Sumber monitekno.com
Jebolan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memang
menyenangi dunia teknologi informasi sejak masih sekolah. Ide untuk mendirikan
Bukalapak tercetus setelah dirinya lulus kuliah. Zaky percaya bahwa masa depan
Indonesia ada di bidang internet. Karenanya, Zaky ingin menciptakan
sebuah platform e-commerce yang aman baik untuk pembeli maupun penjual. Proses
pendirian Bukalapak juga tidak mulus-mulus saja. Tantangan terberat menruut Zaky
adalah mengajak pedagang untuk bergabung. Karena pada saat itu, kepercayaan atas
jual beli online masih sangat kecil. Berawal dari tim yang terdiri dari 3 orang (1 orang
staf, 1 orang untuk bantu-bantu, dan Zaky sendiri), kini Bukalapak menjadi salah satu
e-commerce terkemuka di Indonesia yang transaksi perharinya mencapai 500 juta
rupiah. Bukalapak juga mendapatkan suntikan dana dari berbagai investor seperti 500
Startups, Batavia Incubator, IMJ Investment, dan Elang Mahkota Teknologi Tbk
(EMTEK Group).
Prof. Dr. David C. Mc Lelland mengemukakan bahwa dalam diri setiap orang
terdapat 3 motif yang sangat berpengaruh dalam berhubungan dengan lingkungan
sekitarnya. Oleh Mc Lelland motif ini dinamakan :
Tidakkah ketiga motif, baik itu motif bersahabat, berprestasi dan berkuasa,
memerlukan usaha. Motif berusaha adalah istilah yang dipergunakan untuk mengukur
seberapa besar dorongan dan upaya seseorang untuk menjalankan suatu usaha. Lalu
motif berusaha ini dapat dilihat ketika seseorang terjun dibidang usaha atau menjadi
seorang wirausahawan. Ada banyak pengertian yang dihubungkan dengan wirausaha.
Tetapi intinya adalah keberanian seseorang untuk berusaha, wira artinya berani.
Berusaha memerlukan keberanian. Sebab tidak semua orang berani mengambil
keputusan untuk melakukan itu. Yaitu mengandalkan hidup dari penghasilan dengan
berwirausaha.
2. Klasifikasi Usaha
Usaha besar, Usaha menengah, dan Usaha kecil sering kita dengar untuk
menunjukkan skala usaha, besarnya modal dan harapannya adalah besarnya
keuntungan. Contoh usaha kecil yang sering dihubungkan dengan usaha skala rumah
tangga, usaha kaki lima, uasaha yang menggunakan gerobak, dsb. Tak jarang para
pemiliknya telah puluhan tahun mengusahakan usaha kecil seperti ini. Tak kenal
panas hujan, siang malam. Ini tentu semangat yang luar biasa. Hanya saja, usaha
seperti ini tidak layakdipertahankan. Jika pengertian kita tentang usaha kecil seperti
ini, maka sesungguhnya tidak perlu pelatihan. Orang bisa lansung belajar dan bahkan
melaksanakan. Usaha kecil bukan usaha yang harus tetap dan selalu dalam keadaan
kecil. Usaha kecil harus dimengerti sebagai usaha yang belum besar, usaha yang
nentinya akan besar. Dengan demikian, setelah memulai usaha, segeralah belajar
mengelolanya agar usaha bisa berkembang. Membawa dagangan berkeliling
kampung selama puluhan tahun, mungkin menjadi contoh yang baik dari semangat
tak kenal menyerah. Namun sekali lagi bukan seperti itu pengertian kita tentang
usaha kecil.
Pertemuan II
A. Konsep Kewirausahaan
Beberapa defenisi popular mengenai wirausaha dapat dikemukakan sebagai
berikut :
a. Djatmiko (2011) mengatakan wirausaha atau wiraswasta atau saudagar
merupakan istilah yang melekat pada diri seseorang yang mampu berdiri sendiri
karena keunggulan yang dimiliki dalam bidang usaha
b. Meredith, et.al (1996) mengatakan wirausaha adalah orang-orang yang
mempunyai kemampuan, melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta
mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan.
c. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2007), Wirausaha
diidentikkan dengan wiraswasta, sehingga wirausahawan dapat disebut sebagai
orang yang pandai atau berbakat mengenalkan produk barum menentukan cara
produksi baru dan menyusun pedoman operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalanoperasinya
d. Kasmir (2011:19), menyatakan bahwa “secara sederhana arti wirausahwan
(Enterpreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan”.
B. Defenisi Kewirausahan
Menurut para pakar istilah kewirausahaan memiliki pengertian sebagai berikut :
a. Winardi (2003) kewirausahaan atau Enterpreneurship merupakan sebuah proses
dinamik dimana orang menciptakan kekayaan yang berkembang secara sedikit
demi sedikit dan teratur. Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu
yang menanggung resiko utama dalam wujud resiko modal, waktu dan atau
komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu.
b. Suryana (2010) istilah kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan
watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif
kedalam dunia nyata secara kreatif
c. Thomas W Zimmerer (2008) Kewirausahaan merupakan penerapan kreatifitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan
peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari
kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan
dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru
d. Depdiknas (2004), Mengartikan bahwa Enterpreneurship (Kewirausahaan) adalah
sikap dan perilaku dalam memimpin dan mengelola suatu organisasi (termasuk
sekolah) dengan selalu mencari dan menerapkan cara kerja dan teknologi baru
sehingga dicapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi
C. Syarat-Syarat Wirausaha
1. Memiliki visi dan misi jelas
Syarat menjadi wirausaha muda pertama, setelah kita sudah yakin ingin terjun
langsung dalam dunia wirausaha yang harus dipikirkan, apa tujuan kita berwirausaha
atau disebut visi dan misi. Kenapa visi dan misi itu perlukan, karena jika tidak
memiliki tujuan akan mengakibatkan kita tidak disiplin, seperti kapal tanpa nahkoda,
dan seenaknya sendiri dalam menjalankan usaha. Dengan memiliki visi dan misi
maka dalam menjalakan sebuah usaha akan lebih jelas terarah terorganisir dan
terstruktur, jelas arah tujuannya.
2. Berani
Berani disini bukan hanya sekedar bermodalkan nekat dan keberanian saja, namun
juga harus siap menanggung dan berani atas resiko. Jika ingin menjadi seorang
wirausaha harus memiliki keberanian dalam mempersiapkan rencana dengan matang.
Karena di dalam wirausaha pasti akan mengalami bermacam-macam kendala. Tanpa
keberanian hanya akan mengendurkan niat awal berwirausaha ketika mulai muncul
berbagai masalah agar tercapai syarat menjadi wirausaha muda
3. Tidak takut gagal atau menanggung resiko
Jika tidak berani menanggung risiko atau takut gagal sebaik tak usah menjadi
seorang pengusaha. Kegagalan merupakan kemenangan tertunda yang akan menjadi
mentor yang palinh utama. Dengan kegagalan kita akan belajar dan memperbaiki
kedepannya harus seperti apa, kita mengetahui kesalahannya dan akan mengetahui
cara mengatasinya secara baik. Dibalik sebuah kegagalan ada banyak ilmu dan
pengalaman yang kita peroleh, jadi jika kita mengalami kegagalan janganlah
menyerah dengan hal ini, yakinlah setelah kegagalan ada kesuksesan, karena dengan
kegagalan kita akan menjadi lebih baik dan akan menciptakan kesuksesan sempurna.
4. Berani mengambil keputusan dan resiko
Di dunia wirausaha muda pasti akan menghadapi banyak rintangan dan resiko
yang harus dihadapi. Seperti, penjualan kita sedikit tak tercapai target, promosi kita
bocor, ditipu dicurang dan lain, apabila terjadi maka sikap mengambil keputusan
sangat diperlukan dalam menghadapi masalah ini. Namun, perlu diperhatikan dalam
mengambil sebuah keputusan harus dipertimbangkan dampak kedepannya, jadi harus
tepat mengambil keputusan dalam berwirausaha agar tidak terulang kembali kejadian
seperti diatas.
5. Mau mendengarkan nasehat
Menjadi seorang wirausaha harus mau mendengarkan masukan dari orang lain
terutama yang lebih berpengalaman dari kita. Hindari praduga atau merasa bahwa kita
sendiri saja sudah cukup pintar, cukup menguasai, atau merasa sudah benar tanpa
harus mendengarkan masukan dari orang lain. Jangan hanya mengandalkan bakat dari
diri pribadi, belajar dari orang lain, mengikuti seminar-seminar kewirausahaan juga
penting untuk mempertajam pengetahuan dan kemampuan kita.
6. Kreatif dan inovatif
Melihat dizaman sekarang sudah banyak tumbuh pengusaha-pengusaha baru yang
kita beranggapan bahwa itu adalah kompotitor atau saingan kita yang akan merugikan
usaha kita, menurut kita ini adalah anggapan yang salah, dengan ada pesaing akan
membuat kita lebih bersaing dengan sehat dengan ide terbaru denga usaha kita.
Menjadi seorang wirausaha tidak harus bersekolah tinggi, memiliki nilai yang tinggi
atau seorang gelar sarjana. Disini lebih dibutuhkan seseorang yang kreatif dan
inovatif, yaitu mampu menciptakan / menggunakan kemampuan yang baru dan
berbeda dengan yang lain.
7. Memiliki prinsip kuat
Dengan prinsip yang kuat yang dimiliki seorang pengusaha dalam wirausaha, itu
akan mendorong harus melakukan dengan sebaik mungkin. Ingat prinsip yang kuat
harus diiringi tindakan yang serius, seandainya sudah prinsip yang kita yakin tak akan
goyah dengan godaan apapun
8. Meninggalkan rasa malas
Malas tak akan membuat akan berubah menjadi sukses yakinlah, buang rasa
kemalasan itu jangan jadi kan teman. Saran saya anda perlu memikirkan seorang yang
ingin ada jadikan tujuan agar malas itu hilang. Jika sudah memiliki kebiasaan
bermalas-malasan maka sudah dapat dilihat hasil akhirnya. Contoh saja dari sifat
malas misalnya menunda-nunda . Bagi seorang pengusaha ini merupakan kerugian
yang sangat besar karena waktu itu adalah asset, sekali terlewat hilang lah rezeki
anda.
5. Revenue Streams
6. Key Resources
Blok keenam adalah Key Resources. Key Resources menjelaskan sumber daya apa
saja yang Anda butuhkan untuk memproduksi produk Anda, missal butuh tenaga
kerja, material, uang dan lainnya.
7. Key Activities
Blok ketujuh adalah Key Activities. Key activities menjelaskan aktivitas apa saja
yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau layanan Anda. Misal ada aktivitas
packaging, branding, pemasaran internet dan lainnya.
8. Key Partners
Blok kedelapan adalah Key Partners. Key partners berisi siapa saja partner yang harus
Anda gandeng untuk bekerjasama? Misal Anda berjualan online, Anda mungkin perlu
menggandeng orang-orang yang menjualkan kembali produk Anda, bank, jasa
pengirim barang dan lainnya.
9. Cost Structures
Blok kesembilan adalah Cost Structure. Cost Structure berisi mengenai biaya-biaya
apa saja yang terbentuk, ketika Anda memproduksi dan memasarkan layanan (produk
atau jasa)
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-
nilai etika).
Berbeda dengan hukum, dimana sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaandari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara
utama dalam hubungan sosial antarmasyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum.
Konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak
asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka
yang akan dipilih.
Namun etika dan hukum tidak mungkin saling bertentangan. Prinsip ini dapat dilacak
secara genealogis dari sisi filsafat. Keduanya merupakan pedoman perilaku manusia
sekaligus instrumen sosial untuk mewujudkan tertib kehidupan bermasyarakat yang lahir
dari pemikiran dasar tentang manusia dan kemanusiaan.
Sebagai pedoman perilaku, etika bersumber dari ajaran-ajaran tentang kebenaran dan
standar perilaku manusia yang benar. Dari sinilah lahir etika yang merupakan filsafat
perilaku manusia.
Sebagai cabang dari filsafat, tentu saja isi dari filsafat perilaku bersifat sangat abstrak
dan subjektif. Untuk menjadikan pedoman perilaku, etika dapat dijadikan sebagai
instrumen kontrol dalam membentuk kehidupan tertib sosial. Etika diturunkan menjadi
norma hukum yang dipositifkan dalam peraturan perundang-undangan. Penormaan dan
pemositifan dilakukan dengan tujuan dapat terumuskan kaidah yang penegakannya dapat
dilakukan secara objektif sehingga dapat menjadi ukuran oleh semua orang.
Mengingat hukum diturunkan dari etika, maka dapat dipastikan bahwa semua
pelanggaran hukum adalah pelanggaran etika. Sebaliknya, karena tidak semua kategori
perilaku yang benar dapat diformulasikan dalam unsur perilaku yang objektif, tidak
semua pelanggaran etika adalah pelanggaran hukum. Etika lebih melihat pada motif,
kehati-hatian, dan kepatutan yang sudah seharusnya menjadi pertimbangan pilihan
tindakan, apalagi bagi pejabat publik.
Keberadaan hukum tidak menghilangkan fungsi etika sebagai pedoman perilaku dan
instrumen kontrol sosial. Bahkan dalam perkembangannya etika semakin dibutuhkan
untuk meringankan kerja hukum, yaitu untuk mencegah dan sebagai deteksi dini adanya
potensi pelanggaran hukum.
Dari perspektif ini, penegakan etika, khususnya untuk kegiatan usaha perlu ada
kejelasan. Karena tanpa adanya pelembagaan penegakan etika bisnis, hubungan dan
tindakan perusahaan akan semakin kompleks tidak mungkin dapat dikontrol dari sisi
etika.
Bagaimanapun, kode perilaku bisnis disusun dalam bentuk prinsip atau nilai yang
harus dipedomani disertai dengan uraian perilaku yang harus dilakukan sebagai wujud
dari prinsip atau nilai itu. Pelanggaran terhadap kode etik dan perilaku tidak ditentukan
semata-mata oleh apakah suatu tindakan memenuhi unsur perilaku yang ditentukan,
tetapi oleh penilaian wajar apakah suatu tindakan sesuai atau merugikan dan bertentangan
dengan prinsip atau nilai yang ditentukan.
Kemudian untuk anggota lembaga penegak etika dapat berasal dari latar belakang
pendidikan apa pun, asal memiliki legitimasi etik yang tinggi. Legitimasi ini tidak hanya
dibuktikan dengan putusan formal tidak pernah melakukan pelanggaran etik dan
pelanggaran hukum, tetapi dari keseluruhan perjalanan hidup yang diakui oleh
masyarakat.
Lantas keberadaan lembaga penegak etika hanya akan efektif apabila putusannya
dipatuhi. Karena itu, putusan lembaga penegak etika harus bersifat final dan mengikat.
Putusan lembaga penegak etika bukan merupakan putusan tata usaha negara yang dapat
diajukan upaya hukum. Putusan lembaga penegak etika juga berbeda dengan putusan
pengadilan karena hanya dapat menjatuhkan sanksi maksimal pencabutan izin usaha.
Pertemuan III
Sangatlah penting bagi seseorang yang menekuni bisnis, baik yang sedang
mempelajari bisnis maupun manager yang sudah berpengalaman, untuk
menganalisis lingkungan organisasinya dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Kaidah lingkungan bisnis secara fundamental berpengaruh terhadap
aktifitas bisnis, misalnya terhadap pasar, teknologi dan tenaga kerja.
c. Laba dan organisasi yang baik merupakan hal yang penting dalam
kaitannya dengan kondisi lingkungan.
a. Pemindaian
b. Pengawasan
c. Peramalan
d. Penilaian
a. Faktor ekonomi
Factor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian
dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indicator dari
kesehatan perekonomian suatu Negara antara lain adalah tingkat inflasi,
tingkat suku bunga, deficit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan pribadi
dan bisnis, serta produk domestic bruto.
b. Faktor social
d. Faktor teknologi
e. Faktor demografi
Yang perlu diperhatikan oleh perusahaan menyangkut factor demografi ini
diantaranya adalah ukuran populasi, struktur umum, distribusi geografis,
pencampuran etnis serta distribusi pendapatan.
c. Pemain baru.
Skala Ekonomi
Diferensiasi Produk
Persyaratan Modal
Kebijakan pemerintah
Kurangnya diferensiasi
Ancaman dari produk subtitusi ini kuat jika konsumen dihadapkan pada
sedikitnya switching cost dan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga
yang lebih murah atau kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-
produk suatu industri.
Seorang wirausaha harus berfikir positif dan kreatif, yaitu dengan cara:
Dengan analisis tersebut, risiko usaha yang terjadi setidaknya bisa diminimalisir
atau dikurangi. Beberapa risiko yang mungkin bisa terjadi adalah sebagai berikut.
1) Perubahan permintaan
2) Perubahan konjungtur (kondisi ekonomi)
3) Persaingan yang terjadi
4) Force majeur (akibat bencana alam dan sesuatu yang tidak terduga)
b. Kegagalan usaha
Kelemahan yang dimiliki antara lain:
a) Tidak mau mengembangkan diri;
b) Tidak mau mempelajari pengetahuan dan teknelogi;
c) Kurang tanggap dengan perubahan;
d) Mengabaikan pencatatan transaksi keuangan;
e) Enggan melakukan promosi dan riset terhadap konsumen;
Namun demikian, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kegagalan, di
antaranya:
a) Tidak adanya perencanaan;
b) Tidak memiliki pendidikan yang relevan dengan usaha yang dijalani;
c) Tidak berorientasi ke masa depan;
d) Kurang spesialisasi (bidang kekhususan);
e) Jarang mengadakan inovasi;
f) Tidak ada pembukuan yang teratur;
g) Tidak mengadakan analisis pasar;
h) Kurang pengetahuan dan hukum;
i) Kurang mempelajari ilmu modern;
j) Cepat puas diri;
k) Jarang melakukan pengkaderan (penerus);
l) Keluarag sentries (nepotisme);