LANDASAN TEORI
peserta didik atau siswa. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada murid-
murid merupakan proses pengajaran (proses belajar mengajar), itu dilakukan oleh
dengan hal ini menurut Winarno Surakhmad (B. Suryosubroto, 2002: 148)
proses pengajaran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan
yang lainnya.
Jadi jelaslah bahwa metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metodenya, makin efektif pula
B. Teori Belajar
perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari
10
11
’manusia itu merupakan organisme yang pasif’. Dengan teori tabularasanya, John
Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa
kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandangan yang
elementeristik.
kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk
membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah
Tabel 2.1
Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
dengan nama teori belajar S-R karena dikatakan sebagai proses hubungan
langsung antara stimulus yang datang dengan respon yang ditampilkan oleh
individu.
Hubungan langsung
S R
(koneksi)
Respon tertentu akan muncul dari individu jika diberi stimulus dari luar. S
adalah singkatan dari stimulus dan R adalah singkatan dari respon. Orang akan
stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang lama, akan
dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan
Experiential Learning.
a. Teori Humanistik
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan sudut
pandang pengamatnya.
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain,
1. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
potensi yaitu :
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil keputusan,
takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi di sisi lain
sesorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
3. Carl Rogers
1. Kognitif ( kebermaknaan ).
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
16
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika
yang berlaku.
Karena dalam teori ini guru adalah sebagai fasilitator maka kurang cocok
diterapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang
kurang aktif dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya sehingga dia
padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar juga
aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru. Karena siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) maka, keberhasilan proses belajar lebih
banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan
serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena
itu, model ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan
17
tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, Experiential Learning
Tabel 2.2
Perbedaan antara Experiential Learning dengan Cara Tradisional
Experiential Learning Tradisional Content-based Learning
Aktif Pasif
Bersandar pada penemuan individu Bersandar pada keahlian mengajar
Partisipatif, berbagai arah Otokratis, satu arah
Dinamis dan belajar dengan Terstruktur dan belajar dengan
melakukan mendengar
Bersifat terbuka Cakupan terbatas dengan sesuatu yang
baku
Mendorong untuk menemukan Terfokus pada tujuan belajar yang
sesuatu khusus
(Sumber : Isah Cahyani, 2002)
balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
1. pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara
langsung dalam pengalaman belajar,
2. adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai,
3. ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih
efektif dalam pemerolehan bahan ajar,
4. komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil
tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri, dan
5. belajar pada hakekatnya melalui suatu proses.
maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat (Isah Cahyani, 2002: 3), antara
lain:
perubahan aspek pemahaman akan hasil belajar tersebut. Salah satu cara untuk
pengajar harus menyiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan sehingga tercipta
19
suasana yang mendukung. Oleh karena itu, hal utama yang perlu diperhatikan
adalah pemahaman yang mendalam tentang kegiatan yang akan digunakan. Hal-
c. tata letak,
2. Directing
yang akan dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengarahan
yaitu:
a. tempo berbicara harus disesuaikan dengan kondisi peserta dan juga situasi
kegiatan,
f. metode penjelasan dapat dilakukan dengan cara dari umum ke khusus atau
3. Motivating
semangat. Untuk mengatasi hal tersebut, pengajar dapat melakukan beberapa cara
berikut ini:
tersebut,
sebelumnya,
kegiatan,
tubuh.
1. Observation
selama melaksanakan kegiatan. Tahap ini menjadi sangat penting sebagai bahan
berlangsung.
a. Apa yang dilakukan individu dan apa reaksi individu lainnya atas reaksi
tersebut.
hal-hal yang sekiranya akan membahayakan mereka, baik secara fisik, mental,
1. kata-katanya,
2. intonasinya,
3. bahasa tubuhnya,
4. raut mukanya,
5. tatapan matanya.
22
3. Intervention (intervensi)
secara kritis (apa, mengapa, dampak yang terjadi). Lalu menarik insight/pelajaran
dari pengalaman tersebut untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pada tahap ini
Terdapat beberapa fase dan teknik yang harus dilakukan oleh seorang
fase dan teknik menggunakan model Experiential Learning, menurut David Kolb
Experiential Learning :
Concrete Experience
Facts
Active Reflective
Experimentation Observation
futures feelings
Abstract
Conceptualization
findings
Gambar 2.1
Experiential Learning Cycle
(http:// www. eltaps.com)
D. Prestasi Belajar
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku
24
keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang
diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Hasil belajar dan prestasi belajar
merupakan dua hal yang erat kaitannya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
belajar merupakan hasil belajar yang didapat setelah proses belajar mengajar
berlangsung, prestasi belajar itu diperoleh atau diukur dengan tes hasil belajar.
Hasil belajar merupakan perilaku dan pribadi siswa, tercermin dalam ciri-ciri
E. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya
fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri
dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah,
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, Oemar
F. Keaktifan Belajar
adalah :
Suatu tindakan atau perbuatan dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Keaktifan juga merupakan proses berfikir dan berbuat dalam suatu
kegiatan untuk mengubah tingkah laku, sehingga diperoleh pengalaman
belajar.
dalam upaya melakukan kegiatan, karena anak merupakan suatu organisme yang
berfikir dan berbuat merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Proses berpikir dan berbuat jika tidak dilakukan oleh anak sebagai siswa,
maka hal ini merupakan suatu faktor penghambat atas kemajuan pribadi yang
menjadi tinjauan dalam proses pendidikan. Hal ini memberikan suatu penekanan
bahwa seharusnya yang lebih banyak melakukan aktifitas anak itu sendiri,
Pengalaman belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai siswa, hal tersebut
dapat dicapai maksimal jika siswa benar-benar mengalami suatu proses belajar
melakukan aktivitas.
27
a. Prinsip-prinsip Keaktifan
Keaktifan siswa dapat dipandag dari segi kejiwaan, karena dari segi pandang
kejiwaan akan diketahui prinsip keaktifan seorang subyek belajar, bila dipandang
dari ilmu jiwa, maka yang akan menjadi perhatian adalah komponen manusia
yang akan melakukan aktivitas dalam kegiatan belajar, dalam hal ini siswa dan
guru. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sardiman A.M (2001:96) bahwa
Prinsip keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari dua konsep
ilmu jiwa, yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu modern. Pandangan ilmu jiwa lama,
melihat bahwa peranan guru diklat sebagai pendidik mempunyai hak sepenuhnya
untuk membentuk siswa sebagai peserta didik menurut cara dan materi yang
ditentukannya. Siswa dituntut untuk menerima segala yang diberikan oleh guru
diklat yang dianggap sebagai panutan ideal dan mutlak kebenarannya. Keaktifan
dalam kegiatan siswa didominasi oleh guru, sedangkan siswa bersifat pasif.
diajukan guru.
modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil
keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan
b. Jenis–jenis Keaktifan
Sekolah adalah suatu pusat kegiatan belajar, yang didalamnya terjadi proses
dari berbagai jenis kegiatan belajar. Banyak jenis keaktifan yang dapat dilakukan
harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks
keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang
keberhasilan.
kecakapan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam
30
bentuk kemahiran yang disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan
yang ingin dicapai dalam kompetensi bukan hanya sekedar pemahaman akan
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu
peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan
pendidikan tertentu.
didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan
tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupun dari siswa. Guru
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga
ada guru yang ceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak
b. Metode Demonstrasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi
c. Metode Diskusi
pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998; dikutip
Wina sanjaya, 2007:152). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat
merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa
muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit untuk ditentukan;
kedua, diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu
dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang
demikian halnya dengan metode diskusi. Pada metode ini bahan atau materi
kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa itu
sendiri, oleh karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekedar hasil belajar,
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses
kelas. Pada diskusi ini permasalah yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas
secara keseluruhan, yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri.
Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
34
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah.
• Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa
yang memiliki keterampilan berbicara.
• Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
• Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
35
d. Metode Simulasi
Simulasi beraal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih
sangat bermanfaat.
• Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
• Dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
• Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
• Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
36
• Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
• Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi sewa
dalam melakukan simulasi.