Anda di halaman 1dari 9

JENIS TEORI

DI SUSUN OLEH :
LALU ABDURRAHMAN FIRDAUS
NIM : 2011016

PROGRAM STUDIS-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
2020
Teori pembelajaran adalah salah satu topik yang menarik untuk dipelajari dalam
ruang lingkup psikologi pendidikan. Manusia akan selalu mempelajari hal-hal
yang baru di sepanjang hidupnya. Mulai dari pembelajaran yang formal seperti
mengikuti sekolah dan kursus. Hingga pembelajaran yang non formal seperti
mengamati alam bebas dan mendiskusikan suatu topik materi dengan orang lain
secara santai.

Pengertian Teori Pembelajaran

Pitchard (2009) menyatakan bahwa teori pembelajaran adalah sebuah proses


perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau percobaan. Teori ini
memperoleh sebuah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar.
Tujuannya bervariasi, bisa jadi untuk menambah ilmu, pengetahuan, hingga
keterampilan, melalui proses belajar berdasarkan instruksi-instruksi tertentu. Hasil
akhir dari proses pembelajaran adalah perilaku yang berubah, terbentuk, atau
terkontrol.

Schunk (2012) menyatakan bahwa teori pembelajaran adalah proses


mengumpulkan serta memodifikasi pengetahuan, keterampilan, strategi,
kepercayaan, sikap dan perilaku. Mulai dari pengetahuan dan keterampilan yang
berbentuk kognitif, linguistik, sosial, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dan prinsip yang diterapkan pada
konteks pendidikan.

Di dunia psikologi pendidikan, terdapat beberapa macam teori pembelajaran. Pada


awalnya, satu teori dan teori lainnya dianggap berbeda dan memiliki
karakteristiknya masing-masing. Namun demikian, dalam praktiknya, berbagai
macam teori tersebut akan melengkapi satu sama lain. Tidak ada satu teori
sempurna yang dapat selalu memastikan proses belajar mengajar menjadi baik.
Oleh karena itu, mari kita simak beberapa teori pembelajaran di bawah ini.
Teori Pembelajaran Behavioristik

Pengertian

Teori pembelajaran behavioristik menjelaskan proses belajar sebagai peristiwa


yang observable atau dapat diamati (Schunk, 2012). Perbedaan satu teori
pembelajaran dengan teori lainnya dapat dilihat dari bagaimana teori tersebut
mengatasi masalah yang krusial. Sebagian teori lebih fokus pada bagaimana
proses pembelajaran terjadi. Lalu, sebagian teorinya, lebih fokus terhadap peran
memori, peran motivasi, serta peran regulasi diri pada siswa.

Tokoh-tokoh psikologi ternama yang membahas teori behavioristik adalah


Thorndike dan Pavlov. Kedua tokoh tersebut menekankan pada adanya hubungan
antara stimulus dan respon dalam perilaku. Thorndike percaya bahwa respon
terhadap stimulus akan menguat jika diikuti oleh adanya konsekuensi
menyenangkan. Eksperimen Pavlov menunjukkan tentang bagaimana beberapa
stimulus dapat dikondisikan untuk memunculkan respon tertentu.

Classical Conditioning

Classical conditioning atau pengkondisian klasik adalah sekumpulan proses yang


melibatkan unconditional stimulus dan neutral stimulus. Kedua stimulus tersebut
akan mengubah unconditioned response menjadi conditioned response. Contoh
yang paling populer adalah eksperimen Pavlov mengenai anjing dan
produksi saliva. Hasilnya, anjing tidak hanya merespon stimulus berdasarkan
kebutuhan biologisnya (rasa lapar) saja, melainkan hasil dari sebuah proses belajar
(suara lonceng).

Operant Conditioning

Operant conditioning adalah sebuah teori pembelajaran yang disusun oleh B. F.


Skinner. Menurut Skinner, reinforcement atau penguatan akan memperkuat
respon ketika stimulus dimunculkan. Terdapat tiga dasar utama dalam model ini
yaitu stimulus (antecedent), respon (perilaku), dan penguatan (konsekuensi).
Konsekuensi dari sebuah perilaku akan menentukan respon di waktu mendatang.
Konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi perilaku. Di sisi
lain, konsekuensi berupa hukuman akan menurunkan frekuensi perilaku.
Teori Pembelajaran Sosial Kognitif

Pengertian

Albert Bandura merupakan salah satu tokoh psikologi terkenal yang merintis teori
pembelajaran sosial kognitif (Schunk, 2012). Sosial kognitif adalah teori yang
menekankan bahwa seseorang belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya.
Berdasarkan teori Bandura, fungsi manusia dilihat sebagai sekumpulan interaksi
yang meliputi faktor personal, perilaku, dan peristiwa-peristiwa di lingkungan
sekitar.

Teori pembelajaran sosial kognitif memiliki perspektif bahwa seseorang dapat


belajar untuk menetapkan mimpi, meregulasi kognisi, emosi, dan perilaku. Kunci
dari regulasi diri terdiri atas self-observation, self-judgment, dan self-reaction.
Dengan mengamati orang lain, seseorang dapat mempelajari sebuah pengetahuan,
aturan, keterampilan, dan perilaku yang baru.

Tiga Komponen Long Term Memory

Long term memory atau memori jangka panjang memiliki tiga komponen penting.
Pertama adalah episodic memory, bagian dari long term memory yang menyimpan
image pengalaman personal. Karakteristik khasnya adalah memori yang berkaitan
dengan waktu dan tempat. Contohnya adalah menghadiri pesta ulang tahun teman
dan menghadiri upacara kelulusan sekolah.

Kedua adalah semantic memory, bagian dari long term memory yang menyimpan


fakta, konsep, dan pengetahuan umum. Misalnya adalah materi pelajaran
matematika yang diperoleh saat sekolah atau kuliah. Ketiga adalah procedural
memory, bagian dari long term memory yang menyimpan informasi bagaimana
cara dan langkah-langkah melakukan sesuatu. Sebagai contoh, mengingat
bagaimana cara menyalakan komputer.
Teori Pembelajaran Proses Kognitif

Pengertian

Teori pembelajaran selanjutnya adalah berkaitan dengan proses kognitif, yaitu


peran penting proses kognitif dalam proses pembelajaran. Terdapat sejumlah hal
yang terlibat dalam proses kognitif seseorang saat berpikir. Yaitu
metakognisi, problem solving, belajar menggunakan konsep, instruksi dan
teknologi, dan penerapan ilmu yang bersifat instruksional. Berikut ini adalah
penjelasan lengkapnya:

Skill Acquisition

Skill acquisition atau akuisisi keterampilan, adalah berkembangnya sebuah


kompetensi dalam domain tertentu. Terdapat dua jenis keterampilan, yaitu
keterampilan umum dan keterampilan spesifik. Keterampilan umum dapat
diaplikasikan pada domain yang cukup luas, sementara keterampilan spesifik
hanya pada domain-domain tertentu. Contoh keterampilan umum adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah kognitif, motorik, dan sosial. Sementara
contoh keterampilan spesifik adalah kemampuan menyelesaikan soal matematika
dalam bentuk akar dan pangkat.

Metakognisi

Metakognisi adalah kesadaran dan kontrol yang penuh dalam aktivitas kognitif
(Schunk, 2012). Disebut sebagai metakognisi karena memiliki arti cognition
about cognition. Keterampilan metakognisi sangat berperan penting pada berbagai
aktivitas kognitif. Seperti komunikasi, persuasi, dan komprehensi oral, serta
kemampuan menulis, persepsi, atensi, memori, self-control, dan pemecahan
masalah.

Terdapat dua keterampilan yang berkaitan dengan metakognisi. Pertama,


seseorang harus mengetahui tentang keterampilan, strategi, dan sumber daya yang
diperlukan. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk mencari ide utama,
mengulang-ulang informasi, membentuk asosiasi, serta menggunakan gambar.
Hal lainnya adalah kemampuan menggunakan teknik memori, mengorganisasi,
serta mencatat dan menggarisbawahi hal-hal penting.
Kedua, seseorang tersebut harus mengetahui bagaimana dan kapan mereka harus
menggunakan keterampilan dan strategi untuk menyelesaikan sebuah tugas.
Proses-proses ini perlu dimonitor untuk mengecek level pemahaman, prediksi
hasil, dan evaluasi efektivitas dalam berusaha. Juga melibatkan aktivitas untuk
merencanakan (planning), menentukan alokasi waktu, dan berganti aktivitas lain
jika menghadapi kesulitan.

Motivasi

Pengertian

Selanjutnya, kita akan beralih ke motivasi, sebuah topik yang sering sekali
dikaitkan dengan teori pembelajaran. Motivasi adalah proses untuk
mempertahankan perilaku yang akan mengarahkan pada tujuan dan mimpi
(Schunk, 2012). Teori ini memiliki keterkaitan dengan kognitif karena
berhubungan dengan bagaimana seseorang menetapkan mimpi dan tujuannya
(merencanakan dan memonitor perilaku).

Karakteristik dari motivasi adalah tidak dapat diobservasi dan dilihat secara
langsung. Melainkan, dapat dilihat melalui indeks perilaku dan aktivitas-aktivitas
yang menunjang mimpi serta tujuan. Definisi lainnya, motivasi adalah konsep
yang dapat memahami kita mengapa seseorang tergerak untuk bertindak dan
melakukan sesuatu. Di sekolah, siswa termotivasi untuk belajar dengan cara aktif
dalam kegiatan di kelas dan menanyakan hal pada guru jika ada yang belum
paham.

Dibandingkan dengan diam saja ketika tidak memahami materi, siswa yang
termotivasi akan memunculkan usaha yang lebih ekstra. Di waktu luang, siswa
akan menghabiskan waktunya untuk membaca buku, menyelesaikan puzzle, dan
bermain komputer (tentunya dengan tujuan yang bermanfaat). Singkatnya,
motivasi dapat meningkatkan aktivitas siswa yang mereka senangi dan minati.

Goal Theory

Goal theory atau teori mimpi, adalah salah satu konsep baru yang dipelajari pada
motivasi manusia. Berdasarkan teori ini, terdapat hubungan yang penting antara
mimpi, ekspektasi, atribusi, orientasi motivasi, dan achievement behaviour. Dalam
konteks pendidikan, goal theory digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi
perilaku siswa dalam menggapai mimpi dan tujuannya.
Regulasi Diri

Pengertian

Regulasi diri adalah proses yang digunakan secara sistematis untuk menjaga fokus
mereka terhadap pikiran, perasaan, dan aksi dalam menggapai mimpi. Pada
awalnya, regulasi diri sering dikaitkan dengan perilaku klinis seperti agresi,
adiksi, gangguan seksual, konflik interpersonal, dan lain sebagainya. Namun, saat
ini, regulasi diri sudah mulai berkembang ke dunia pendidikan dan teori
pembelajaran (Schunk, 2012).

Penerapan Regulasi Diri

Saat ini, regulasi diri dapat ditunjukkan dalam berbagai macam bentuk. Pada
dasarnya, regulasi diri terdiri dari perilaku individu yang meregulasi dirinya
sendiri untuk fokus dalam belajar dan menggapai mimpi. Di satu sisi, ternyata,
regulasi diri juga berkaitan dengan variabel kognitif dan afektif. Dalam proses
pembelajaran, regulasi diri dapat membantu siswa untuk meningkatkan efikasi
dan kepercayaan diri. Hal ini membuat seseorang menjadi lebih optimis dan
memiliki iklim emosional yang positif.
Perkembangan

Pengertian

Definisi perkembangan dari perspektif teori pembelajaran adalah perubahan dari


waktu ke waktu untuk mampu bertahan hidup (Schunk, 2012). Perubahan-
perubahan tersebut terjadi dengan progresif dalam rentang perkembangan manusia
(tidak hanya dalam satu titik waktu saja). Perkembangan memiliki keterkaitan
yang erat dengan pembelajaran. Sebagai contoh sederhana, perkembangan
kognitif akan berjalan seiring dengan perkembangan kemampuan belajar.

Perspektif Perkembangan

Nature versus nurture, apakah kemampuan belajar itu sudah bawaan dari lahir
atau hasil dari pengaruh lingkungan, atau keduanya. Stability versus change,
apakah waktu perkembangan manusia itu fleksibel atau akan kritis pada waktu-
waktu tertentu. Continuity versus discontinuity, apakah perkembangan terjadi
pada hal-hal yang kecil, atau berkembang sekaligus dalam bentuk yang
besar. Structure versus function, apakah perkembangan terdiri dari perubahan
fungsi kognitif, atau terdiri dari perubahan proses kognitif.

Pengaruh Keluarga

Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, salah


satunya adalah faktor keluarga (Schunk, 2012). Pengaruh keluarga yang pertama
adalah mengenai status ekonomi, yang mana ditentukan oleh pendapatan,
pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Status ekonomi keluarga dipercaya dapat
memengaruhi tumbuh kembang anak. Meski demikian, tidak selamanya anak
yang lahir dari keluarga kurang mampu akan terlambat perkembangannya.

Pengaruh Media Elektronik

Dewasa ini, anak-anak sering terpapar oleh berbagai jenis media elektronik seperti
televisi, komputer, internet, video game, dan lain sebagainya. Ternyata, media
elektronik dapat memberi dampak pada perkembangan kognitif, belajar, dan
pencapaian anak. Terlalu sering menonton televisi dan bermain video game akan
menurunkan aktivitas belajar anak karena jam belajar yang tersita waktunya.
Daftar Pustaka

Pritchard, A. (2009). Ways of Learning: Learning Theories and Learning Styles in


the Classroom 2nd Edition. New York: Routledge.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective


6th Edition. Boston: Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai