DISUSUN
OLEH:
1. Nur Aini (19052076)
2. Nadya Mardatillah (19058111)
3. Melfa Rahmayani (19033038)
4. Wanda Efriyani Lubis (19029122)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
(i)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C.Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Siswa Beresiko........................................................................................................3
B. Siswa Berkebutuhan Khusus.................................................................................5
C. Pendekatan Pembelajaran...................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................................15
(ii)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter,
kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap individu
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatu
karunia dari Allah SWT yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter
dan kecerdasan luar biasa pada setiap individu. Oleh karena itu sebagai seorang
pendidik, guru diharapkan mampu untuk mengenali dan memahami perbedaan pada
setiap sisa didiknya agar tahu bagaimana cara untuk menangani setiap perbedaan
tersebut ke arah yang baik. Perbedaan individu penting untuk dipahami karena
karakteristik individu yang berbeda seringkali menimbulkan permasalahan. Dari
permaslahan yang timbul, pendidik dapat mengetahui berbagai macam perbedaan
individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan, perbedaan bahasa,
perbedaan fisik motorik, perbedaan lingkungan keluarga, perbedaan tingkat
pencapaian, perbedaan latar belakang dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan
tersebut perlu adanya penanganan dalam rangka upaya pembelajaran. Pada anak usia
dini yang notabenenya sangat antusias dan aktif tentunya mempunyai kesulitan
tersendiri dalam menghadapi perbedaan karakteristiknya karena seringkali perilaku,
kecerdasan dan lainnya dari anak usia dini tidak terduga.
Oleh karena itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami
setiap karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa
didiknya. Dengan memahami dan mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana
caranya untuk mengatasi dengan cara-cara yang yang menghibur tetapi mendidik bagi
anak usia dini dan mudah dipahami oleh mereka. Melalui pembahasan ini di harapkan
dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan individu dan aplikasinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja perbedaan individu dalam belajar?
2. Bagaimana dukungan yang dapat diberikan pada tiap tiap perbedaan individu
tersebut?
(1)
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari tiap perbedaan individu.
2. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan munculnya perbedaan individu.
3. Mengetahui macam-macamkarakteristik perbedaan individu
4. Mengetahui dan dapat menerapkan aplikasi yang tepat untuk menangani
permasalahan yang timbul dari perbedaan individu.
(2)
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISWA BERESIKO
Siswa beresiko ( student at risk ) adalah siswa yang memiliki probilitas tinggi untuk gagal
menguasai keterampilan akademis minimum yang penting bagi keberhasilan mereka di masa
dewasa. Banyak di antara mereka yang putus sekolah. Individu semacam ini kerap tidak
memiliki bekal untuk memberikan kontribusi produktif bagi keluarga, komunitas, atau
masyarakat secara luas. Anak beresiko adalah anak-anak teridentifikasi memiliki potensi
untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Ada tiga alas an
untukmenyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk gagal di sekolah atau kesulitan belajar:
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
memprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar,
meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tapi dapat digunakan usaha intensif dalam
mencegah terjadinya penyimpangan pada anak dimasa dating.
b. Resiko Biologis
Menunujuk pada suatu kemungkinan yang di dasarkan atas riwayat medis dan kesehatan
yang dapat menimbulkan kesulitan belajar di sekolah. Contoh resiko biologis prematuritas
dan orang tua yang berkesulitan belajar, meskipun tidak pasti tetapi banyak kasus di seko;ah
bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-annak yang memiliki latar belakang
prematuritas sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Resiko Lingkungan
Menurut K. L. Alexander, Entwisle dan Douber, Siswa yang putus sekolah dapat
memiliki riwayat prestasi akademis rendah sejak kelas tiga. Secara umum, mereka
memiliki keterampilan membaca dan belajar yang kurang efektif, nilai-nilai yang rendah,
skor tes prestasi yang rendah, dan memiliki kemungkinan tinggal kelas yang lebih besar
dibandingkan dengan teman sekelas mereka yang lulus SMU.
(3)
2. Usia yang lebih tua dibandingkan teman sekelas.
Sebagiann studi penelitian menemukan bahwa siswa yang lebih tua dari teman
sekelasnya memiliki kecenderungan besar untuk putus sekolah. Sekolah akan menjadi
kurang menarik bagi siswa yang harus berada di kelas bersama dengan teman-teman
sekelas yang dianggap kurang matang secara fisik dan sosial dibanding dirinya.
Siswa yang seperti ini merupakan siswa y6ang cenderung menimbulkan masalah
disiplin di kelas, menggunakan obat-obatan terlarang, dan telibat dalam tindak kejahatan.
Maksudnya lebih suka berinteraksi dengan teman sebaya yang berprestasi rendah dan
antisosial.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam meberi dukungan kepada Siswa yang
berisiko adalah
(4)
5. Berikan dukungan akademis ekstra.
6. Tunjukkan pada siswa bahwa keberhasilan tergantung diri mereka sendiri.
7. Dorong dan fasilitasi pengenalan dengan sekolah.
A. Pengertian
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,
dikarenakn dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus.
PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
berkelainan terdiri atas peserta didik yang: tunanetra; tunarungu; tunawicara; tunagrahita;
tunadaksa; tunalaras; berkesulitan belajar; lamban belajar; autis; memiliki gangguan
motorik; menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan
memiliki kelainan lain.
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara
simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak
akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang
dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability,
impairment, dan Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-
masing istilah adalah sebagai berikut:
2. Impairment: kehilangan atau ketidak normalan dalam hal psikologis, atau struktur
anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai “orang
luar biasa“, dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang
terkenal memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi
dalam melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di
bidang-bidang kehidupan lainnya.
(5)
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi
mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan
yang tidak di alami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat
berupa kelainan dalam segi fisik, psikis, sosisal, dan moral.
Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian
yang lebih luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat“ dalam percakapan sehari hari.
Dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda, yaitu mereka yang
menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan
orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke
bawah, yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di
derita oleh orang normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi
kemampuan intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki
inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “aerodinamika“ yang
berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebagai orang yang jenius di bidangnya, sedangkan
contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah orang yang lambat dan sulit dalam belajar.
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun
indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal.
Hal-hal yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk
pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan
kurang dengar (hard of hearing).
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang
mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang
seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
(6)
5. Kelainan Emosi
Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan
masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
4) Suka menentang
6) Sering melamun.
3) Hiperaktivitas
4) Canggung
6. Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang
lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta
perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan
jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya
usianya sudah remaja atau dewasa.
(7)
b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat
mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang
paling sederhana.
c. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak
separah dua jenis diatas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun. Orang
Debil ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
7. Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya
mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi
masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda.[3]Psikoneurosis ini
dibagi menjadi 3 yaitu:
b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota
tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
8. Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian
orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.
9. Psikopathi
Adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat
memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa
mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan
penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.
Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu
hamil diantaranya adalah:
a. Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan
janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-
(8)
syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada
bayi.
b. Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu),
toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat
terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola
mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
c. Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang
mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan
pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi,
kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.
Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup
singkat akan tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan
bayinya. Diantara nya adalah:
1) Lahir prematur
1) Terjadi insident
D. Cara MenanganiAnakBerkebutuhanKhusus
Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih terbuka
pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap keterbukaan ini tentunya
harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala kondisi anak anda saat ini. Dari sikap
keterbukaan ini lah anda bisa mencari usaha dan cara yang tepat untuk mendidik anak anda.
(9)
Tanamkan ke dalam diri anda jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib yang harus
ditutupi.Jika hal ini anda lakukan hanya akan memperparah kondisi anak anda ketika sudah
dewasa.
Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak kebutuhan khusus
sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar, tentu segala cara yang dilakukan
tidak akan membantu perkembangan anak. Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik,
tentu membuat segala proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu
akan membantu anda memahami kondisi serta potensi anak.
Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang
menunjang metode pengajaran guru.Untukituguru harus mengikuti pelatihan pendidikan
inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik
strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif.
Adapuncaramengajaranakberkebutuhankhususadalahsebagaiberikut:
(10)
7. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung, berikut ini adalah komponen tim
work :
Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau kelom
pok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh kelas agar p
eserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman.
(11)
Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam.
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan peserta didik, c
ara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat
yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu
dan seluruh kelas.
Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari kebutu
han belajar peserta didik.
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat dihargai
dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran. Prinsip ini m
engingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar
lebih efektif jika kitatahu kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam kelas yang
bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik
atau menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik.
Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai.
Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik merasa
tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.
Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran.
Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan
kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari peserta didiknya
dan terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan tentang kelas. Hasilnya
peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.
Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam.
Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi harus dipahamani dan
keterampilan tetap konstan untuk semua peserta didik. Apa yang biasanya beru
bah dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik mendapatkan akses m
ateri pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa mendiferensiasi akses terh
adap isi termasuk dalam hal :
a. Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk membantu
temannya memahami konsep matematika atau IPA;
b. Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan;
c. Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca untuk mendukun
dan memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja dengan
materi teks;
d. Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang membutuhkan
dengan cara lain; dan
e. Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai cara
untuk menyampaikan konsep utama kepada berbagai peserta didik.
f. Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi kemampuan meng-
gunakan keterampilan untuk memahami ide utama dan mempunyai tujuan
pembelajaran.
g. Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapaipesertadidik
(12)
Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik
untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuahproduk bisaber
upa portofolio karya peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah,laporan akhir,
soalsoal eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta didik memikirkan kembali
apa yang telah dipelajari, menerapkan apayang dapat dilakukan, dan memperluas pemaham
an dan ketrampilan.
(13)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan
layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan
bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,
dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus.
(14)
DAFTAR PUSTAKA
An, Mahfud, TT, Petunjuk Mengatasi Stres, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Berwawy Munthe, dkk, Sukses di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2008.
Dariyo, Agoes, 2007, Psikologi Perkembangan anak 3 tahun pertama, bandung: Revika
Aditama.
http://abk-dan-pendidikan-yang-pengertian.htm.
http://anak-berkebutuhan-khusus.
http://apakah-anak-anda-tergolong-anak
https://dosenpsikologi.com/cara-menangani-anak-berkebutuhan-khusus
http://naturalisi.blogspot.com/2013/09/siswa-siswa-berisiko.html
http://wikipedia.org/anak_berkebutuhan_khusus
Sarlito, Wirawan Sarwono, 2010, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers.
Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
(15)