Anda di halaman 1dari 9

INI YAAA MAS BAGUS YANG PALING BAGUS SE-KREMBUNG JAWABAN NOMER 2 DAN

4 YANG MEMBUATKU PUSING BACANYA APALAGI NGERJAINNYA WKWWKWK

2. a) Jelaskan perspektif teoretik menurut J. Michael Spektor (2016: 65-120) yang menjadi
landasan (foundation) kerja teknologi pendidikan/pembelajaran dalam upaya memfasilitasi
atau memecahkan masalah belajar dan pembelajaran peserta didik (learners)

Teknologi Pendidikan merupakan sebuah ilmu terapan yang didasari oleh pengetahuan
teoritis yang telah teruji kebenarannya. Teknologi Pendidikan mempunyai banyak
pengetahuan yang menjadi landasannya karena itulah Teknologi Pendidikan disebut sebagai
ilmu terapan. Teknologi Pendidikan juga merupakan sebuah ilmu yang membahas mengenai
perilaku seseorang yang didalam Teknologi Pendidikan disebut pebelajar yang dimana ini
nantinya akan melahirkan teori-teori belajar. Bukan hanya itu, teknologi Pendidikan juga
didukung oleh teori komunikasi, cybernetics, teori persepsi yang secara khusus berkaitan
dnegan pemanfaatan personal dan peralatan. J.Michael Sector(2016:65-120) dalam bukunya
menuliskan teori-teori yang menjadi dasar Teknologi Pendidikan antara lain: Teori
perkembangan manusia, teori belajar dan perfoma, teori informasi dan komunikasi, dan teori
instruksional.

Pada teori perkembangan manusia, Sector(2016:65) menganggap bahwa manusia


selalu mengalami perubahan. Ia menjelaskan bahwa perubahan didalam diri manusia lebih
kompleks dan akan berubah secara alami seiring berjalannya waktu. Manuia juga mengalami
perkembangan secara psikologis dan kognitif yang ini berarti manusia mempunya limit untuk
mengerti suatu hal pada tahap perkembangan tertentu. Piaget (1926, 1970) dalam Sector
(2016, 65) menjelaskan bahwa anak kecil tidak akan paham mengenai kuantitas air didalam
sebuah wadah. Piaget juga berpendapat bahwa Bahasa dan pengalaman mempunyai peran
penting dalam tahap perkembangan psikologis dan kognitif. Dari perkembangan manusia
baik secara fisiologis, psikoligis, sosial, dan mandiri yang dapat dipahami adalah ini nantinya
berguna untuk membuat penggunaan teknologi didalam proses pembelajaran lebih efektif
dengan proses pembelajaran yang keadaannya berbeda. Teori-teori tersebut menunjukkan
adanya perbedaan dari peserta didik yang berhubungan dengan dukungan yang tepat untuk
belajar. Berikut teori perkembangan kognitif:
1) Teori Kognitif Piaget
Piaget mengusulkan empat tahap perkembangan anak secara kognitif, yaitu: tahap
sensorimotor usia 0-2tahun ciri perkembangannya berdasarkan Tindakan, tahap
praoperasi usia 2-7tahun ciri perkembangannya penggunaan symbol/Bahasa tanda,
tahap operasi konkret usia 7-11 tahum cirinya adalah pakai aturan jelas/logis, tahap
operasi formal usia 11 tahun keatas cirinya bisa merumuskan hipotesis, berpikir
abstrak, logis dan probabilitas.
2) Teori Vigotsky
Menekankan peran penting adanya interaksi sosial dan budaya, Vygotsky
menyumbangkan dua gagasan penting lainnya untuk perkembangan kognitif. Pertama,
orang lain yang lebih berpengalaman(MKO:orang tua, guru, atau anak lain dengan
lebih banyak pengalaman) memainkan peran penting dalam perkembangan seorang
individu. Kedua, jarak antara kemampuan anak untuk memahami konsep atau
melakukan tugas secara mandiri (menunjukkan internalisasi konsep yang relevan dan
perkembangan kognitif individu) dan kemampuan anak untuk memahami dan
melakukan dengan bantuan aMKO disebut zona perkembangan proksimal ( ZPD).
untuk ahli teknologi pendidikan dan guru adalah bahwa mereka harus fokus pada
ZPD, karena di situlah kemajuan pembelajaran paling sering terjadi. Perluasan teori
perkembangan kognitif individu ini diterima secara luas, meskipun ada banyak varian.
3) Teori Erikson
Erikson (1959, 1968) membagi delapan tahap perkembangan yang terdiri dari seluruh
kehidupan individ. Ide dasarnya adalah bahwa dalam setiap tahap ada krisis
representatif yang membentuk identitas seseorang. Berikut tahap perkembangan
Erikson:
Pada teori teori belajar dan perfoma membahas mengenai teori belajar dan
pembelajaran. Teori belajar adalah sebuah teori yang mendeskripsikan dan menjalaskan
bagaimana cara seorang pebelajar itu belajar termasuk tata caranya dan proses yang terlibat.
Teori belajar juga menjelaskna mengenai penjelasan deskriptiif mengenai aspek
pembelajaran termasuk kecepatan seorang itu belajar, keterbatasan memory, hambatan-
hambatan, dan sebagainya. Sedangkan teori pembelajaran adalah sebuah subjek untuk
melakukan diskusi dan perdebatan dengan hasil teori pembelajaran dan kinerja
dikelompokkan secara berbeda oleh ahli yang berbeda. Berikut beberapa teori belajar, yaitu:

1) Teori Behaviorisme
Teori behavioristik merupakan sebuah teori belajar yang menganggap bahwa
dengan adanya perubahan tingkah laku yang dialami oleh pebelajar merupakan
sebuah proses dari belajar yang merupakan akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respons (Slavin 2000). Dalam teori behavioristik unsur yang paling
terpenting dalam penerapannya adalah adanya masukan atau input yang berupa
stimulus dan juga keluaran atau outputs yang berupa respons.
2) Teori Kognitif
Kognitivisme muncul dalam psikologi karena behaviorisme terbukti tidak
memadai untuk menjelaskan pembelajaran manusia yang kompleks, terutama
pembelajaran bahasa (Chomksy, 1967). Teori belajar kognitif berbeda dengan
teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya
sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
3) Teori Konstruktivisme
belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini
harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa
sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar
sepenuhnya ada pada siswa.
4) Teori Humanisme
Teori Belojor Humonisme Teori belajar humanismc merupakan teori belajar yang
menekankan kepada pentingnya memperhatikan manusia yang mempunyai
keinginan dan motivasi dalam dirinya untul( mancapai suatu tujuan yang
diinginkan. Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan d,tujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal. Teori
humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu
sendiri. Teori ini cenderung bersifat eklektik, artinya memanfaatkan teknik belajar
apa pun asalkan tujuan peserta didik tercapai. Belajar dikatakan berhasil jika
peserta didik dapat berkembang potensi secara optimal.

Berikut teori-teori pembelajaran, yaitu:


1) Operant Conditioning Theory (Skinner)
Skinner menulis bahwa: “Operant conditioning is a method of learning that
occurs through rewards and punishments for behaviour. Through operant
conditioning, an individual makes an association between a particular behaviour
and a consequence”. Pengondisian operan adalah metode pembelajaran yang
terjadi melalui reward dan punishment pada perilaku. Melalui pengondisian
operan, seorang individu membuat hubungan antara perilaku tertentu dan
konsekuensinya.
2) Social Learning Theory (Bandura)
Teori pembelajaran sosial Bandura mementingkan pentingnya mengamati
dan mencontohkan perilaku, sikap, dan reaksi emosional orang lain. Bandura
(1977) menyatakan: “Belajar akan sangat melelahkan, belum lagi berbahaya, jika
orang hanya mengandalkan efek dari tindakan mereka sendiri untuk memberi tahu
mereka apa yang harus dilakukan. Untungnya, sebagian besar perilaku manusia
dipelajari secara observasi melalui pemodelan: dari mengamati orang lain,
seseorang membentuk gagasan tentang bagaimana perilaku baru dilakukan, dan
pada kesempatan lain informasi berkode ini berfungsi sebagai panduan untuk
bertindak. "
3) Cognitive Load Theory (Sweller)
Teori beban kognitif termasuk dalam perspektif pemrosesan informasi
kognitif, meskipun juga dibangun di atas prinsip-prinsip perilaku (terutama yang
berkaitan dengan persepsi). Gagasan dasarnya adalah bahwa struktur kognitif
manusia memiliki karakteristik dan batasan tertentu yang menjelaskan mengapa
pembelajaran mungkin atau mungkin tidak terjadi dalam beberapa situasi
(Sweller, 1988)

b) Berikan contoh aplikasinya dalam proses-proses (processes) maupun sumber-sumber


belajar.

Contoh pada pembelajaran yang mengguanakan teori konstrutivistik yang dimana


pada teori ini pusat belajar berada di siswa. Jadi siswa yang mencari/mengkonstruk
pengetahuannya sendiri. Contoh pada pembelajaran Seni Budaya mengenai pembuatan karya
menggambar objek flora, fauna, dan alam sekitar. Jadi Ketika proses belajar seni budaya ini,
siswa bisa mencari tahu sendiri lingkungan disekitarnya bisa dengan berkeliling dengan jalan
kaki atau bersepeda kemudian didalam berkeliling lingkungan sekitarnya siswa dapat
mengamati lingungan sekitar hingga menemukan objek/flora/fauna yang kemudian nanti
siswa bisa mengaplikasikannya dalam tugas menggambar apa yang telah dia temui di
lingkungannya. Hasil belajar yang didapat oleh siswa tidak bisa disalahkan karena siswa
menuangkan ide yang telah dia peroleh dari hasil pengamatan lingkungan sekitarnya.

4. a) Jelaskan pengertian dan ciri-ciri atau karakteristik guru digital, siswa digital, dan
pembelajaran digital.

 Pengertian dan ciri guru digital: guru digital adalah guru yang menggunakan
teknologi(
media digital) dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Media digital
bisa dengan berbasis computer ataupun android. Ciri guru digital adalah: guru yang
inovatif dalam mengelola pembelajaran, guru yang dapat beradaptasi dengan
kemajuan teknologi dalam menunjang proses pembelajaran, guru dapat berpikir kritis,
dll
 Pengertian dan ciri siswa digital: siswa digital adalah siswa yang dalam proses
pembelajaran dalam menerima materi atau mencari materi mereka sendiri
memanfaatkan teknologi/media digital. Media digital tersebut bisa berbasis computer
atau android. Ciri siswa digital adalah mempunyai rasa keinginantahuan yang tinggi,
cepat beradaptasi dengan teknologi, memanfaatkan banyak sumber belajar, dll.
 Pengertian dan ciri pembelajaran digital: Smaldino, S. E., dkk (2015: 7-11)
menjelaskan bahwa pembelajaran digital adalah kegiatan pembelajaran di era digital
yang dilaksanakan di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer
merupakan komponen pembelajaran yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk
menemukan sumber belajar.Perangkat dan koneksi digital memperluas kemampuan
siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat
dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya
interactive tools dan interacting with others.
Ciri-cirinya adalah: guru menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran,
pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, banyak menggunakann
internet, sumber belajar menjadi lebih banyak, informasi bersifat dinamis, dll.

b) Jelaskan peran (role) teknologi dan media instruksional bagi proses belajar
siswa dan peningkatan kinerjanya maupun kinerja guru.

Peningkatan kinerja siswa dengan memanfaatkan teknologi Peserta didik di era digital
menggunakan perangkat nirkabel bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam
dan di luar aturan sekolah yaitu dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi
internet kapanpun dan dimanapun saat diperlukan. Misalnya, siswa membaca
menemukan sumber belajar melalui sambungan internet di perpustakaan yang
menyediakan jaringan nirkabel wifi untuk membuat catatan dari artikel Koran atau
sumber belajarlain yang diarsipkan. Perangkat nirkabel ini memperluas dan
memberikan pengalaman belajar lebih kepada siswa di luar metode nondigital.
Penggunaan media komputer berbasis internet memudahkan siswa untuk mencari
sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun. Ponsel pintar
(android), tablet, dan laptop yang terhubung dengan saluran internet dapat digunakan
untuk mengirim pesan berupa video, pesan suara, dan animasi. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan siswa untuk mendengarkan dan melihat video terkait pelajaran,
mendengarkan musik, mencari informasi berita dan olahraga, serta untuk menonton
video dan film musik terbaru yang diminati siswa. Peserta didik juga dapat
melakukankomunikasi dengan menggunakan perangkat digital yang mereka miliki
melalui perintah suara, catatan tertulis, menggunakan layar sentuh atau keyboard
mini. Selain itu dokumen dengan komentar dan penyuntingan yang dituliskan dalam
media digital dapat dipertukarkan secara instant antara peserta didik denganguru,
antar peserta didik, atau dengan para ahli melalui pengiriman pesan email dan
mediachating lain yang tersedia

Peningkatan kinerja guru dengan memanfaatkan teknologi adalah dengan


Media digital mengembangkan dan meningkatkan kapabilitas guru untuk memenuhi
berbagai peran dan tanggungjawabnya yang berhubungan dengan menjadi seorang
pendidik. Media digital tersebut sebaiknya memberikan ruang gerak guru pada era
digital untuk merencanakan dan menyediakan pembelajaran interaktif ketika
berpartisipasi di dalam komunitas atau kelompok kerja guru dan praktik secara umum
dengan sesama rekan pendidik. Smaldino, S. E., dkk (2012:7-9) mengemukakan
beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya
terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut: Interactive Instruction
(Pembelajaran Interaktif), Personal Response System (PRS), Mobile Assessment
Tools, dan Community of Practice (Komunitas Praktik).

c) Jelaskan bagaimana prosedur mendesain pembelajaran yang efektif sesuai


dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, sesuai prinsip-prinsip
penggunaan teknologi yang efektif, dan sesuai prinsip-prinsip penggunaan media
yang efektif bagi siswa.

Berdasarkan hasil praktik penelitian tindakan kelas dalam periode waktu


tertentu Smaldino, S. E., dkk (2015: 23-24) menjelaskan bahwa ada 8 prinsip
pembelajaran yang efektif yaitu:
1. Mengkaji pengetahuan sebelumnya
2. Mempertimbangkan perbedaan individual
3. Sesuai dengan tujuan negara (state objectives)
4. Mengembangkan ketrampilan metakognisi
5. Memberikan interaksi sosial
6. Menggabungkan konteks yang realistik
7. Melibatkan siswa dalam konteks yang relevan
8. Pemberian umpan balik yang sering, tepat waktu, dan konstruktif.
Pembelajaran akan bisa efektif jika guru sebelum memulai pembelajaran dengan
mengingatkan kembali kepada siswa pada pengetahuan (materi ajar) yang didapat
sebelum inti materi yang akan disajikan. Keberhasilan pembelajaran dikatakan
berhasil apabila materi ajar dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Keaktifan siswa dapat dicapai apabila guru berperan
sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator. Pembelajaran efektif adalah proses
pembelajaran dengan memanfaatkan tenologi digital dan media online sebagai sumber
pembelajaran dalam upaya mengaktifkan siswa. Artinya pembelajaran harus ramah
teknologi, mendorong kesadaran global, dan yang terpenting tidak menjadikan agama
sebagai barrier (penghalang) kemajuan global.

d) Jelaskan/deskripsikan berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan


dalam merancang/menciptakan proses atau lingkungan pembelajaran digital yang
mengintegrasikan teknologi dan media pembelajaran digital (Bab:3-4)

Ada empat fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pemebelajaran abad 21
diantaranya: (1) berkecimpung (dabbling),(2) melakukan hal-hal lama dengan cara
lama (old things in old ways), (3) melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru (old
things in new ways) dan (4) melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (doing
new things in new ways) (Smaldino, S. E., dkk, 2015: 12). Proses ini dimulai dari
tahap 1 yaitu berkecimpung dengan teknologi yaitu dengan cara menambahkan
teknologi ke beberapa situasi belajar secara acak. Pada fase 2, teknologi digunakan
untuk melakukan hal-hal lama dengan cara lama seperti ketika guru menampilkan
catatan belajar di PowerPoint dari pada menggunakan OHP (tranparancy overhead).
Fase 3 melakukan hal-hal lama dengan cara baru dimana teknologi mulai digunakan,
seperti ketika guru menggunakan model 3D Virtual untuk mendemonstrasikan
struktur sebuah senyawa. Contoh lain ketika siswa menggunakan aplikasi pengolah
kata dan clip art daripada menggunakan kertas notebook dan menggambar langsung
untuk membuat cerita pendek. Tahap Akhir (4), melakukan hal-hal baru dengan cara-
cara baru yang sepenuhnya memanfaatkan kekuatan teknologi dan media. Hal ini
mengharuskan siswa berorientasi ke masa depan guna mengembangkan keterampilan
mereka dalam pemrograman, penyaringan pengetahuan, menggunakan konektivitas
dengan teknologi canggih, dan penyediaan miniature yang dapat dikustomisasi satu
per satu.

Anda mungkin juga menyukai