Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KULIAH

PROSES DIFUSI INOVASI SISTEM INFORMASI DATA TUNGGAL


KOPERASI DAN UMKM PADA DINAS KOPERASI DAN UKM
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pemberdayaan Komunitas dan Difusi Inovasi
Pada Program Studi Magister Manajemen

Oleh :
DEVIE YUSDIANA
MM 21915

KONSENTRASI MANAJEMEN PERKOPERASIAN


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOPERASI INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................... 4

1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 4

1.3.1 Maksud .............................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.4 Kegunaan Makalah ini ................................................................................................ 5

1.4.1 Kegunaan Teoritis ............................................................................. 5

1.4.2. Kegunaan Praktis .............................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................... 6

2.1. Teori Pendukung ......................................................................................................... 6

2.1.1 Teori Data.......................................................................................... 6

2.1.2 Teori Informasi.................................................................................. 6

2.1.3 Teori Sistem ...................................................................................... 7

2.1.4 Teori Sistem Informasi ...................................................................... 8

2.2. Teori Utama ................................................................................................................ 8

2.2.1 Teori Difusi Inovasi .......................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 17

3.1 Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM............................................. 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 22

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22

i
4.2 Saran.......................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Database adalah tempat di mana kumpulan data ditampung secara

terorganisir. Sehingga, dapat diakses dan dikelola dengan mudah.

Keberadaan database bisa kita lihat dengan membuka folder

penyimpanan yang ada di laptop maupun handphone. Di sana, ada banyak data

yang tersimpan di berbagai folder. Kumpulan folder tersebut, berada dalam satu

lokasi yang bernama database.

Adanya database akan membantu kita melakukan manajemen data

dengan lebih baik. Untuk itu, penggunaan database sangatlah penting. Terlebih,

jika data menjadi salah satu komponen utama dalam hal pengambilan

keputusan.

Sayangnya, masih banyak pihak yang mengesampingkan pentingnya

pembangunan database. Sehingga, data-data yang ada dibiarkan begitu saja dan

tidak dikelola dengan baik.

Seperti Koperasi dan UKM yang belum memiliki database jumlah

Koperasi dan jumlah UMKM, selama ini data terkait hal tersebut dimiliki oleh

BPS bukan dari Kementerian yang notabene bergerak dalam bidang

pemberdayaan Koperasi dan UKM. Sehingga, sangat disayangkan bahwa

Kementerian Koperasi dan UKM yang harusnya memiliki basis data terkait hal

tersebut masih tertinggal dari Kementerian/Lembaga lain yang sudah memiliki

basis data sendiri.

1
2

Seyogyanya data memiliki fungsi yang sangat penting bagi kinerja dan

kelancaran kerja suatu instansi pemerintah. Instansi Pemerintah membutuhkan

penyusunan data yang baik agar dapat membantu para pimpinan/pengambil

kebijakan dalam menyusun rencana kegiatan dan mengambil sebuah keputusan.

Data yang baik dapat disusun dalam sebuah database (basis data). Database

memiliki arti penting dalam instansi agar dapat mengumpulkan, mengorganisir

dan menganalisa tugas dan fungsi setiap instansi pemerintah dalam rangka

pencapaian rencana strategisnya.

Data sangat penting bagi Instansi Pemerintah, karena :

➢ Sebagai bahan/alat dalam pengambilan keputusan;

➢ Menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

➢ Alternatif/metode untuk melaksanakan kegiatan;

➢ Seberapa besar lingkup kegiatan;

➢ Penentu SDM pelaksanaan kegiatan;

➢ Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan;

➢ Kapan waktu yang tepat untuk memulai kegiatan;

➢ Dapat memprediksi besaran anggaran yang dibutuhkan.

Karena urgensinitasnya yang tinggi serta amanat Perpres Nomor 39

tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, yang menyatakan bahwa Pemerintah

melalui Bapak Presiden Republik Indonesia mengagendakan agar data di

Indonesia itu data tunggal, tunggal yang berarti data tentang apapun,

dimanapun data yang diperlukan dari sumber data itu sendiri, dimanapun

masyarakat melihat/mencari suatu data hasilnya adalah sama/satu/tunggal (tidak


3

berbeda-beda). Dan inilah yang kita sebut melaksanakan amanah

konstitusional, dalam proses pendataan ini harus saling berinteraksi secara aktif,

harus saling berakselerasi dan pada akhirnya saling bersinergi. Kementerian

Koperasi dan UKM Republik Indonesia sebagai wali data, bersinergi dengan

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS) sebagai pembina data, dan

peran ketiga adalah pemerintah daerah sebagai produsen data, inilah sinergi

antara wali data, pembina data dan produsen data harus berinteraksi aktif, saling

berakselerasi yang kemudian bersinergi sehingga membuat Sistem Informasi

Data Tunggal Koperasi dan UMKM.

Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM ini merupakan hal

yang baru bagi masyarakat awam, sehingga perlu diketahui proses difusi

Inovasi dari sistem ini, dapat diterima atau ditolak oleh Individu maupun oleh

kelompok tertentu yang memiliki kebutuhan akan data tersebut. Oleh sebab itu,

penulis tertarik untuk membahas permasalahan terkait “Proses Difusi Inovasi

Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi Dan UMKM Pada Dinas Koperasi

Dan UKM Provinsi/Kabupaten/Kota”


4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas

yaitu : Bagaimana Proses Difusi Inovasi Sistem Informasi Data Tunggal

Koperasi Dan UMKM Pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik

Tingkat Provinsi/Kab/Kota. Adapun rumusan masalah penulis uraikan di bawah

ini :

1. Analisis Proses Implementasi Difusi Inovasi Sistem Informasi Data

Tunggal Koperasi dan UMKM (SIDT-KUMKM)?

2. Apakah Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik Tingkat

Provinsi/Kab/Kota dapat menerima dan mengoperasikan Sistem

Informasi Data Tunggal Koperasi Dan UMKM (SIDT-KUMKM)?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Difusi Inovasi Sistem

Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM dapat diterima atau ditolak baik

oleh Individu ataupun kelompok tertentu, serta bagaimana peran serta Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik Tingkat Provinsi/Kab/Kota dapat

menerima dan mengoperasikan Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi Dan

UMKM tersebut atau tidak.


5

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1) Untuk menganalisis proses implementasi Difusi Inovasi Sistem

Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM.

2) Sejauh mana Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik Tingkat

Provinsi/Kab/Kota dapat menguasai Sistem Informasi Data Tunggal

Koperasi Dan UMKM.

1.4 Kegunaan Makalah ini

Hasil dari makalah ini diharapkan bisa memberikan sumbangan ilmu

dan informasi yang bermanfaat untuk:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

khususnya Penyusunan Data Tunggal, serta sebagai sarana untuk pengetahuan

terutama bagi yang ingin mengetahui mengenai masalah yang diteliti sebagai

bahan informasi, referensi, acuan dan pembanding untuk melakukan penelitian

sejenis pada periode berikutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat serta masukkan bagi

Kementerian Koperasi dan UKM sebagai bahan evaluasi terhadap penyusunan

Sistem Informasi Data Tunggal, serta proses Difusi Inovasi nya, sehingga dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di masa yang akan

datang.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Teori Pendukung

2.1.1 Teori Data

1. Pengertian

Secara umum, data dapat didefinisikan sebagai fakta atau gambar yang

berupa angka atau sejenisnya dan memberikan suatu informasi yang dapat

menggambarkan kesimpulan yang akan dihasilkan. Istilah data kadang

didefinisikan berbeda sesuai dengan bidangnya. Misalnya, dalam bidang

komputer didefinisikan sebagai simbol atau sinyal yang inputan, penyimpanan

dan pemrosesan data dilakukan oleh tools dalam computer yang output nya dapat

menjadi suatu informasi yang berguna. (Arhami dan Nasir, 2020:16)

2. Tipe Data

Langkah pertama untuk memproses suatu data adalah melihat tipe data

yang dimiliki oleh masing-masing atribut yang ada dalam sistem. Secara garis

besar ada dua tipe data untuk menggambarkan tipe data atribut, yaitu: (Arhami

dan Nasir, 2020:19)

a. Kuantitatif yang terdiri dari numerik, diskret, dan kontinu.

b. Kualitatif yang terdiri dari ordinal, nominal, dan binary.

2.1.2 Teori Informasi

Informasi adalah kumpulan data terorganisir dan diproses agar memiliki

nilai tambah di luar nilai fakta individu. (Ralph M. Stair dan George W. Reynolds,

2018:4)

6
Informasi adalah data yang telah dibentuk menjadi bentuk yang berarti dan

berguna untuk manusia. (Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, 2018:44)

Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu

bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat

dirasakan dalam keputusan yang sekarang atau keputusan yang akan datang.

(Jeperson Hutahaean, 2016:10)

2.1.3 Teori Sistem

Menurut Djekky R. Djoht, sistem adalah agregasi atau pengelompokan

objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang saling

tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa

oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral

dan berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam satu kesatuan. (Handoyo Wijoyo,

2021:128).

Sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang saling terkait,

yaitu: (James A. O’Brien dan George M. Marakas, 2010:26)

1. Masukan : Melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang

memasuki sistem untuk diproses.

2. Proses : Melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi

output.

3. Keluaran : Melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh

proses transformasi ke tujuan akhirnya.


2.1.4 Teori Sistem Informasi

Sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling terkait yang

mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarluaskan data dan

informasi. Sistem informasi menyediakan mekanisme umpan balik untuk

memantau dan mengendalikan operasi untuk memenuhi tujuannya. (Ralph M.

Stair dan George W. Reynolds, 2018:6)

Sistem informasi dapat didefinisikan secara teknis sebagai satu set

komponen yang saling terkait serta mengumpulkan (atau mengambil),

memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung

pengambilan keputusan dan pengendalian dalam sebuah organisasi. (Kenneth C.

Laudon dan Jane P. Laudon, 2018:44)

2.2. Teori Utama

2.2.1 Teori Difusi Inovasi

1. Pengertian

Teori difusi inovasi merupakan teori yang membahas tentang bagaimana

ide atau gagasan baru dan teknologi tersebar dalam suatu kebudayaan. Teori difusi

inovasi merupakan perpaduan dari kata difusi dan inovasi. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia kata difusi memiliki arti berupa penyebaran atau perembesan

sesuatu berupa kebudayaan, teknologi, atau ide dari suatu pihak ke pihak lain,

sedangkan inovasi memiliki arti sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang

baru, yakni sebuah pembaruan.


Teori difusi inovasi dipopulerkan pada tahun 1964 oleh Everett Rogers.

Dalam buku ciptaannya yang berjudul “Difussion of Innovations” ia menjelaskan

bahwa difusi merupakan proses ketika sebuah inovasi dikomunikasikan melalui

beberapa saluran dengan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Teori yang dikemukakan Rogers tersebut yakin bahwa inovasi yang

terdifusi ke seluruh masyarakat dengan pola yang dapat diprediksi. Rogers juga

mendefinisikan difusi inovasi sebagai sebuah proses yang mengkomunikasikan

informasi tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi

demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.

Sementara itu, difusi telah diperkenalkan lebih dulu oleh seorang sosiolog

Prancis, Gabriel Tarde pada tahun 1903. Dalam bukunya “The Laws of Imitation”

ia memperkenalkan pada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion

Curve).

Kurva tersebut menjelaskan bahwa sebuah inovasi dikembangkan oleh

seseorang yang diperhatikan melalui dimensi waktu. Dalam kurva tersebut juga

terdapat dua buah sumbu, satunya menjelaskan tingkat adopsi dan sumbu lainnya

menjelaskan mengenai dimensi waktu.

Tarde kemudian melihat peluang bahwa ada beberapa orang dalam

kelompok tertentu yang memiliki ketertarikan terhadap ide dan hal-hal baru,

sehingga mereka dinilai lebih memiliki pengetahuan yang luas jika dibandingkan

dengan yang lainnya. Orang-orang dengan ketertarikan inilah yang kemudian

dianggap bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi

baru yang akan hadir.


Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa difusi inovasi merupakan

proses sosial dalam mengkomunikasikan informasi mengenai ide-ide baru yang

awalnya dipandang secara subjektif, namun perlahan-lahan mulai dikembangkan

melalui proses konstruksi sosial sehingga dapat dipandang secara objektif.

2. Jenis Difusi Inovasi

Proses mengkomunikasikan sebuah ide atau gagasan yang dianggap baru

memiliki tujuan untuk melakukan pembaharuan. Difusi inovasi tersebut dibagi

menjadi dua macam, yakni sebagai berikut.

a. Difusi Sentralisasi

Difusi sentralisasi merupakan perpaduan antara kata difusi dan

sentralisasi. Jika difusi merupakan penyebaran suatu kebudayaan,

teknologi, gagasan atau ide dari satu pihak ke pihak yang lain, sentralisasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yakni penyatuan

segala sesuatu ke tempat yang dianggap sebagai pusat.

Secara umum, difusi sentralisasi merupakan segala sesuatu

menyangkut kapan dimulainya sebuah inovasi, penilai, hingga saluran

komunikasi yang digunakan terkait proses difusi yang dilakukan oleh

seorang pemimpin.

b. Difusi Desentralisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, desentralisasi merupakan

penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan atau pusat

kepada cabangnya. Dalam ranah difusi inovasi, difusi desentralisasi ini


dapat diartikan sebagai proses difusi yag dilakukan oleh masyarakat yang

bekerjasama dengan beberapa orang yang telah menerima sebuah inovasi.

3. Elemen Difusi Inovasi

Rogers sang ilmuwan mengungkapkan bahwa dalam proses difusi inovasi

terdapat empat elemen pokok. Berikut adalah keempat elemen pokok yang akan

melengkapi teori difusi inovasi.

a. Inovasi

Inovasi diartikan sebagai sebuah gagasam, ide, tindakan atau

barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam difusi inovasi, sebuah

inovasi dapat diartikan sebagai suatu hal baru atas dasar bagaimana

pandangan orang terhadap suatu gagasan merupakan hal yang baru.

Sejalan dengan hal tersebut, kebaruan inovasi dapat dikatakan sebagai

sebuah hal yang diukur secara subjektif menurut masing-masing individu

yang menerimanya.

b. Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi dalam difusi inovasi dapat dikatakan sebagai

alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada

penerima. Suatu inovasi dapat diadopsi oleh seseorang jika inovasi yang

diterimanya tersebut telah dikomunikasikan kepada orang lain.

Saluran komunikasi di sini harus disesuaikan dengan siapa yang

dituju. jika ditujukan kepada masyarakat luas, maka saluran yang

digunakan ialah komunikasi massa, sebaliknya, jika yang dituju adalah

seorang individu makan yang digunakan adalah komunikasi personal.


c. Jangka Waktu

Jangka waktu dalam difusi inovasi ini merupakan sebuah proses

keputusan dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk

menerima atau pun menolaknya.

Jangka waktu merupakan hal yang paling berkaitan terhadap proses

pengambilan keputusan. Keinovatifan seseorang dapat relative lebih awal

atau lebih lambat ketika menerima inovasi, begitu juga ketika mengadopsi

sebuah inovasi dalam sistem sosial.

d. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan tata tingkah laku yang menyangkut hak

dan kewajiban yang ditentukan oleh masyarakat bagi seseorang yang

menduduki posisi tertentu dalam lingkungan masyarakat. Sistem sosial

merupakan hal yang sangat penting ketika kita memiliki maksud

memecahkan masalah demi mencapai tujuan bersama. Sistem sosial ini

juga menjadi sasaran bagi sebuah inovasi, mereka dapat menerima

maupun menolak suatu inovasi tersebut.

4. Kategori Adofter Dalam Teori Difusi Inovasi

Berikut merupakan kelima kategori adopter yang terdapat dalam teori

difusi inovasi.

a. Innovators

Inovator merupakan orang yang memperkenalkan inovasi, gagasan,

ide, atau metode yang baru. Seorang inovator biasanya memiliki ciri utama

sebagai individu yang menyukai tantangan dan berani mengambil resiko.


Mereka juga tentunya memiliki kemampuan ekonomi yang dapat

mendukungnya menjadi seorang inovator. Terhitung hanya ada 2,5%

individu yang berani menjadi seorang innovator.

b. Early Adopters (Perintis/Pelopor)

Perintis atau pelopor diartikan sebagai seseorang yang memulai

unuk mengerjakan sesuatu. Perintis atau pelopor ini akan bersedia saat

memulai inovasi dalam sebuah kelompok. Biasanya mereka memiliki ciri

utama sebagai seseorang yang terpandang dan memiliki pengikut dalam

suatu lingkungan sosial. Ada sekitar 13,5% orang yang termasuk ke dalam

kategori early adopters.

c. Early Majority (Pengikut Dini)

Pengikut dini merupakan mereka yang bersama-sama menjadi

pengikut awal dalam suatu inovasi. Seseorang yang merupakan pengikut

dini memiliki ciri khas berupa pertimbangan yang matang sebelum

mengambil sebuah keputusan. Ada sekitar 34% orang dalam suatu

kelompok sosial yang termasuk ke dalam early majority.

d. Late Majority (Pengikut Akhir)

Pengikut akhir merupakan mereka yang secara bersama-sama

menjadi pengikut terakhir dalam suatu inovasi. Ciri khas dari pengikut

akhir ini ialah mereka merupakan kelompok yang memiliki pertimbangan

pragmatis terhadap kebenaran dan kebermanfaat suatu inovasi yang


hendak mereka adopsi. Jumlah kategori orang yang termasuk late majority

ialah sekitar 34% dalam suatu kelompok sosial.

e. Leggards (Kelompok Kolot/ Tradisional)

Leggards atau kelompok kolot merupakan kelompok terakhir yang

paling sulit dalam menerima sebuah inovasi baru. Kelompok ini

jumlahnya sekitar 16% dalam suatu kelompok sosial. Mereka memiliki ciri

utama berupa sangat sulit dalam melihat dan menerima suatu perubahan.

Jumlahnya ada sekitar 16% dalam suatu kelompok sosial.

5. Tahapan Pengambilan Keputusan Inovasi

Terdapat beberapa tahap dalam pengambilan keputusan suatu inovasi,

beberapa tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge)

Tahap pengetahuan atau knowledge merupakan tahapan pertama

saat penyebaran informasi mengenai suatu inovasi baru. Suatu inovasi

akan disampaikan dan dikomunikasikan dengan tujuan seseorang dapat

mengetahui dan memahami bagaimana bentuk inovasi tersebut.

Karena, ketika seseorang memahami inovasi, maka mereka akan

lebih mudah mengadopsinya. Terdapat tiga pengetahuan yang dicari

masyarakat dalam tahap ini, di antaranya adalah kesadaran bahwa inovasi

tersebut ada, pengetahuan akan penggunaan inovasi tersebut, dan

pengetahuan yang mendasari bagaimana fungsi inovasi tersebut.


b. Tahap Persuasi (Persuasion)

Dalam tahapan persuasi atau persuasion, seseorang akan

membentuk sikap untuk dapat menyetujui dan tidak menyetujui suatu

inovasi. Dalam tahapan persuasi juga seseorang akan mencari tahu lebih

dalam informasi mengenai inovasi baru tersebut, termasuk keuntungan dan

kerugian menggunakan informasi tersebut. Pada tahapan ini, sikap yang

ditunjukkan individu dapat berupa sikap baik maupun buruk. Beberapa

individu juga membentuk persepsi mengenai inovasi tersebut. Pada tahap

persuasi, beberapa karakteristik inovasi yang dicari adalah relative

advantage, compability, complexity, trialability, dan observability.

c. Tahap Keputusan (Decision)

Pada tahap keputusan atau decision ini, seseorang dapat membuat

keputusannya terkait sebuah inovasi. Seseorang akan terlibat dalam

aktivitas yang membawanya pada suatu pilihan akan mengadopsi inovasi

tersebut atau bahkan menolaknya. Ada beberapa faktor dalam proses pada

tahap keputusan ini yang nantinya akan mempengaruhi seseorang, yakni

praktik sebelumnya, perasaan atau kebutuhan, keinovatifan, atau norma

dalam sistem sosial.

d. Tahapan Pelaksanaan (implementation)

Pada tahapan pelaksanaan atau implementation ini, individu akan

memilih untuk mengadopsi inovasi yang baru. Jika individu tersebut

memilih untuk mengadopsi inovasi baru itu, maka ia akan menerapkannya

dalam kehidupannya. Individu yang sudah menerapkan inovasi bar uke


dalam aspek kehidupannya kemudian dikatakan sebagai adopter dari

sebuah inovasi. Jika pada tahap sebelumnya proses yang terjadi lebih

terkait mental exercise yakni berpikir dan memutuskan, maka dalam

tahapan pelaksanaan kali ini seorang individu akan lebih ke arah

perubahan tingkah laku.

e. Tahapan Konfirmasi (Confirmation)

Pada tahapan konfirmasi atau confirmation, seseorang akan

mengevaluasi dan memutuskan apakah akan terus menggunakan inovasi

tersebut atau akan mengakhirinya.

Selain itu, seseorang juga akan mencari berbagai penguatan atas

keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Apabila seseorang

menghentikan penggunaan inovasi tersebut, bisa jadi dikarenakan karena

ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut atau mungkin karena ia

menemukan inovasi yang lebih baik.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM

Dalam rangka mewujudkan beragam kebijakan yang tepat guna, tepat

sasaran, efektif dan efisien, dibutuhkan sebuah data utuh yang komplit, mutakhir,

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Saat ini Kementerian Koperasi tengah bersiap untuk merealisasikan SATU

DATA INDONESIA, sebuah Data Tunggal Terpadu yang dapat memenuhi segala

kebutuhan data guna mendukung perumusan kebijakan baik di tingkat pusat

maupun daerah. Sehubungan dengan hal itu akan dilakukan Pendataan Lengkap

Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PL-KUMKM) melalui Sistem

Informasi Data Tunggal KUMKM (SIDT-KUMKM).

Sistem Informasi Data Tunggal KUMKM (SIDT-KUMKM) merupakan

amanah dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang

Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, serta atas

dasar amanah Peraturan Presiden No 39 Tahun 2019 yang menugaskan

Kementerian Koperasi dan UKM sebagai Walidata KUMKM, BPS sebagai

Pembina Data, Kementerian/Lembaga lainnya dan Daerah sebagai Produsen Data.

Di mana kesemuanya merupakan faktor penting dalam mendukung terwujudnya

Basis Data Tunggal KUMKM terintegrasi.

Kementerian Koperasi dan UKM telah menyelesaikan tahap pembangunan

SIDT-KUMKM yang nantinya akan digunakan, sebagai sarana untuk melakukan


proses pengumpulan data KUMKM, melalui pelaksanaan Pendataan Lengkap

KUMKM, yang sudah dilaksanakan secara bertahap dari tahun 2022 sampai

dengan 2024 nanti. Sehubungan dengan Pendataan Lengkap pada 2022,

Kementerian Koperasi dan UKM selalu berkoordinasi dengan Badan Pusat

Statistik sebagai Pembina Data instansi Kementerian/Lembaga terkait.

Terciptanya kolaborasi antara Dinas KUMKM dengan BPS di wilayahnya

masing-masing dalam pendataan KUMKM kali ini, dapat mensukseskan

pembangunan Basis Data Tunggal Koperasi dan UMKM yang tepat, akurat dan

akuntabel.

3.2 Analisis Difusi Inovasi SIDT-KUMKM

Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM Kementerian

Koperasi dan UKM merupakan jenis Difusi Inovasi Sentralisasi, yang dimana

sumber dari inovasi adalah melalui penelitian dan pengembangan yang

dilaksanakan oleh para ahli Informasi dan Teknologi (IT dari Biro Komunikasi

dan Teknologi Informatika Kementerian Koperasi dan UKM dibantu oleh

beberapa tenaga ahli terkait Pengembangan Informasi dan Teknologi dari

beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.

Penelitian dan Pengembangan SIDT-KUMKM sudah dilaksanakan dari

mulai tahun 2019 sampai dengan akhir tahun 2022, sudah 3 (tiga) tahun dengan

berbagai kemajuan dan kegagalan yang di alami Ketika prosesnya berlangsung

sampai pada tahap dimana Inovasi ini bisa dikatakan “layak” untuk di ujicoba-
kan pada beberapa daerah di Indonesia dengan hasil cukup memuaskan dengan

persentase keberhasilan 82%, human error 15%, kegagalan system 3%.

Analisis data dan interpretasi dapat dilihat pada Tabel 1 tentang

implementasi proses difusi inovasi Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi

dan UMKM.

Tabel 1. Implementasi Proses Difusi Inovasi Sistem Informasi Data Tunggal


Koperasi dan UMKM di Kementerian Koperasi dan UKM
Proses
Difusi Input Deskripsi Implementasi
Inovasi
Sistem informasi Data Tunggal
Koperasi dan UMKM merupakan
inovasi para ahli Informasi dan
Teknologi (IT dari Biro
Materi Instalasi Sistem
Komunikasi dan Teknologi
Inovasi Informasi Data
Informatika Kementerian Koperasi
(SIDT- Tunggal Koperasi
dan UKM dibantu oleh beberapa
KUMKM) dan UMKM
tenaga ahli terkait Pengembangan
Informasi dan Teknologi dari
beberapa Perguruan Tinggi di
Indonesia
1. Sosialisasi dilakukan
secara bertahap hingga
mencapai seluruh daerah
di Indonesia sampai
Tahap Persiapan, dilaksanakan
dengan tahun 2024
Sosialisasi Pada 514 Kab/Kota
Sosialisasi terpilih pada 24-25 Januari 2022.
2. Sosialisasi SIDT-
KUMKM masih sangat
kurang dan terkesan
lambat karena
keterbatasan sumberdaya
Saluran Jadwal Bimtek di beberapa
Tahap Ujicoba. Bimtek
Komunikasi daerah seringkali
dilaksanakan di 240 Kab/Kota
Bimbingan berbenturan dengan agenda
terpilih dari 514 Kab/Kota pada
Teknis (Bimtek) kegiatan Dinas pada daerah
Februari 2022
tersebut menjadi kurang
efektif
Subjek ToT seringkali di
Tahap Pelaksanaan Pelatihan,
hadiri oleh Pegawai
lanjutan dari tahap ujicoba,
Honorer pada dinas,
Traine of Trainer pelaksanaan ToT Instruktur
sehingga terbatas sebagai
( ToT ) Provinsi melibatkan Dinas dan
pelaksana saja, bukan
perwakilan BPS dilaksanakan di
pengambil keputusan pada
Jakarta pada Februari 2022
dinas tersebut
Pendidikan dan Pelatihan Sistem 1. Saluran komunikasi
Informasi Data Tunggal Koperasi formal dilakukan melalui
Saluran dan UMKM disebarkan melauli rapat rutin di kedeputian
Komunikasi saluran komunikasi organisasi yang dan unit kerja masing –
Organisasi ada di Kementerian Koperasi dan masing
UKM. Saluran komunikasi yang 2. Pegawai kementerian
digunakan adalah saluran Koperasi dan UKM lebih
komunikasi formal dan informal mudah menyerap
informasi melalui
saluran komunikasi
informal membaca buku,
mengobrol, self trainer
Pegawai kementerian
Dalam penyebaran inovasi, media koperasi dan UKM
Media komunikasi yang digunakan adalah memanfaatkan media
Komunikasi melalui Surat, Disposisi, Email, komunikasi secara berkala
Whatsapps, Buletin Kemenkop dengan hasil yang cukup
memuaskan.
1. Proses keputusan inovasi
membutuhkan waktu.
Meskipun jenis
keputusan yang diambil
adalah keputusan
otoritas, namun tetap
diperlukan waktu bagi
pegawai untuk mejalanai
proses belajar menguasai
1. Pengenalan
Proses inovasi tersebut,
Jangka 2. Persuasi
Pengambilan 2. Pengambilan keputusan
Waktu 3. Keputusan
Keputusan tidak ada pilihan untuk
4. Konfirmasi
tidak, karena ini
merupakan program
pemerintah pusat,
3. Membutuhkan banyak
sosialisasi dan pelatihan
agar mempercepat proses
adaptasi bagi Dinas
Koperasi dan UKM
provinsi/kabupaten/kota
1. Sistem birokrasi yang
strukturnya berlapis-lapis
membuat setiap
informasi yang
didapatkan pegawai
menjadi berbagai macam
persepsi
2. Kementerian Koperasi
dan UKM sudah mampu
1. Struktur 1. Struktur Sistem dalam proses mengadopsi norma
Sistem difusi inovasi di Kementerian modern, karena sudah
Koperasi dan UKM tampak pada berorientasi pada
Sistem 2. Norma Sistem hierarki kedudukan anggota perubahan pola pikir,
Sosial sistem. perilaku, teknologi
Difusi 3. Peran 2. Peran pimpinan dalam organisasi 3. Pimpinan belum
Inovasi Pimpinan birokrasi sangat berpengaruh memiliki komitmen dan
3. Pembentukan agen perubahan tidak konsisten dalam
4. Peran Agen membantu pegawai dalam pemanfaatan SIDT-
Perubahan mengadopsi inovasi KUMKM, ssebagai
panutan bagi pegawai.
4. Adanya agen perubahan
dirasa belum maksimal
dalam membantu
pegawai Dinas Koperasi
dan UKM untuk
mengadopsi inovasi
mengenai SIDT –
KUMKM
Berdasarkan pada hasil analisis proses implementasi difusi inovasi

Sistem Informasi Data Tunggal KUMKM, didapatkan beberapa hasil yang

cukup memuaskan bahwa Dinas Koperasi dan UKM tingkat

provinsi/kabupaten/kota mampu menerima inovasi dengan jumlah yang cukup

signifikan dengan asumsi sebagai berikut ini:

1. Kualitas dan kuantitas sosialisasi, bimtek dan ToT terkait SIDT

KUMKM, dengan media kuesioner, menunjukan nilai yang cukup

baik.

2. Saluran komunikasi nonformal yang dipercaya oleh pegawai

Kementerian Koperasi dan UKM lebih efektif dalam menyebarkan

informasi.

3. Peran dan komitmen pimpinan, serta peran agen perubahan dalam

perubahan mindset dan perilaku mampu ditingkatkan menjadi lebih

baik lagi.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Difusi Inovasi Sistem Informasi Data Tunggal Koperasi dan UMKM

kepada Dinas Koperasi dan UKM tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota bisa dikatakan

kurang dapat diadopsi dengan baik setelah berjalan hampir 1 (satu) tahun, karena

beberapa hal berikut ini :

1. Sosialisasi SIDT-KUMKM masih sangat kurang dan terkesan lambat

karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Kementerian Koperasi

dan UKM.

2. Jadwal Bimtek di beberapa daerah seringkali berbenturan dengan agenda

kegiatan Dinas pada daerah tersebut menjadi kurang efektif karena

Pejabat di Dinas Koperasi dan UKM tidak dapat menghadirinya.

3. Subjek ToT seringkali di hadiri oleh Pegawai honorer pada dinas,

sehingga terbatas sebagai pelaksana saja, bukan pengambil keputusan pada

dinas tersebut.

4. Pemangku Jabatan pada Dinas Koperasi dan UKM tingkat

provinsi/kabupaten/kota sering mengganggap sepele kegiatan ini sehingga

menghambat pelaksanaan pendataan Koperasi dan UMKM pada daerah

tersebut.
4.2 Saran

Sistem Informasi Data Tunggal KUMKM (SIDT-KUMKM) merupakan

amanah dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang

Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, serta atas

dasar amanah Peraturan Presiden No 39 Tahun 2019 yang menugaskan

Kementerian Koperasi dan UKM sebagai Walidata KUMKM, BPS sebagai

Pembina Data, Kementerian/Lembaga lainnya dan Daerah sebagai Produsen Data.

Sehingga diperlukan keseriusan dari ketiga pihak tersebut dalam pelaksanaan nya.

Kementerian Koperasi dan UKM juga tidak bisa melaksanakan kegiatan

ini sendiri, begitupun BPS juga tidak akan bisa menyusun data jika tidak ada input

data dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi/Kabupaten/Kota. Dinas Koperasi

juga tidak bisa menginput data tanpa arahan dari Kementerian Koperasi dan

UKM, sehingga bisa dikatakan ketiga pilar ini saling berkaitan dan saling

membutuhkan.

Beberapa saran sudah penulis susun sebagai berikut demi kemajuan

program SIDT-KUMKM ini, adalah sebagai berikut :

1. Menambah Sumberdaya Manusia (SDM) pada semua bidang

pengembangan SIDT-KUMKM ini, sehingga mampu menyemaratakan

beban kerja pada tiap – tiap pegawai baik di daerah maupun di pusat.

2. Kementerian Koperasi dan UKM menyusun Standar Operasional Prosedur

(SOP) dan Standar Operasional Manajemen (SOM) SIDT-KUMKM,

sehingga semua elemen yang terlibat memiliki pedoman baku untuk

melaksanakan nya, alangkah lebih baik jika ditambahkan reward and


punishment agar tercipta keseriusan bagi semua pihak, baik Kementerian

Koperasi dan UKM itu sendiri, maupun BPS dan Dinas Koperasi setempat.

3. Melaksanakan evaluasi SIDT-KUMKM secara berkala agar kita bisa

memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi ketika aplikasi ini berjalan, baik

itu human error (kesalahan manusia) ataupun system error (kesalahan

system)
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS).2022.Statistik Jumlah Koperasi (Tahun 2019-


2021). bps.go.id. (diakses pada tanggal 24 Februari 2023).
Badan Pusat Statistik (BPS).2022.Statistik Jumlah Usaha Kecil, Menengah,
dan Mikro 2021.bps.go.id. (diakses pada tanggal 24 Februari 2023).
Dewi Ariningrum Rusmiarti. 2015. ANALISIS DIFUSI INOVASI DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA PADA ORGANISASI
BIROKRASI. Diakses melalui :
https://media.neliti.com/media/publications/233782-analisis-difusi-
inovasi-dan-pengembangan-03191809.pdf
Effendi, Usman. 2014. Asas Penelitian Difusi. Jakarta: Rajawali Pers.
Fahmi, Irham. (2014). Analisa Difusi Inovasi. Bandung : Alfabeta
Fathul M.2011. Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta dalam Melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam (Skripsi, Universitas Negri Surakarta, 2011).
Diakses dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/23173
Hanel, Alfred 1989. Organisasi Koperasi - Pokok-pokok Pikiran Mengenai
Organisasi Koperasi dan Kebijaksanaan Pembangunan di Negara
Berkembang, UNPAD, Bandung.
Herdiansyah, Haris. (2012). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Husaini, Usman. 2010. Manajemen Teori Difusi, Praktik, dan Riset
Pendidikan. Edisi 3. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kompas.com. 2022. Sistem Informasi Data Tunggal KUMKM akan dirilis
tahun ini. Diakses melalui :
https://money.kompas.com/read/2022/02/16/131600726/sistem-
informasi-data-tunggal-kumkm-akan-dirilis-tahun-ini?page=all
Marihot AMH Manullang, 2006. Manajemen Personalia. Gadjah Mada
University Press, Yogakarta
Mike Napizahni, 2022. Apa itu database? Penjelasan, fungsi dan jenisnya.
diakses melalui https://www.dewaweb.com/blog/apa-itu-database/
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,
Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data
Indonesia.
Sarwoto. 2010. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan
keenambelas. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan
Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Srik,R.2021.Analisis Pengawasan Aktivitas Koperasi Simpan Pinjam Oleh
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru.(Skripsis, Universitas
Islam Negri Sultan Syarif Kayim, 2021).diakses dari
https://repository.uin-suska.ac.id/45655/
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D.Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keduabelas. Penerbit
Alfabeta, Bandung
Suwarni,.Marliyah.”Analysis of The Role of The Supervision Task Force of
The Noth Sumatera Province Cooperatives and SMEs Office in
Supervising Savings and Loans Cooperatives”.Jurnal Fokus
Manajemen.Vol.2, No.1,(2022), 39-44
Umar, H. (2004), Evaluasi Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Wilson Bangun (2012),. “Manajemen Sumber Daya Manusia”.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai