A. Latar Belakang
Dalam perspektif teori kognitif sosial, individu dipandang
berkemampuan proaktif dan mengatur diri daripada sebatas mampu
berperilaku reaktif dan dikontrol oleh kekuatan biologis atau lingkungan
(Mukhid, 2009). Begitupun dalam proses pembelajaran, siswa dipandang
sebagai individu yang mampu mengontrol pikiran, perasaan, dan
tindakannya sendiri serta mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
pendidikan. Teori kognitif sosial memandang bahwa faktor sosial,
kognitif, dan perilaku memainkan peranan penting dalam pembelajaran
(Santrock, 2011, hlm. 285). Ketiganya saling mempengaruhi satu sama
lain. Faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan
sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku
orang-orang di lingkungannya (Santrock, 2011).
Dalam teori kognitif sosial, salah satu faktor kognitif yang
ditekankan adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa
menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif (Santrock, 2011,
hlm. 286). Secara lebih spesifik, Bandura (1997) mengemukakan bahwa
self-efficacy merupakan keyakinan (beliefs) tentang kemampuan
seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk
pencapaian hasil. Dengan kata lain self-efficacymerupakan keyakinan
seseorang atas kesuksesannya dalam melaksanakan suatu tugas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori kognitif sosial ?
2. Apa saja faktor – faktor dalam belajar melalui observasi ?
3. Bagaimana dampak belajar ?
4. Bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap perilaku manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu teori kognitif sosial
2. Mengetahui faktor – faktor dalam belajar melalui observasi
3. Mengetahui dampak belajar
4. Mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap perilaku manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2) Mementingkan bagian-bagian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mendampingi perhatian pada aspek lingkungan, personal,
dan behavior,Teori Sosial Kognitif memberika kerangka untuk
perancangan dan mengimplementasian program perubahan perilaku yang
komprehensif. Teori Sosial Kognitif menarik untuk program pendidikan
kesehatan dan promosi kesehatan karena tidak hanya menjelaskan
dinamika perilaku individu tapi juga memberikan petunjuk untung
merancang strategi intervensi yang berpengaruh terhadap perubahan
perilaku. Perhatian yang besar sekarang ini ditujukan pada kepentingan
multikomponen pada intervensi dalam rangka mengembangkan program
promosi kesehatan. Belakangan ini, intervensi tidak hanya ditujukan pada
perubahan perilaku dalam tingkat individu tetapi juga perubahan dalam
lingkungan yang mendukung perubahan perilaku (Simon-Morton, dil,
1991). Teori Sosial Kognitif diaplikasikan pada strategi perubahan
multilevel karena teori ini memasukkan konsep lingkungan, personal, dan
juga behavioral.
Teori Sosial Kognitif merupakan teori yang kuat yang dapat
diaplikasikan pada kegiatan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan.
Akan tetapi, terkadang ketidak tepatan aplikasinya dikarenakan metode
intervensi yang terlalu sederhana atau mengambil dari konsep tunggal,
tidak mengaplikasikan teori secara utuh. Untuk mencegah kesalahan
semacam itu, pembuat intervensi harus menentukan dengan jelas
behavioral outcome yang dinginkan dan kemudian
mengidentifikasi variabel Teori Sosial Kognitif yang paling banyak
mempengaruhi tiap-tiap perilaku. Metode intervensi Teori Sosial Kognitif
dapat dipasangkan dengan variabel taget Teori Sosial Kognitif.
Evaluasi program berdasarkan Tori Sosial Kognitif harus
menggunakan pengukuran yang relevan terhadap konsep teori tersebut
untuk meyakinkan bahwa intervensi telah mendapatkan efek yang
dinginkan dan agar pembuat rencana dapat mengetahui komponen apa saja
yang dapat mereka perbaiki.
B. Saran
Setiap teori pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan Social Cognitive Theory ini. Kami menyarankan untuk
menggunakan beberapa teori dalam analisis perilaku, hal ini dimaksudkan
agar jika dalam satu teori tidak dapat menjelaskan perilaku tersebut dapat
digunakan tori yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nuqul, Fathul Lubabin (2018). Teori Kognitif. Psikologi Sosial dan Komunikasi,
Fakultas Psikologi. Repositori Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=3&q=konsep+teori+kognitif+sosial&qst=bb#d=gs_
qabs&t=1680059770015&u=%23p%3DzPwHdueEXiUJ diakses pada 29
Maret 2023, pukul 10.16 WIB
SOSIAL LEARNING THEORY
A. Latar Belakang
Perkembangan anak dilandasi oleh beberapa teori perkembangan
dari para tokoh pencetus serta pelopor dalam dunia pendidikan. Teori-teori
tersebut bermunculan seiring dengan perkembangan dan permasalahan
yang dialami anak. Satu per satu teori perkembangan diperkenalkan
kepada dunia, dengan tujuan dapat membantu menyelesaikan problematika
proses perkembangan anak. Selain itu, teori-teori tersebut juga merupakan
sederet inovasi yang difungsikan sebagai katrol pengangkat kualitas anak.
Albert Bandura, satu dari sekian tokoh pencetus teori
perkembangan, yakni teori pembelajaran sosial (social learning theory).
Menurut Bandura , orang belajar melalui pengalaman langsung atau
pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca,
dengar, dan lihat di media, serta dari orang lain dan lingkungannnya.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan
peranan penting.
Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-
efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan
efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga
berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan
efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya
dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang
sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu
yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki
kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini
menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu
bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Permasalahan sosial anak, bahkan seluruh kalangan mungkin dapat
diatasi dengan menerapkan teori Bandura ini. Oleh karena itu, makalah ini
menjelaskan dengan lebih terperinci tentang teori pembelajaran sosial ini.
Teori ini juga dapat dijadikan salah satu pedoman untuk meningkatkan
kualitas perkembangan anak, khususnya para pendidik.
B. Tujuan
1. Mengetahui tokoh pencetus teori pembelajaran sosial
2. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan teori pembelajaran sosial
3. Mengetahui permodelan Albert Bandura
4. Mengetahui prinsip-prinsip belajar melalui permodelan
5. Menggali lebih dalam tentang Teori Sosial Learning
C. Rumusan Masalah
1. Siapakah tokoh teori pembelajaran sosial ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran sosial ?
3. Bagaimana teori permodelan Albert Bandura ?
4. Bagaimaa prinsip-prinsip belajar melalui permodelan ?
BAB II
PEMBAHASAN
a. PERSON
Karakteristik seseorang dan faktor-faktor kognitif (ingatan,
perencanaan, penilaian). Dalam perannya sebagai individu, manusia
berperan sebagai subjek atau pelaku dalam proses pembelajaran
sosial. Setiap individu itu unik karena berbagai perbedaan yang ada
di dalam diri mereka antara satu dengan yang lain. Dalam proses
pembelajaran sosial faktor-faktor personal yang berasal dari diri
individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting, faktor
tersebut adalah:
1. Pengetahuan
Pengetahuan antara satu individu dengan individu lain
berbeda, baik pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari
pengalaman, maupun pengetahuan yang bersifat edukatif atau
didapatkan melalui pendidikan formal.
2. Sikap
Sikap seseorang dalam memandang suatu hal atau
permasalahan yang ada untuk masing-masing individu juga
berbeda. Ada yang menyikapi suatu permasalahan secara serius,
ada pula yang menyikapinya secara santai.
3. 3. Pengharapan
4. Setiap individu senantiasa memiliki harapan maupun sesuatu yang mereka
cita-citakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang membuat
pandangan mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai
pengharapan atau ekspetasi mereka.
5.
b. ENVIRONMENT
Lingkungan : segala bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif
yang berada di bumi baik biotik maupun abiotik. Dalam proses
pembelajaran sosial, lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial
budaya atau lingkungan antar manusia dimana terdapat:
1) pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya
2) berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang)
3) ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola
hubungan sosial (termasuk perilaku manusia di dalamnya)
4) dipengaruhi oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di
dalamnya
Lingkungan ini berubah mengikuti mengikuti keberadaan manusia di
muka bumi. Artinya, lingkungan sosial budaya mengalami
perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural
manusia terhadap lingkungannya, dan begitu pula sebaliknya.
Faktor yang berasal dari lingkungan yang dapat menjadi proses
pembelajaran sosial antara lain:
1) norma-norma sosial yang berlaku
2) akses masyarakat (pola interaksi)
3) pengaruh satu sama lain (kemampuan untuk mengubah
lingkungan sendiri)
c. BEHAVIOR
Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat mengubah hubungan
individu dan lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior yang
mempengaruhi proses pembelajaran sosial yaitu:
Keterampilan/kemampuan (skills)
Latihan
Efektivitas diri
Ketiga variable tidak harus memiliki kekuatan atau memberikan
kontribusi yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh adalah
aspek kognitif.
E. Eskperimen dalam Teori Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau
menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang
disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar
akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
1. Kelompok A
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul,
menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih
agresif
2. Kelompok B
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok
A
Rumusan : Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan /
permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang
dewasa.
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif.
F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura
1. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik
pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku
dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan
dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti
terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini
juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan
yang tidak diterima dalam masyarakat.
2. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata
reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu
sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya
conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ).
Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan
anak – anak, faktor social dan kognitif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan
sebuah perluasan dari teori perilaku yang tradisional. Pada awalnya teori
pembelajaran sosial ini, dinamakan sebagai “teori sosial kognitif” oleh
Albert Bandura. Kemudian dikembangkan lagi menjadi “teori
pembelajaran sosial”. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar berperilaku. Tetapi lebih memberikan penekanan
pada efek-efek dan isyarat-isyarat pada perilaku serta proses-proses mental
internal. Inti dari teori pembelajaran sosial (social learning theory) adalah
pemodelan (modeling) dan peniruan (immitation).
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk
yang aktif, yang berupaya membuat pilihan, menentukan keputusan, dan
menggunakan proses-proses perkembangan yang ada untuk menyimpulkan
kejadian serta komunikasi yang baik dengan orang lain.
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang
tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu
tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses
pembelajaran sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran
individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah
pemahaman dan evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu
berinteraksi dengan lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-
faktor yang terdapat dalam diri individu dengan faktor-faktor dalam
lingkungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://mutmainnahlatief.wordpress.com/2012/01/17/teori-belajar-sosial/
diakses pada tanggal 18/10/2012
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/definisi-teori-belajar-
sosial.html diakses pada tanggal 18/10/2012
http://www.scribd.com/doc/45186694/TEORI-BELAJAR-SOSIAL
diakses pada tanggal 18/10/2012
http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-
bandura.htm/
http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/
http://mutmainnahlatief.wordpress.com/2012/01/17/teori-belajar-sosial/
Pertemuan ke 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuan
bagi perusahaan atau organisasi untuk tetap dapat hidup di Era abad 21.
Sumber daya manusia atau human capital merupakan modal yang sangat
penting dan strategis pada sebuah kehidupan organisasi perusahaan.
Investasi yang dilakukan untuk peningkatan sumber daya manusia ini
tidaklah kecil jumlahnya, namun hasilnya sulit untuk dirasakan dalam
jangka pendek. Perlu waktu lama dan kesabaran serta metode yang tepat
untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang diinginkan. Salah satu
modal yang melekat pada manusia adalah modal sosial atau social
capital.
Social capital merupakan filter yang harus dilewati dimana aliran
sumber daya manusia dan modal keuangan dari orang tua dan masyarakat
kepada anak, yang menghasilkan tingkat pendidikan lebih baik. Jika
modal sosial rendah akan membawa pada konflik nilai-nilai dan
rendahnya kepercayaan.
Artinya pentingnya peningkatan partisipasi hubungan sosial di
negara atau daerah transisi untuk menghasilkan sumber daya manusia
untuk mencapai pembangunan lebih baik. Paper ini menjelaskan
pemahaman tentang profil sosial kapital yang harus dimiliki oleh
manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilkinya dalam
berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan dan perusahaan.
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sosial kapotal teori ?
2. Apa saja bentuk sosial kapotal teori?
3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Human Kapital Dengan Sosial?
4. Bagaimana Social Capital dalam Menciptakan Human Kapital?
5. Apa saja Contoh penerapan sosial kapilat?
E. Tujuan
1. Mengetahui apa itu teori kognitif sosial.
2. Mengetahui bentuk sosial kapotal teori.
3. Mengetahui Persamaan dan Perbedaan Human Kapital Dengan Sosial.
4. Mengatahui Social Capital dalam Menciptakan Human Kapital.
5. Mengetahui Contoh penerapan sosial kapilat.
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
https://media.neliti.com/media/publications/24279-ID-profil-social-capital-
suatu-kajian-literatur.pdf