Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Fachrurozi Aliva
Nim : 20023075
Tugas 2 Bahasa Indonesia.

Setelah memahami artikel tentang “ pendidikan karakter dan kaitannya dengan kesantunan
berbahasa”, jawablah pertanyaan berikut.

1. Jelaskan pendapatmu dan lengkapi dengan contoh bahwa engkau sangat setuju dengan
pernyataan penulis bahwa “ Nilai-nilai pada pendidikan karakter menuntut pada keterlibatan aspek
kesantunan berbahasa untuk diaplikasikan. Sehingga, prinsip dalam kesantunan berbahasa menjadi
bagian dari aplikasi nilai-nilai dalam pendidikan karakter” lengkapi dengan contoh yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.

2. “Singkat kata, ketidaksantunan bahasa dapat memicu perpecahan, pertengkaran maupun


ketidakharmonisan dalam interaksi dengan sesama” jelaskan pendapatmu bahwa engkau sangat
setuju dengan pernyataan tersebut dan dilengkapi dengan contoh.

3. “Diantara 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter ada beberapa poin yang dapat dikaitkan
dengan kesantunan berbahasa diantaranya: menghargai prestasi, bersahabat, peduli lingkungan, dan
peduli sosial” Jelaskan dan lengkapi dengan contoh pernyataan tersebut

4. “Tanamlah pikiran maka kita akan memetik tindakan,tanamlah tindakan maka kita akan
memetik kebiasaan, dan tanamlah kebiasaan maka kita akan memetik karakter, dan tanamlah
karakter makakita akan memetik nasib (destiny). Berkenaan dengan Metode Samuel Smiles tersebut,
sebagai seorang pembelajar (siswa, mahasiswa) maupun pengajar (guru dosen) hendaknya selalu
mengaplikasikan kesantunan berbahasa dalam interaksi atau komunikasi, karena kesantunan
berbahasa akan membentuk menjadi pribadi yang santun dan berkarakter” nyatakan argumenmu
bahwa engkau sangat setuju sekali dengan pernyataan tersebut dan lengkapi argumenmu dengan
contohnya

5. Leech (1983) mengajukan prinsip kesantunan yang disebutnnya dalam enam (6) maksim.
Jelaskanlah dan beri contoh, berdasarkan enam maksim tersebut maksim apa yang engkau pilih
atau utamakan pada saat anda berkomunikasi dengan: a. orangtua, b. dosen, c. sahabat.

Film "Lanang"

Silahkan simak film pendek “ lanang’ yang merupakan salah satu fenomena berbahasa siswa SD
pada masa ini. Amatilah tuturan kesantunan berbahasa para tokoh utama film tersebut yaitu siswa
SD. Bagaimana pendapatmu tentang fenomena berbahasa yang disajikan dalam film “lanang” dan
berikan solusinya dalam kaitannya dengan kesantunan berbahasa dan pendidikann karakter anak
bangsa.
Jawaban

1. Saya setuju dengan argumen yang ada pada pertanyaan tersebut. Pendidikan
karakter/akhlak memang wajib diberikan kepada anak didik, tetapi Pendidikan
Karakter/Akhlak tidak perlu dijadikan program pengajaran yang berdiri sendiri. Nilai karakter
yang dapat ditanamkan sedari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Berikut 18 nilai karakter yang saya tangkap dari bacaan di internet : (1) Religius, (2) Jujur, (3)
Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin
Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan,
(17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.
Dari kedelapan belas nilai tersebut, disini saya memberikan contoh penanaman nilai
karakter pada siwswa SMA 13 Padang, yang mana saya tamatan dari SMA itu, disana hanya
beberapa nilai karakter saja yang ditanamkan, yaitu Nilai Religius, Nilai Jujur, Disiplin,
Toleransi, dan Komunikasi. Alasan dipilihnya beberapa nilai karakter tersebut adalah
mengingat waktu belajar sedikit dan kemampuan peserta yang terbatas. Kesantunan
berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan
emosional pelaku/penuturnya karena didalam terdapat komunikasi, penutur dan petutur
tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk
menjaga keharmonisan.
Nah dengan hanya ditanamkan beberapa karakter tersebut, banyak nilai lain yang
tidak sempat ter-realisasi dikarnakan sebab tadi, contohnya saja menghargai prestasi, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. Nah banyak hal yang belum
diterapkan oleh sekolah saya tersebut dan pastinya mempengaruhi karakter siswa-siswa
yang ada di SMA 13.
Salah satu kasus yang berkaitan yaitu dalam menghargai perstasi. Contohnya yang
saya lumayan sering mengikuti lomba di bidang seni ketika bersekolah di sana, sekolah
tersebut sedikit tidak menunjukan adanya dukungan kepada siswa yang mengikuti lomba
seni tersebut, nah ketika salah satu lomba dari sekian yang saya dan siswa lain ikuti tersebut
menang, basrulah sekolah terlohat senang dan mendukungnya.
Disana kita bisa menilai, bahwa sekolah saja kurang memberikan nilai “Menghargai
prestasi” yang mana, siswa mengikuti lomba saja sudah bisa dibilang perstasi menurut saya,
karna siswa tersebut sudah memiliki kelebihan di antara siswa lainnya, apalagi, siswa
tersebut menang, harusnya sejak awal dari mengikuti lomba itu sekolah harusnya
mendukung sepenuhnya, nah ini tidak, yang mana pasti berdampak pada siswanya, dan
siswanya bisa saja tidak memiliki rasa menghargai pertasi di kemudian hari.

2. Saya setuju, di era digital sekarang sudah banyak kita temui orang yang tidak memiliki
etika dalam bersosial media, contohnya ujaran kebencian, pem-bully-an, bahkan kata-kata
yang bersifat provokatif yang menyudutkan salah satu “SARA”.
3. - Menghargai prestasi : seperti contoh saya yang di nomor 1.
- Bersahabat, peduli lingkungan, dan peduli sosial : Nilai-nilai ini sangat bisa kita temui di
lingkungan masyarakat, contohnya dalam berganisasi dan cara bersosialisasi antar warga
komplek.

4. Dari yang saya tangkap dari argumen tersebut, yang utama adalah bagaimana kita
menanamkan mindset di kepala kita, dan bagaimana pula kita berkelakuan sehari-harinya.
Karna kedua hal tersebut memiliki kesinambungan, pertama bagaimana mindset di kepala
kita dan selanjutnya otak kita melakukan tindakan, dan dari tindakan tersebut maka
terbentuklah sebuah kebiasaan. Maka kita sebagai manusia dituntut menanamkan mindset
yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, dan pastinya bermanfaat di kehidupan kita,
yaitu salah satu contohnya adalah mindset kesantunan berbahasa dalam interaksi atau
komunikasi.

5. Ada 6 maxim dari Leech (1983) : (1) Maksim Kebijaksanaan, (2) Maksim
kedermawanan, (3) Maksim penghargaan, (4) Maksim kesederhanaan, (5) Maksim
pemufakatan, (6) Maksim simpati.
Satu maxim yang saya utamakan jika saya berkomunikasi dengan orang tua, dosen,
sahabat, adalah maxim kebijaksanaan. Karna kebijaksanaan adalah poin utama yang
berpengaruh besar atas maxim-maxim lainnya, karana kata dasar dari kebijaksanaan adalah
“bijak”, jika kita tanamkan mindset bijak dalam berkomnikasi dengan orang-orang tersebut,
maka kecil kemungkinan terjadinya pelencengan dari maxim-maxim lainnya, bahkan
melakukan hal yang buruk nantinya, jadi sebegitu besarnya makna sebuat kata “bijak”
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai