Anda di halaman 1dari 13

UJIAN AKHIR (TAKE HOME TEST)

MATA KULIAH
KONSULTASI MANAJEMEN KOPERASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsultasi Manajemen Koperasi


Pada Program Studi Magister Manajemen

Oleh :
DEVIE YUSDIANA (MM 21915)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOPERASI INDONESIA
2023
SOAL UJIAN MAGISTER
MANAJEMEN,
MATA KULIAH KONSULTASI MANAJEMEN KOPERASI

Jawaban dikirim sebelum hari Kamis, 30 Maret 2023


ke email:magistermanajemen@ikopin.ac.id

Jawablah pertanyaan di bawah ini, buatlah jawaban selengkap mungkin dengan


memberikan kajian Pustaka dan contohnya. Jawaban dalam bentuk tulisan diketik dengan
format fonts Times New Romas 14, spasi 1,5., kertas A4. Sifat Ujian Take home test.

1. Mengapa program konsultasi manjemen koperasi perlu memperhatikan teori


pembelajaran sosial ? Uraikan jawaban Saudara mengenai hal tersebut selengkap-
lengkapnya ! Dan berikan contoh suatu kegiatan pembinaan Koperasi atau
pendampingan KUMKM yang Saudara ketahui, Jelaskan dan rumuskan masalahnya
beserta pemecahannya, termasuk model pilihan yang digunakannya !

--000-
-
Konsultasi Manjemen Koperasi Perlu Memperhatikan Teori Pembelajaran Sosial.

1.1. Konsep dan Teori Pembelajaran Sosial

Albert Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari


University of Iowa dan kemudian mengajar di Stanford Uni. Sebagai
seorang behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar
tentang respon lingkungan. Oleh karenanya teorinya disebut teori belajar
sosial, atau modeling.

Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara


pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura
menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.

Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan


menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka
yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini di rasakan lebih lengkap di
bandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya. Sehingga teorinya ini juga
di dukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggung-
jawabkan.

Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku


yang tradisional (behavioristik). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal.

Salah satu asumsi paling awal mendasari teori Teori belajar Bandura
adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana
kecakapan bersikap maupun berperilaku.
Fokus pembelajaran adalah pengalaman-penglaman tak terduga
(vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar
dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari
aktivitas mengamati perilaku orang lain (Feist, 2009).

1.1.1. Sudut Pandang Belajar Sosial Albert Bandura

Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori
pembelajaran sosial (Salkind,2004) yaitu:

1. Observational learning atau modeling. Pembelajaran pada hakikatnya


berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling).

2. Dalam imitation atau modeling individu di pahami sebagai pihak yang


memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana yang hendak ia
tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan.

3. Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang di


lakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung.

4. Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada


perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk
memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan tidak
langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti
kemampuan mengingat dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan.

5. Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi


adanya masukan indrawi yang menjadi dasar pembelajaran dan perilaku di
hasilkan, terdapat operasi internal yang mempengaruhi hasil akhirnya.

Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi


manusia untuk belajar tanpa berbuat apapun. Manusia belajar dengan
mengamati perilaku orang lain. Vicarious learning adalah pembelajaran
dengan mengobservasi orang lain.

Fakta ini menantang ide behavioris bahwa faktor-faktor kognitif tidak


di butuhkan dalam penjelasan tentang pembelajaran. Bila orang dapat
belajar dengan mengamati, maka mereka pasti memfokuskan perhatiannya,
mengkonstruksikan gambaran, mengingat, menganalisis, dan membuat
keputusan-keputusan yang mempengaruhi pelajaran.

Bandura percaya penguatan bukan esensi pembelajaran. Meski


penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun bukan syarat utama.
Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan
pengamatan inilah yang ters menerus di perkuat.

Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi


informasi dan fungsi motivasi. Penguat memiliki kualitas informatif
maksudnya, tindakan penguatan dan proses penguatan itu sendiri bisa
memberitahukan pada manusia perilaku mana yang paling adaptif.

1.1.2. Pembelajaran Modeling dalam Teori Belajar Bandura

Manusia bertindak dengan tujuan tertentu. Dalam pengertian tertentu,


manusia belajar melalui pengalaman mengenai apa yang di harapkan untuk
terjadi, dan demikian mereka bisa menjadi semakin baik dalam
memperkirakan perilaku apa yang akan memaksimalkan peluang untuk
berhasil.

Dengan demikian pengetahuan atau kesadaran manusia mengenai


konsekuensi perilaku tertentu bisa membantu mengoptimalkan efektivitas
suatu program pembelajaran.

Selanjutnya, penguat dalam teori pembelajaran sosial di pahami


sebagai hal yang memiliki kualitas motivasi. Maksudnya, manusia belajar
melakukan antisipasi terhadap penguat yang akan muncul dalam situasi
tertentu, dan perilaku antisipasi awal ini menjadi langkah awal dalam
banyak tahapan perkembangan.

Orang tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan, tetapi


mereka bisa mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi apa yang akan muncul
dari perilaku tertentu berdasarkan apa yang mereka pelajari dari pengalaman
baik dan buruk yang telah di alami orang lain (dan yang terpenting, tanpa
langsung menjalani sendiri pengalaman itu).

Kajian asumsi penting lain yang perlu di bahas dalam teori belajar
Bandura adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism).

Menurut pandangan ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan


indrawi (sensory input) tidak serta merta menghasilkan perilaku yang
terlepas dari pengaruh sumbangan manusia secara sadar. Sistem ini
menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga
variabel, lingkungan, perilaku dan kepribadian.

1.1.3. Intisari pembelajaran modeling dalam Teori Belajar Bandura

Inti dari pembelajaran modeling adalah;

1. Mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang di amati, untuk


kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain.

2. Modeling melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru. Tetapi


menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dengan representasi informasi
secara simbolis dan menyimpannya untuk di gunakan di masa depan.

3. Karakteristik modeling sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang


statusnya lebih tinggi daripada sebaliknya, pribadi yang berkompeten
daripada yang tidak kompeten dan pribadi yang kuat daripada yang lemah.
Artinya konsekuensi dari perilaku yang di modelkan dapat memberikan efek
bagi pengamatnya.

4. Manusia bertindak berdasarkan kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa


di tiru dan apa yang tidak bisa. Tentunya manusia mengantisipasi hasil
tertentu dari modeling yang secara potensial bermanfaat.

1.2. Teori Pembelajaran Sosial Dalam Konsultasi Manajemen Koperasi

Teori pembelajaran sosial tidak bisa dipisahkan dari Program


konsultasi manajemen koperasi karena seorang konsultan (sebutan orang
yang memberikan konsultasi manajemen) harus memiliki ilmu tentang
pembelajaran sosial seperti proses belajar, observasi, modeling, interaksi dua
arah, dan penguatan program baik itu fenomena atau permasalahan yang
terjadi di lingkungan dan aktivitas secara langsung di masyarakat sehingga
dengan pengamatan tersebut diharapkan konsultan dapat menganalisis dan
membuat keputusan serta alternative solusi dalam pemecahan masalah
tersebut secara tepat. Adapun teori pembelajaran sosial yang terdapat dalam
konsultasi manajemen koperasi antara lain sebagai berikut:

a. Harapan

Harapan merupakan keinginan dan kondisi ideal yang ingin dicapai


oleh seseorang/kelompok/Koperasi sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Namun dalam mencapai tujuan tersebut tentu terdapat kendala
dan masalah yang dihadapi Koperasi sehingga perlu adanya petunjuk dan
pendampingan dari konsultan yang berkompeten dan berpengalaman
sehingga mereka menjadikan konsultan sebagai informan, modeling dan
motivator dalam upaya menyelesaikan dan memecahkan permasalahan yang
sedang dihadapi.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada fenomena dan


permasalahan yang terjadi di lingkungan dan aktivitas secara langsung di
masyarakat, yang mengacu kepada kesenjangan antara harapan/kondisi ideal
dengan kenyataan atau realita yang terjadi.

Observasi atau pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku seseorang


atau konsultan yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya baik
dari pengalaman, pengetahuan, informasi dan sebagainya. Istilah yang
terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan).

c. Kapabilitas Perilaku

Kapabilitas merupakan proses mengaplikasikan kemampuan,


pengetahuan, sikap, perilaku dan pengalaman yang dimiliki oleh sumber
daya manusia dalam hal ini Konsultan untuk melaksanakan strategi
pekerjaan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan nilai bagi suatu
organisasi atau Koperasi.

d. Efikasi Diri

Konsep dasar teori efikasi diri adalah adanya keyakinan bahwa setiap
individu mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan dan
perilakunya. Dengan demikian efikasi diri merupakan masalah persepsi
subyektif. Artinya efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan
yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki konsultan
dan Koperasi dalam memberikan informasi dan solusi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi secara efektif dan efisien.
e. Deterministik Resiprokal

Pendekatan yang menjelaskan hubungan interaksi timbal balik yang


terus menerus (kontinuitas) atau dua arah antara Konsultan dan orang atau
Koperasi yang memiliki permasalahan yang perlu diselesaikan. Sehingga
konsultan dan Koperasi mendapatkan informasi yang lengkap dan
komprehensif untuk menentukan langkah dan alternative pemecahan
masalah.

f. Reinforcement

Proses menguatkan kembali program dan aktivitas yang dilakukan oleh


konsultan dan Koperasi agar masalah yang terjadi tidak terulang di masa
yang akan datang. Pengutan tersebut dapat berupa modifikasi program
maupun program mitigasi resiko sehingga meminimalkan resiko dan
meningkatkan kinerja Koperasi.

1.3. Kegiatan pembinaan Koperasi

Salah satu Program Pembinaan Koperasi yang dilaksanakan oleh


Kementerian Koperasi dan UKM, secara khusus merupakan Program Kerja
yang ada pada Deputi Bidang Perkoperasian adalah Program Pemeriksaan
Kesehatan Koperasi.

Pemeriksaan Kesehatan Koperasi merupakan bagian dari mekanisme


pengawasan terhadap Koperasi, sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi,
Usaha Kecil, dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020
tentang Pengawasan Koperasi. Pemeriksaan Kesehatan menjadi elemen
penting dalam pengawasan Koperasi karena memberikan gambaran
mengenai kondisi Koperasi yang menjadi objek pengawasan selama periode
tahun buku yang diperiksa.
Dalam melaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Koperasi, Tim
Pemeriksa Kesehatan atau bisa disebut juga Pejabat Fungsional Pengawas
Koperasi (JFPK) menggunakan instrumen baku yang disebut Kertas Kerja
Pemeriksaan Kesehatan Koperasi (KKPKK).

Kondisi Koperasi yang menjadi objek Pemeriksaan Kesehatan


diklasifikasikan menjadi empat kategori predikat, yaitu :

✓ Sehat,

✓ Cukup Sehat,

✓ Dalam Pengawasan,

✓ Dalam Pengawasan Khusus.

Koperasi yang dalam proses pengawasannya tidak dapat diperiksa


dengan KKPKK akan memperoleh predikat Tidak Bisa dinilai. Terhadap
Koperasi yang Tidak Bisa dinilai tersebut, akan ditindaklanjuti dengan surat
pembinaan.

Dengan demikian, melalui Pemeriksaan Kesehatan, Pengurus dan


Pengawas Koperasi dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan Koperasi
masing-masing, sehingga dapat menentukan langkah-langkah pengelolaan
selanjutnya. Selain itu, Pemeriksaan Kesehatan juga merupakan salah satu
upaya untuk memastikan bahwa Koperasi berjalan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan dapat memberikan manfaat bagi anggotanya.
1.3.1 Rumusan Masalah

Citra buruk koperasi melekat pada masyarakat umum, karena


banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh badan usaha yang berkedok
koperasi. Dari mulai koperasi menyimpang dari nilai-jati diri koperasi serta
tidak mematuhi ketentuan tentang perkoperasian yang berlaku. Sehingga
diperlukan suatu alat yang mampu memperbaiki hal tersebut, maka
pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM memperkuat
pengawasan koperasi melalui suatu program Pemeriksaan Kesehatan
Koperasi.

Pemeriksaan Kesehatan Koperasi merupakan Pembinaan Koperasi


dalam bentuk tindakan – tindakan korektif sehingga kegiatan koperasi yang
belum sesuai dengan peraturan perundang – undangan dapat kembali
mematuhi peraturan perundang – undangan. Pemeriksaan Kesehatan
Koperasi juga dapat dianggap sebagai aktifitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpanan dari aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan
aturan tentang Koperasi yang berlaku di Indonesia. Adalah wajar apabila
terdapat adanya kekeliruan tertentu, kegagalan – kegagalan dan petunjuk –
petunjuk yang tidak efektif sehingga terjadi penyimpangan yang tidak
diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.

Indikator masalah yang diperiksa untuk menentukan kriteria kesehatan


suatu koperasi di kelompokan dalam 4 Aspek Pemeriksaan, sebagai berikut
ini :
a. Aspek Tata Kelola
b. Aspek Profil Resiko
c. Aspek Kinerja Keuangan
d. Aspek Permodalan
1.3.2 Model Pemecahan Masalah

Model pilihan yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah


Model Dokter dan Pasien yaitu pelayanan pemeriksaan kesehatan suatu
koperasi sehingga penyakit (permasalahan) yang ada pada koperasi tersebut
dapat di obati secara tepat sasaran dan pada akhirnya koperasi tersebut
memiliki predikat sehat.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan koperasi bisa diuraikan dalam


beberapa langkah berikut ini :

1. Pelaksanaan Entry Meeting,


Tim Pemeriksa memulai persiapan pemeriksaan koperasi meliputi, observasi
langsung ke lokasi koperasi tersebut berada, serta mempelajari dokumen
(literasi) yang dimiliki oleh koperasi tersebut.
2. Pemeriksaan Dokumen dan Berkas Koperasi (Utama dan Pendukung),
Tim Pemeriksa melakukan studi literatur terkait berkas yang dimiliki oleh
koperasi.
3. Pelaksanaan Dakwaan Pelanggaran,
Tim Pemeriksa menginformasikan temuan pelanggaran yang dilakukan oleh
koperasi dan koperasi dapat menerima/menyanggah dakwaan dengan
menunjukan bukti/evidence yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tim
pemeriksa.
4. Penyusunan Berita Acara,
Tim Pemeriksa membuat Berita Acara Pemeriksaan Kesehatan Koperasi
yang ditandatangani oleh seluruh Tim Pemeriksa dan Pengurus/Pengawas
Koperasi.
5. Pengumuman Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Koperasi
Pengumuman Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Koperasi (LHPKK)
dan Saran Rekomendasi Perbaikan yang harus dilakukan oleh koperasi
sesuai dengan batas waktu yang diberikan oleh Tim Pemeriksa.
6. Monitoring dan Evaluasi,
Tim Pemeriksa melakukan Monitoring dan Evaluasi perbaikan pelanggaran
yang dilakukan oleh koperasi dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
LHPKK tersebut terbit.

Anda mungkin juga menyukai