Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDKAN

TRANSFER BELAJAR

Dosen Pembimbing: Mardhiya Agustina, S.Th.I., M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Dina Maulida

2. Ernawati

3. Erpina

Lokal 34

Semester IV

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RASYIDIYAH


KHALIDIYAH AMUNTAI 2015/2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sekolah dan masyarakat merupakan dua sisi kehidupan yang tak dapat
dipisahkan. Di satu sisi masyarakat memebutuhkan sekolah untuk membangun
sumber daya manusia agar terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah
membutuhkan masyarakat sebagai terminal terakhir dalam pengimplementasian
hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Sejauh mana hasil
belajar berupa ilmu pengetahuan yang diterima anak didik di sekolah dapat
dirasakan manfaatnya di tangan masyarakat, tanpa dilihat dari kemampuan anak
didik dalam menggunakannya dengan tepat guna dan berhasil guna. Penggunaan
hasil belajar yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang berguna dan baik.
Kemampuan anak didik hasil belajar tertentu ke dalam situasi belajar yang lain
tidak bisa dipisahkan dari masalah “transfer belajar”. Transfer belajar mempunyai
“nilai strategis” dalam pendidikan dan pengajaran, karena diakui dapat
mengukuhkan penguasaan keilmuan dalam “struktur kognitif”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian transfer belajar?


2. Bagaimana teori proses transfer belajar?
3. Bagaimana bentuk-bentuk dari transfer belajar?
4. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses terjadinya transfer?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui pengertian dari transfer belajar.


2. Untuk mengetahui teori-teori proses transfer belajar.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari transfer belajar.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi proses terjadinya
transfer.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Transfer Belajar

Istilah transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning”


dan berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang
studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-
hari. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil
belajar yang diperoleh,digunakan di suatu bidang studi atau situasi di luar lingkup
pendidikan. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa
hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup
bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh. Misalnya, hasil belajar bidang
studi geografi, digunakan dalam mempelajari bidang studi ekonomi; di cabang
olahraga main bola tangan, digunakan dalam belajar main basket, dan lain-
lain. Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat berupa pengetahuan
(informasi verbal), kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
keterampilan motorik dan sikap. Berkat pemindahan dan pengalihan hasil belajar
itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam
mempelajari sesuatu di bidang studi yang lain atau dalam pengaturan hidup
sehari-hari.

“Memperoleh keuntungan berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil


belajar itu berperan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam
menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam
mengatur kehidupan sehari-hari. Transfer belajar demikian disebut “transfer
positif”. Misalnya pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat
membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni
daerah itu; keterampilan mengendarai sepeda motor, akan mempermudah belajar
mengendarai kendaraan bermotor roda empat; sikap menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat dan benar, yang diperoleh di bidang studi bahasa Indonesia

2
3

di sekolah, akan sangat membantu dalam mengkomunikasikan pikiran dan


perasaan kepada orang lain selama tahun-tahun sesudah tamat sekolah.

“Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil


belajar itu berperan negatif, yaitu meempersukar dalam menghadapi tugas belajar
yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan
sehari-hari. Transfer belajar demikian disebut “transfer negatif”. Misalnya,
pengetahuan akan sejumlah kata dalam bahasa Belanda, akan menghambat dalam
mempelajari sejumlah kata dalam bahasa Jerman, karena kedua kata dalam kedua
bahasa itu mungkin sama ucapannya dan hampir sama ejaannya, tetapi konsep
yang terkandung dalam kedua itu berlainan, seperti kata “leren” (belajar) dalam
bahasa Belanda , dan “lehren” (mengajar) dalam bahasa Jerman. Atau dengan kata
lain, respon yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru.
Disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat
untuk menerima pelajaran yang baru. Contoh keterampilan mengemudikan
kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan,
yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan
kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah satu negara eropa barat, yang
arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.

Terdapat aneka kasus yang menimbulakan kesan terjadinya pemindahan


atau pengalihan hasil belajar sebagaimana dijelaskan diatas, tetapi sebenarnya
bukan kasus transfer belajar. Misalnya, seorang siswa telah belajar memantulkan
bola dengan menggunakan tangan kanan, kemudian ternyata siswa mampu
memantulkan bola dengan tangan kirinya, tanpa melakukan pelatihan khusus
memantulkan bola dengan tangan kirinya.

Demikian pula, penggunaan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang


studi tertentu, bila menghadapi tugas belajar yang sama atau yang mirip dalam
bidang studi belajar yang sama tidak dapat dipandang sebagai kasus transfer
belajar, tetapi merupakan kasus penerapan dari kemampuan yang telah diperoleh.
Misalnya, bila siswa telah mempelajari rumus tertentu di bidang studi matematika
4

dan kemudian menerapkan rumus itu pada soal matematika yang lain, yang sama
atau yang mirip, siswa itu tidak dapat dikatakan telah mengadakan transfer
belajar.1

B. Bentuk-Bentuk Transfer Belajar

Muhibbin Syah dengan mengutip pendapat Robert M. Gagne


mengemukakan empat macam transfer belajar, yaitu.

1. Transfer Positif

Transfer positif, yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan


belajar selanjutnya. Transfer positif memungkinkan seseorang anak didik dalam
menghadapi situasi yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan, dan bahkan dalam
menghadapi itu dapat lebih efektif dan efisien. Transfer positif dapat terjadi dalam
diri seorang anak didik bila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu
yang mempermudah anak didik tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya.
Seorang anak yang telah dapat mengendarai “sepeda”, misalnya dapat lebih
mudah dan lebih efektif dan efisien jika ia belajar mengendarai kendaraan
bermotor roda dua. Jadi keterampilan mengendarai sepeda mempunyai pengaruh
yang signifikan untuk menguasai keterampilan mengendarai kendaraan bermotor
roda dua dalam situasi yang lain.

2. Transfer Negatif

Transfer negatif, yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap kegiatan


belajat selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami anak didik bila ia belajar dalam
situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan atau
pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi yang lain. Jadi, transfer
dikatakan negatif bila dalam penggunaan hasil belajar untuk menghadapi situasi
baru mengalami hambatan, kesulitan, kerusakan, dan sebagainya.

3. Transfer Vertikal

1
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 514-516.
5

Transfer vertikal adalah transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan


belajar dalam mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau
rumit. Transfer vertikal (tegak lurus) ini dapat terjadi dalam diri seorang anak bila
pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu anak tersebut
dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.

3. Transfer Lateral

Transfer lateral, yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan


belajar pengetahuan atau keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah
samping) ini dapat terjadi dalam diri anak didik bila ia mampu menggunakan
materi yang telah dipelajarinya untuk materi yang sama kerumitannya dalam
situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak
mengurangi mutu hasil belajar anak tersebut.

Keempat ragam transfer belajar yang dikemukakan Gagne di atas


sebenarnya bisa dibagi menjadi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer
negatif. Karena transfer vertikal dan lateral bernilai positif, maka keduanya
digolongkan ke dalam kategori transfer positif.2

C. Beberapa Teori Proses Transfer Belajar

Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai


bagaimana transfer belajar itu sendiri. Teori-teori yang perlu dibicarakan adalah
sebagai berikut.

1. Teori Disiplin Formal

Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun
dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lain-lain).
Masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan. Suatu daya jika
sudah baik karena latihan-latihan, maka daya-daya itu akan baik dalam
menghadapi situasi-situasi baru. Latihan-latihan yang dikehendaki untuk melatih

2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 226-228.
6

daya itu diusahakan benar-benar disiplin. Teori belajar menurut psikologi daya
adalah bahwa baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu
akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada
hubungannya dengan bahan latihan itu. Fungsi pikiran, misalnya, akan menjadi
baik dalam melakukan fungsinya jika dilatih dengan bahan yang berupa pelajaran
matematika (ilmu pasti). Fungsi jasmaniah seperti kekuatan otot, dapat dilatih
terus-menerus sehingga menjadi lebih kuat dan mampu mengangkat benda yang
berat seperti besi, batu, kayu, bahan bangunan, dan sebagainya. 3 Mata pelajaran-
mata pelajaran seperti geometri dan bahasa Latin sangat penting dalam melatih
daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya pikir kritis, ingatan,
pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan
akademis tadi.4

2. Teori Komponen-Komponen Identik

Menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil
belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi
terdapat aspek-aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila
kedua peristiwa belajar itu terdapat unsur-unsur yang identik (sama). Komponen-
komponen yang terlibat dalam proses belajar itu tak terbatas pada bahan
pengajaran, tetapi termasuk juga hal-hal seperti metode belajar-mengajar, sikap,
dan berbagai kemampuan khusus yang dimiliki oleh anak didik.5

Latihan di dalam satu situasi mempengaruhi perbuatan tingkah laku dalam


situasi yang lainnya. Teori ini banyak digunakan dalam kursus latihan jabatan, di
mana kepada siswa diberikan respons-respons yang diharapkan diterapkan dalam
situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi, banyak menekankan
kepada persepsi para siswa terhadap unsur-unsur yang identik ini.6

3
Ibid, h. 223-224.
4
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 34.
5
Syaiful Bahri Djamarah, h. 224.
6
Oemar Hamalik.
7

3. Teori Generalisasi

Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd yang berpendapat bahawa


transfer lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum. Apabila anak didik mampu
mengembangkan konsep, kaidah, prinsip, dan siasat-siasat untuk memecahkan
persoalan, anak didik itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-
bidang lain di luar bidang studi, di mana konsep, kaidah, prinsip, dan situasi mula-
mula diperoleh. Anak didik itu mampu mengadakan generalisasi, yaitu
menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang
khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila anak didik membentuk
konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual), dan siasat-siasat memecahkan
problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif). Jadi kesamaan antara dua
bidang studi tidak tedapat di dalam unsur-unsur khusus, melainkan dlam pola,
dalam struktur dasar, dan dalam prinsip. Jadi, teori generalisasi ini menekankan
pada prinsip-prinsip umum yang menunjukan pola kesamaan yang universal,
merupakan ide umum yang terbentuk melalui proses mental. Penguasaan pola S-
P-O-K dalam bidang studi bahasa Indonesia misalnya, dapat digunakan untuk
mempermudah mempelajari bidang studi bahasa Inggris. Karena bidang studi
bahasa Inggris juga mempunyai struktur yang pada prinsipnya sama (yaitu
subject, verb, object, dan adverb) dengan bahasa Indonesia.7

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Terjadinya Transfer

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfe


rbelajar adalah sebagai berikut.

1. Taraf Intelegensi dan Sikap

Faktor ini berasal dari anak didik dan berkisar pada masalah kapasitas
dasar (kemampuan dasar), sikap, minat belajar dan lain sebagainya. Kapasitas
dasar atau kemampuan anak itu sangat membantu timbulnya transfer belajar.

7
Syaiful Bahri Djamarah.
8

Anak yag pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi. Siswa yang belajar
dengan intensif untuk menggunakan hasil belajarnya (baik dalam rangka bidang
studi maupun di luarnya), yang termotivasi yang merasa senang dalam belajar di
sekolah dan yang mampu mengolah dengan baik dan secara mendalam, akan jauh
lebih siap untuk mengadakan transfer belajar, dibanding dengan siswa yang
kurang termotivasi, kurang senang dan kurang mampu mengolah dengan baik.
Kemampuan mengolah berkaitan dengan kemampuan belajar, terutama komponen
kemampuan intelektual. Siswa yang berkemampuan intelektual tinggi, lebih
mampu untuk mengolah secara mendalam dan secara menyeluruh dan pada
umumnya lebih mampu pula untuk melihat kelonggaran/kemungkinan
mengadakan transfer belajar, bahkan sebelum tenaga pengajar menunjukkan
kemungkinan itu.

2. Metode Guru dalam Mengajar

Proses belajar di sekolah berlangsung dalam interaksi dengan tenaga yang


mengajar, yang berlangsung dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Guru
yang berusaha mengajar dengan fungsional, yaitu menghubung-hubungkan hasil
belajar di bidang studi yang dipegangnya dengan suatu bidang studi yang lain atau
dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan kondisi eksternal
yang menunjang terjadinya transfer belajar. Usaha yang demikian, untuk sebagian
tergantung sikap guru, untuk sebagian bergantung pada bekal ilmu pengetahuan
umum yang dimiliki guru itu.

3. Isi atau Materi Pelajaran

Faktor ini berasal dari mata pelajaran itu sendiri. Apabila mata pelajaran
yang satu dengan yang lain memiliki hubungan, maka akan cenderung
menimbulkan transfer. Misalnya perbuatan jenis belajar tentang gizi ke perbuatan
jenis belajar memasak menimbulkan transfer yang tinggi.
9

4. Proses belajar

Transfer belajar baru dapat diharapkan terjadi setelah siswa mengolah


materi pelajaran dengan sungguh-sungguh, yaitu dalam rangka fase yang ketiga.
Keberhasilan dalam pengolahan itu sendiri pun bergantung pada kesungguhan
motivasi belajar (fase pertama) dan kadar konsentrasi terhadap unsur-unsur yang
relevan (fase kedua). Maka, siswa yang kurang melibatkan diri dalam proses
belajar, kurang cermat dalam persepsi dan kurang mendalam dalam mengolah
materi pelajaran, tidak dapat diharapkan akan mengadakan transfer belajar
biarpun sebenarnya ada kemungkinan. Semua ini berkaitan pula dengan tata cara
belajar atau teknik-teknik studi. Makin baik tata-tata cara itu makin meningkat
pula kemungkinan siswa akan mengadakan transfer belajar.

5. Hasil belajar

Aneka hasil belajar yang mengandung kemungkinan untuk dialihkan


secara lebih luas ke berbagai bidang studi, bahkan menjadi bekal untuk
digunakan/dimanfaatkan dalam banyak bidang kehidupan, seperti banyak konsep,
kaidah, prinsip, siasat-siasat mengatur kegiatan kognitif dan sikap. Makin terbatas
aneka hasil belajar suatu bidang studi makin terbatas pula kemungkinan untuk
mengalihkan kebidang studi yang lain.8

8
http://srisukopujilestari.blogspot.com/2011/07/transfer-belajar.html, diakses tanggal 29 Februari
2016
10
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang
satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Ada beberapa
bentuk-bentuk dari transfer belajar, meliputi transfer positif yang merupakan
transfer yang berakibat baik pada kegiatan belajar selanjutnya, dan transfer negatif
yang merupakan kebalikan dari transfer positif, serta transfer vertikal dan lateral
yang keduanya juga termasuk dalam transfer positif.

Ada beberapa teori mengenai transfer belajar, yakni meliputi teori disiplin
formal, teori komponen-komponen identik, dan teori generalisasi. Ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi transfer belajar, yaitu taraf intelegensi dan
sikap, metode guru dalam mengajar, isi atau materi pelajaran, proses belajar, serta
hasil belajar.
12

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta, 2008.

Hamalaik, Oemar, Proses Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2014.

Pujilestari, Sri Suko. “Transfer Belajar”. 29 Februari 2016.


http://srisukopujilestari.blogspot.com/2011/07/transfer-belajar.html

W.S, Wingkel, Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Anda mungkin juga menyukai