PSIKOLOGI PENDIDKAN
TRANSFER BELAJAR
Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Dina Maulida
2. Ernawati
3. Erpina
Lokal 34
Semester IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah dan masyarakat merupakan dua sisi kehidupan yang tak dapat
dipisahkan. Di satu sisi masyarakat memebutuhkan sekolah untuk membangun
sumber daya manusia agar terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah
membutuhkan masyarakat sebagai terminal terakhir dalam pengimplementasian
hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Sejauh mana hasil
belajar berupa ilmu pengetahuan yang diterima anak didik di sekolah dapat
dirasakan manfaatnya di tangan masyarakat, tanpa dilihat dari kemampuan anak
didik dalam menggunakannya dengan tepat guna dan berhasil guna. Penggunaan
hasil belajar yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang berguna dan baik.
Kemampuan anak didik hasil belajar tertentu ke dalam situasi belajar yang lain
tidak bisa dipisahkan dari masalah “transfer belajar”. Transfer belajar mempunyai
“nilai strategis” dalam pendidikan dan pengajaran, karena diakui dapat
mengukuhkan penguasaan keilmuan dalam “struktur kognitif”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transfer Belajar
2
3
dan kemudian menerapkan rumus itu pada soal matematika yang lain, yang sama
atau yang mirip, siswa itu tidak dapat dikatakan telah mengadakan transfer
belajar.1
1. Transfer Positif
2. Transfer Negatif
3. Transfer Vertikal
1
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 514-516.
5
3. Transfer Lateral
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun
dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lain-lain).
Masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan. Suatu daya jika
sudah baik karena latihan-latihan, maka daya-daya itu akan baik dalam
menghadapi situasi-situasi baru. Latihan-latihan yang dikehendaki untuk melatih
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 226-228.
6
daya itu diusahakan benar-benar disiplin. Teori belajar menurut psikologi daya
adalah bahwa baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu
akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada
hubungannya dengan bahan latihan itu. Fungsi pikiran, misalnya, akan menjadi
baik dalam melakukan fungsinya jika dilatih dengan bahan yang berupa pelajaran
matematika (ilmu pasti). Fungsi jasmaniah seperti kekuatan otot, dapat dilatih
terus-menerus sehingga menjadi lebih kuat dan mampu mengangkat benda yang
berat seperti besi, batu, kayu, bahan bangunan, dan sebagainya. 3 Mata pelajaran-
mata pelajaran seperti geometri dan bahasa Latin sangat penting dalam melatih
daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya pikir kritis, ingatan,
pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan
akademis tadi.4
Menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil
belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi
terdapat aspek-aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila
kedua peristiwa belajar itu terdapat unsur-unsur yang identik (sama). Komponen-
komponen yang terlibat dalam proses belajar itu tak terbatas pada bahan
pengajaran, tetapi termasuk juga hal-hal seperti metode belajar-mengajar, sikap,
dan berbagai kemampuan khusus yang dimiliki oleh anak didik.5
3
Ibid, h. 223-224.
4
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 34.
5
Syaiful Bahri Djamarah, h. 224.
6
Oemar Hamalik.
7
3. Teori Generalisasi
Faktor ini berasal dari anak didik dan berkisar pada masalah kapasitas
dasar (kemampuan dasar), sikap, minat belajar dan lain sebagainya. Kapasitas
dasar atau kemampuan anak itu sangat membantu timbulnya transfer belajar.
7
Syaiful Bahri Djamarah.
8
Anak yag pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi. Siswa yang belajar
dengan intensif untuk menggunakan hasil belajarnya (baik dalam rangka bidang
studi maupun di luarnya), yang termotivasi yang merasa senang dalam belajar di
sekolah dan yang mampu mengolah dengan baik dan secara mendalam, akan jauh
lebih siap untuk mengadakan transfer belajar, dibanding dengan siswa yang
kurang termotivasi, kurang senang dan kurang mampu mengolah dengan baik.
Kemampuan mengolah berkaitan dengan kemampuan belajar, terutama komponen
kemampuan intelektual. Siswa yang berkemampuan intelektual tinggi, lebih
mampu untuk mengolah secara mendalam dan secara menyeluruh dan pada
umumnya lebih mampu pula untuk melihat kelonggaran/kemungkinan
mengadakan transfer belajar, bahkan sebelum tenaga pengajar menunjukkan
kemungkinan itu.
Faktor ini berasal dari mata pelajaran itu sendiri. Apabila mata pelajaran
yang satu dengan yang lain memiliki hubungan, maka akan cenderung
menimbulkan transfer. Misalnya perbuatan jenis belajar tentang gizi ke perbuatan
jenis belajar memasak menimbulkan transfer yang tinggi.
9
4. Proses belajar
5. Hasil belajar
8
http://srisukopujilestari.blogspot.com/2011/07/transfer-belajar.html, diakses tanggal 29 Februari
2016
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang
satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Ada beberapa
bentuk-bentuk dari transfer belajar, meliputi transfer positif yang merupakan
transfer yang berakibat baik pada kegiatan belajar selanjutnya, dan transfer negatif
yang merupakan kebalikan dari transfer positif, serta transfer vertikal dan lateral
yang keduanya juga termasuk dalam transfer positif.
Ada beberapa teori mengenai transfer belajar, yakni meliputi teori disiplin
formal, teori komponen-komponen identik, dan teori generalisasi. Ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi transfer belajar, yaitu taraf intelegensi dan
sikap, metode guru dalam mengajar, isi atau materi pelajaran, proses belajar, serta
hasil belajar.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hamalaik, Oemar, Proses Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2014.