dari sebuah tindakan, evaluasi kemajuan
pencapaian tujuan, dan pengaturan diri terhadap pikiran, emosi, dan tindakan. Bandura menjelaskan
bahwa ciri khas lain dari teori kognitif sosial adalah bahwa ia memainkan peran utama dalam
pengaturan diri. Perilaku orang tidak hanya menyesuaikan diri dengan kecenderungan orang lain.
Sebagian besar perilaku mereka dimotivasi dan diatur oleh standar internal, dan tanggapan mereka
terhadap perilaku mereka terkait dengan penilaian diri.

Hipotesa awal teori belajar sosial Bandura salah satunya ialah bahwa manusia sangat lentur dan bisa
menelaah pola tingkah laku serta pola tingkah lakunya. Fokus pembelajaran ini adalah untuk
menggantikan pengalaman. Walaupun manusia mampu dan telah belajar behaviore real, mereka telah
belajar kecenderungan mayoritas dari mengamati perilaku orang lain.

Hipotesis awal memberikan isi dari perspekrif secara teori dalam konsep pembelajaran sosial Bandura,
yaitu:

(1) kegiatan belajar sejatinya dilakukan melalui peniruan atau pemodelan.

(2) Pada kegiatan peniruan, individu dimaknai menjadi sosok yang aktif dalam menentukan perilaku
yang ingin ditiru serta frekuensi dan ukuran intensnya modeling yang ingin dia tiru.

(3) peniruan merupakan type pembelajaran perilaku yang khusus, yang dapat laksanakan tanpa perlu
langsung mengalami keadaan itu.

(4) peniruan merupakan pengukuhan secara tidak langsung dari perilaku tertentu, dan keefektirannya
sama pengukuhan secara langsung untuk mempromosikan serta memunculkan imitasi. Individu dengan
asosiasi tidak secara langsung perlu menyuguhkan beberapa komponen kognitif (misalnya memori dan
kecakapan pengulangan) untuk proses peniruan.

(5) pertimbangan dari dalam sangat penting dalam pembelajaran karena ketika ada input sensorik yang
jadi sebuah dasar dalam pembelajaran serta perilaku yang dicetuskan, terdapat pengaruh dari internal
yang dapat mempengaruhi hasil finalnya. (Janet, 2018).

Bandura percaya bahwa observasi memberikan ruang untuk manusia terus menelaah sesuatu, walaupun
tidak melakukan apapun. Manusia menelaah dengan mengobservasi tingkah laku individu lain.
Pembelajaran alternatif merupakan kegiatan belajar melalui mengamati orang lain. Kenyataan ini
bertentangan dengan pandangan behaviorsm yang berpendapat tidak ada faktor kognitif yang
diperlukan untuk menjelaskan pembelajaran. Jika orang bisa belajar melalui observasi, maka mereka
harus berkonsentrasi, mengkonstruksi gambaran, mengingat-ingat, memahami, serta menjadikan
sebuah keputusan yang meinfluence pembelajaran. Bandura meyakini bahwa asosiasi bukanlah inti dari
pembelajaran. Meskipun peoses asosiasi membantu kegiatan belajar, itu bukanlah persyaratan inti.
Pembelajaran utama manusia ialah contoh observasi, serta observasi ini terus terasosiasi.
Fungsi asosiatif dalam proses modeling adalah fungsi informasion dan fungsi motivasion. Penguatan
mempunyai banyak mutu informasi, yaitu, perilaku asosiasi dan proses asosiasi itu sendiri dapat
memberi tahu manusia perilaku mana yang paling mudah beradaptasi. Perilaku manusia memiliki tujuan
tertentu. Dalam arti tertentu, manusia dapat mempelajari apa yang diharapkan terjadi melalui
pengalaman, sehingga mereka dapat memprediksi dengan lebih baik perilaku mana yang akan
memaksimalkan peluang keberhasilannya. Oleh karena itu, pemahaman atau kognisi manusia tentang
akibat perilaku tertentu dapat membantu memaksimalkan efektifitas prosedur pembelajaran.

Selain itu, penguatan teori pembelajaran sosial dipahami sebagai motivasi. Dengan kata lain, manusia
belajar untuk meramalkan munculnya enhancer dalam keadaan tertentu, dan bohaviour awal yang
diharapkan ini adalah langkah pertama dalam banyak tahap perkembangan. Orang tidak mempunyai
skill untuk menilik masa yang akan datang,tetapi mereka dapat memprediksi akibat dari tindakan
tertentu berdasarkan apa yang telah mereka teliti dari pengalaman baik dan buruk orang lain (dan yang
terpenting, tanpa harus mengalami sendiri pengalaman tersebut) (Abu, 2004).

Determinan timbal balik adalah hipotesis penting bahasan yang urgen dalam pendekatan pembelajaran
social Albert Bandura. Pandangan ini berpendapat bahwa, pada tingkat yang tersederhana, masukan
sensorik bukan selalu mengarah pada perilaku yang tidak sesuai dengan pengaruh kontribusi sadar
manusia. Aturannya menunjukkan bahwa perilaku manusia ialah hasil dari hunbungan antara tiga
variabel: tingkah laku behaviour, individu (personal) dan environment.

Fungsi mental manusia merupakan produk interaksi antara tingkah laku (behaviour), individu
(kepribadian) dan lingkungan (environment).

Inti dari kepastian timbal balik adalah bahwa manusia mengelolah informasi yang bersumber dari model
melalui pemrosesan berulang dan pembelajaran kesalahan model, dan mengembangkan serangkaian
gambar perilaku simbolik, dan kemudian beradaptasi dengan manusia. Ketiga factor timbal balik ini tidak
perlu sama kuatnya atau berkontribusi sama. Potensi relatif dari ketiganya bervariasi dari orang ke orang
dan situasi. Terkadang perilakunya mungkin lebih kuat. Namun, di lain waktu, lingkungan mungkin
memiliki dampak terbesar. Meskipun perilaku dan lingkungan terkadang menjadi penyumbang terbesar
kinerja, penyumbang (kepribadian) adalah yang paling penting. Kognisi memengaruhi perilaku, dan
perilaku memengaruhi kognisi. Lingkungan mempengaruhi perilaku, dan perilaku mempengaruhi
lingkungan. Kognisi mempengaruhi lingkungan. Persepsi dampak lingkungan.

2.PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA DALAMPROSES BELAJAR MENGAJAR DI


SEKOLAH

Penerapan teori sosial kognitif dalam pembelajaran sejatinya merupakan gabungan dari teori
behavioristik yang dibarengi dengan penguatan dan psikologi kognitif serta menggunakan prinsip
modifikasi perilaku. Bandura dalam teori sosial kognitif ini memiliki dasar asumsi bahwa seseorang
melakukan pembelajaran dari proses meniru dari lingkungan sekitarnya, utamanya adalah perilaku
individu lain. Proses peniruan tersebut dinamakan juga sebagai perilaku model. Hasil pembelajaran
adalah proses coding perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Sentral dari
teori ini tertuang dalam modelling dan vicarious learning (Ekawati, 2022).

Aplikasi teori sosial kognitif dalam pembelajaran dapat mengambil dari berbagai model, efisiensi diri,
contoh terapan, dan tutor dan monitoring yang mendeskripsikan teori sosial kognitif (Sulastri, 2016).
Sebagai contoh ialah dalam pembelajaran olahraga di sekolah, pendekatan sosial kognitif oleh bandura
ialah dengan menjelaskan pengalaman dan pertisipasi siswa dalam pelajaran olahraga ini. Teori sosial
kognitif ini lebih menitikberatkan kognisi serta pandangan/pemahaman siswa dalam belajar olahraga
yang dipengaruhi oleh situasi dan konteks di dalamnya. Hal tersebut akan mempengaruhi siswa dari
segi motivasi, keterampilan, perilaku, perasaan siswa dalam pembelajaran olahraga tersebut.

Teori belajar sosial Albert Bandura memaknai bahwa peserta didik memiliki sifat:

1. Intensionalitas Peserta didik adalah perencana yang bukan hanya sekedar ingin memprediksimasa
depan, tetapi intens membangun komitmen proaktif dalam mewujudkansetiap rencana

2. Mem-prediksi Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih
perilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku yang mana untukmenghindari kegagalan.

3. Reaksi-diri Peserta didik lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan perilaku ke depan
karena manusia juga sanggup memberikan reaksi-diri dalam proses motivasi dan meregulasi diri
terhadap setiap tindakan yang dilakukan

4. Refleksi diri Peserta didik adalah mahkluk yang dilengkapi dengan kemampuan merefleksi- diri.
Kemampuan manusia merefleksi-diri, membentuk kepercayaan-diri dari manusia, bahwa manusia
sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.

Bandura menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamalan, di


mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama orang
yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial
adalah modeling (peniruan) Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforcement yang
nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon
orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang
diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih
efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh
respon yang tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.

Tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan
kognitif, behavioral dan lingkungan. Manusia menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan
mengontrol lingkungan, tetapi manusia juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Saling-determinis
sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari
perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan
sistem sosial. Manusia dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian
mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti
tingkah laku ditentukanoleh antisipasi konsekuensi.

Prinsip-prinsip teori belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar cenderung berorientasi
pada

: 1. Kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, dimana orang belajar melalui
pengamatan. Seseorang belajar melalui proses observasi atau pengamatan terhadap orang yang
dianggap memiliki nilai lebih dibanding dirinya. Isi teori belajar sosial ini, cenderung mendorong hasrat
untuk terus belajar. Setiap individu sekurang-kurangnya tetap mempertahankan akal sehat dan
kemampuan pertimbangannya yang asli untuk menyikapi berbagai kondisi hidup aktual.Kemudian
bergerak menggunakan bakat istimewa yaitu kesanggupan untuk belajar dari semua pengalaman yang
telah dimiliki dandiperoleh selanjutnya.

2. Belajar melalui proses pengamatan (modeling)terjadi proses pengamatan terhadap segala yang dapat
ditimba sebagai pengalaman sekarang dan merasakannya. Bahwa manusia selalu hidup pada saat di
mana manusia itu hidup dan bukan pada suatu waktu lainnya. Hanya dengan setiap saat menyaring,
seluruh makna dari setiap pengamatan yang dimatai sekarangini, maka manusia dipersiapkan untuk
melakukan hal yang sama di masa yang akan datang. Ini satu-satunya persiapan yang akan membawa
hasil.

3. Determenisme resipokal dalam teori belajar sosial Bandura, sebagai pendekatan yang menjelaskan
tingkah laku manusia dalam bentuk hubungan interaksi timbal balik yang terus menerus, merupakan
penerapan makna belajar mengajar dalam fungsi dan daya pedagogis. Bahwa setiap proses belajar
mengajar yang bermakna memberi pengaruh timbal balik antara pengalaman kontinuitas dengan
interkasi, sebagai pengalaman yang bersifat mendidik.

4. Tanpa reinforcement. Menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu
tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu bukan merupakan satu-satunya pembentuk tingkah
laku seorang individu.

5. Teori belajar sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi feedback yang
berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Disinilah terletak
kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk
memimpin diri sendiri (self direction).

6. Teori belajar sosial Bandura dapat menerapkan prinsip pertumbuhan, kontinuitas dan rekonstruksi
selama berlangsungnya proses belajar mengajar karena terjadi upaya penyesuaian diri. Namun
penyesuaian diri itu bukanlah suatu hal yang pasif tetapi aktif, sebab organisme bertindak terhadap
lingkungan tersebut dengan memberikan perubahan terhadapnya sesuai dengan usahanya dalam
mempertahankan kehidupan dan menghadapi lingkungannya.

7. Mengkaji empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling yang terjadi dalam
observational learning yaitu: (1). Atensi, dalam seseorang harus memberikan perhatian terhadap model
dengan cermat. (2). Retensi, mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati
maka seseorangperlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model. (3). Reproduksi,
memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah
ditampilkan oleh modelnya setelah itu adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang
dilakukan oleh modeldan (4). Motivasional, memiliki motivasi untuk belajar. Bahwa belajar yang
berdasarkan bakat alami merupakan suatu proses dari upaya mengatasi kecenderungan alami dan
menggantikannya degan berbagai kebiasaan yang diperoleh lewat dukungan eksternal. Gerak pemikiran
manusia dibangkitkan dengan suatu keadaan yang menimbulkan permasalahan di dunia sekitar kita dan
gerak itu berakhir dalam berbagai perubahan. Belajar dengan melibatkan dunia sosial mengandung di

8.dalamnya integrasi antara subjek dan objek, juga pelaku dan sasarannya. . Konsep dasar teori efikasi
diri adalah adanya keyakinan bahwa setiap individu mempunyai kemampuan mengontrol pikiran,
perasaan dan perilakunya. Dengan demikian efikasi diri merupakan masalah persepsi subyektif. Artinya
efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan
yang dimiliki individu. Secara kodrati struktur psikologis manusia atau kodrat manusia mengandung
kemampuan-kemampuan tertentu. Manusia yang sukses dalam hal ini adalah yang mampu
memecahkan masalah-masalah dan menambahkan rincian-rincian dari proses-proses pemecahan
masalah yang berbeda-beda ke dalam gudang pengalaman untuk digunakan menghadapi masalah-
masalah yang mungkin saja mirip di masa akan datang.

Selanjutnya, proses belajar mengajarmelalui pengamatan terhadap orang lain atau vicarious
conditioning sebagai adalah bentuk belajar secara kontinuitas dan berinteraksi. Proses vicarious
conditioning atau modeling menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kontinuitas dan interaksi
merupakan proses timbalbalik dan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dan lingkungannya
dalam rangka menunju ke kehidupan yang lebih baik. Vicarious conditioning atau modeling
adalahpengalaman kontinuitas dan interkasi dengan lingkungan yang merangsang organisme melalui
efikasi diri untuk memodifikasi lingkungan dalam hubungan timbal balik.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi antara lain,

1)Perhatian(atensi), mencakup peristiwa meniru (adanya kejelasan, keterlibatanperasaan, tingkat


kerumitan. kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat,
peresepsi,penguatan sebelumnya.
2) Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian
pikiran, pengulangan symbol, pengulangan motorik)

3) Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik,kemampuan meniru, keakuratan umpan balik, dan

4) Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menerapkan teori belajar sosial Albert Bandura dalam
proses belajar mengajar adalah

1) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa

2) Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan, danmedia-media
pembelajaran visual lainnya

3) Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topikyang sudah


dipelajari.

4) Menggunakan musik.

5) Menciptakan suasana riang.

6) Teknik penyajian materi bervariasi.

7) Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.terhadap diri sendin.

Belajar memberikan ruang bagi terjadi proses mental, emosional dan fisik.Contoh aktifitas mental
misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
aktifitas emosional misalnya semangat, sikap,positif terhadap belajar, motivasi, keriangan, dan lain-lain,
Contoh aktifitas fisikmisalnya melakukan gerak badan seperti kaki, tangan untuk melakukan ketrampilan
tertentu.

Cara-cara yang dapat digunakan antara lain:

1) Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung.

2) Mengerjakkan latihan pada setiap akhir suatu bahasan.

3) Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan

4) Membentuk kelompok belajar

5) Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif.


Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikanoleh
seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik. Media yang
dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses belajar mengajar yang
menyenangkan. Suasana belajar di kelas menjadi kelas konstruktif yang merefleksikan proses
pengetahuan dan pemahaman akuisisi,sehingga benar-benar melekat pada konteks sosial dan
emosional saat belajar.

3 .A. Kelebihan Teori Belajar Sosial

Teori pembelajaran sosial yang merupakan perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran
perilaku (behaviorisme), yang menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam kontek sinterkasi timbulbalik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Karena kondisi lingkungan
sekitar individu mampu mempengaruhi pola belajar sosial. Menurut Albert Bandura teori belajar sosial
ini memiliki kelebihan yakni:

a. Kelebihan teori belajar sosial yaitu lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melaui sistem kognitif orang tersebut. Menurut Bandura, tingkah laku manusia bukan
semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif
manusia itu sendiri. Misalnya dalam iklan sabun ditv, dalam iklan tersebut sering menampilkan bintang-
bintang yang populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun
supaya kulit sepertibintang

b.. Sebagai pembelajaran yaitu melalui pengamatan yang dapat terjadi melaluikondisi yang dialami
seseorang. Misalnya: seorang pelajar melihat temannyadipuji dan ditegur oleh gurunya karean
perbuatanya, maka ia kemudian menirumelakukan perbuatan-perbuatan lain yang tujuannya sama ingin
dipuji olehgurunya.

c. Mengurangi kesenjangan antar manusia. Artinya antar sesame manusia itu saling berhubungan antara
satu dengan yang lain, sehingga tidak terjadi kesenjangan diantaranya.

d. Memeberikan kesempatan yang lebih kepada manusia untuk saling berinteraksi Artinya dalam
kehidupan bersama seorang manusia saling bertukar informasi, dan pikiran dengan sesamanya. Karena
dengan berinteraksi dapat dipastikan akan mampu mengubah cara pandang dan cara pikir manusia
sebagai bagian dari proses pembelajaran seseorang.

e. Seseorang mampu mengenal lingkungannya, dimana akan ada pengalaman dan pengetahuan baru
yang diperoleh dari hasil interaksi yang dilakukan

B.. Kekurangan Sosial Learning Theory


Teori Pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini
karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara
peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika
manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui pentruan (modeling), sudah
pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik

peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai