Anda di halaman 1dari 5

2.

PRINSIP DAN TAHAP BELAJAR TEORI BELAJAR HUMANISTIK

2.1 Prinsip Prinsip Teori Belajar Humanistik

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup anak didik. Dengan belajar anak didik
melakukan perubahan-perubahan kualitatif, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup anak didik lain adalah hasil dari belajar. Tujuan belajar adalah:

(1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain perubahan tingkah laku.

(2) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik.

(3) Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat,
benci menjadi sayang dan sebagainya.

(4) Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.

(5) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu

Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru tetap memegang peranan penting,
para siswa tidak mung kin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban
tugasnya dengan baik. Peranan guru yang begitu besar dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam
arti sempit.

Ada 3 prinsip belajar yang utama yakni:

A. Classical Conditioning, teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang


dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan kebangsaan Rusia. Classical
conditioning merupakan suatu proses belajar melalui pembiasaan (conditioning) terhadap
suatu objek dengan menitikberatkan pada proses pemberian rangsang (stimulus) guna
mendapatkan suatu respon tertentu (stimulus and response relationship), tanpa
menggunakan penguat (reinforcement). Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan respon.
B. Instrumental (Operant) Conditioning. Penelitian conditioning operant dimulai dengan
sejumlah eksperimen oleh Throndike. Beliau berpendapat bahwa dalam conditioning
operant, hukum efek menyeleksi, dari sejumlah respon acak, hanya respon yang diikuti
oleh konsekuensi positif. Proses ini mirip evolusi yang hukum kelangsungan hidup bagi
yang terkuat memilih dari sekumpulan variasi spesies acak, hanya perubahan yang
meningkatkan kelangsungan hidup spesies. Dengan begitu hukum efek meningkatkan
kelangsungan hidup spesies. Sebagai contoh, tikus yang berada di dalam sangkar
bereksplorasi dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada
disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya.
C. Cognitive Learning, terminologi kognisi (cognitive) mengarah pada pemrosesan
informasi mengenai lingkungan, yang diterima melalui panca indera. Sedangkan learning
mengarah pada perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan
ataupun pengalaman. Cognitive learning adalah perubahan cara memproses informasi
sebagai hasil pengalaman atau latihan.

Prinsip belajar humanistic antara lain:

1. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar;


2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan
keperluan mereka;
3. Belajar yang menyangkut suatu “perubahan dalam diri individu” dapat dianggap
sebagai ancaman dan cenderung ditolak;
4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu
semakin kecil;
5. Apabila ancaman dari luar individu kecil, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara, dan proses belajar dapat terjadi;
6. Belajar bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya;
7. Belajar berlangsung secara lebih baik apabila peserta didik dilibatkan dalam proses
belajar dan ikut bertanggung jawab dalam proses belajar;
8. Belajar atas inisiatif sendiri dengan keterlibatan seutuhnya, baik emosi maupun
kognisi, merupakan cara yang efektif (mendalam dan kontinu);
9. Kepercayaan diri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai apabila peserta didik
dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik diri sendiri;
10. Belajar mengenai proses belajar merupakan belajar yang penting secara sosial, yakni
sikap terbuka terhadap pengalaman dan penyatuan diri dalam proses perubahan.

Prinsip-prinsip pendidik humanistik:

1. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru humanistik percaya
bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan
kebutuhan dan keinginannya.
2. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar mereka
tentang cara belajar. Siswa harus termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar
sendiri.
3. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi belajar diri
yang bermakna.
4. Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat penting
dalam sebuah proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif.
5. Pendidik humanistik menekankan pentingnya siswa terhindar dari tekanan lingkungan,
sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Dengan merasa aman, akan lebih
mudah dan bermakna proses belajar yang dilalui.

2.2 Tahap Belajar Teori Humanistik

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak
berbiacara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-
citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar. Kolb (1939-sekarang) seorang ahli
penganut aliran humanistik membagi tahap- tahap belajar menjadi 4, yaitu:

1. Tahap pengalaman konkrit


Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau
dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia
dapat melihat dan merasakannya, dapat menceriterakan peristiwa tersebut sesuai
dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang
hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa
adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu
terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi
seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap
paling awal dalam proses belajar.
2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan
semakin mampu melakukan observasi secara akatif terhadap peristiwa yang
dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian
tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan
mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya
semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang
pada tahap ke dua dalam proses belajar.
3. Tahap konseptualisasi
Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya
untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan
prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berfikir induktif
banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari
berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang
diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama
yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
4. Tahap eksperimentasi aktif. Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb
adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah
mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam
situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan
menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi
mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan
teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Tahap-tahap belajar demikian
dilukiskan oleh Kolb sebagai suatu siklus yang berkesinambungan dan
berlangsung di luar kesadaran orang yang belajar. Secara teoretis tahap-tahap
belajar tersebut memang dapat dipisahkan, namun dalam kenyataannya proses
peralihan dari satu tahap ke tahap belajar di atasnya sering kali terjadi begitu saja
sulit untuk ditentukan kapan terjadinya.

Anda mungkin juga menyukai