Disusun oleh :
Maulana Reizqy Anugrah
NIM : 22034053
Jawaban :
Memasuki bulan ke-9, sebagian masyarakat tetap memilih mengurangi aktivitas di luar
rumah selama masa pandemi COVID-19.
Berbulan-bulan berada di dalam ruangan, tentu saja menimbulkan rasa jenuh bagi
manusia yang merupakan makhluk sosial.
Selain pergi ke bioskop yang rencananya akan dibuka kembali, ada cara lain yang bisa
menimbulkan rasa bahagia dan meningkatkan imunitas, yaitu berada di alam.
Riset dari para peneliti di Universitas Warwick dan Universitas Sheffield di Britania
Raya, pada tahun 2018 lalu, menyebutkan bahwa interaksi manusia dengan alam
sekitarnya bisa menimbulkan perasaan nyaman sehingga membuat kesehatan mental
membaik.
Akibat pandemi ini, masyarakat mulai menyadari betapa berharganya berada di alam dan
pentingnya kawasan hijau sebagai salah satu cara menghilangkan kejenuhan dan
kebosanan.
Sayangnya, peranan ruang terbuka hijau (RTH) ini belum begitu populer di perkotaan di
mana pusat perbelanjaan mendominasi sebagai sarana hiburan dan pelepas jenuh
Manfaat RTH
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu area atau jalur yang berada dalam kota atau
wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka.
Disebut sebagai ‘kawasan hijau’ karena menjadi tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh alami atau sengaja ditanam untuk memberikan kesan hijau dan teduh.
Sebagai contoh, taman kota, jalur hijau di sepanjang jalan, dan areal di sepanjang sungai.
Fungsi utama RTH adalah membantu menyeimbangkan kondisi ekologis kota karena
pohon dan tanaman akan membantu menyerap karbon dioksida sekaligus menyimpan
air.
Fungsi ini cenderung menurun di kota-kota besar yang memiliki tingkat polusi tinggi dan
jauh dari kesan teduh.
Selain manfaat ekologis, manfaat RTH lainnya antara lain sebagai tempat berinteraksi
sosial, sarana pendidikan dan penelitian, seperti di Kebun Raya Bogor.
Ketiga, RTH bisa dimanfaatkan secara ekonomi sebagai tempat wisata alam atau
ekowisata bagi penduduk di daerah perkotaan.
Misalnya, kawasan Setu Babakan di Jakarta Selatan.
Terakhir, manfaat RTH adalah memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan
(estetika) bagi perkotaan yang hanya merupakan deretan bangunan semata.
Selain 4 manfaat tersebut, fungsi ruang terbuka juga bisa menjadi media eskapisme,
terutama saat kita sedang berjuang menghadapi pandemi corona.
RTH bisa menjadi tempat yang terjangkau untuk membebaskan diri serta menghindari
tekanan dengan minim risiko. Tentu saja, dengan disiplin mematuhi protokol COVID-
19, yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan sering mencuci tangan.
Kondisi pandemi ini bisa menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk merasa lebih
terkoneksi dengan alam dan kawasan hijau, dibandingkan kawasan tertutup.
Dan tentu situasi ini harus tetap dipertahankan ketika pandemi selesai agar kawasan hijau
semakin meluas dan pembangunan RTH makin digiatkan.
Kawasan hijau
Idealnya, setiap kota harus memiliki setidaknya 30% RTH dari total keseluruhan luas
wilayah. Sayangnya, keberadaan RTH di Indonesia masih jauh dari ideal.
Jakarta, contohnya, dengan luas kawasan 661,5 kilometer persegi, setidaknya harus
memiliki kawasan hijau seluas 200 kilometer persegi.
Namun, ini tidak tercapai karena terbentur karena hadirnya infrastruktur seperti gedung
tinggi dan pusat perbelanjaan modern.
Pemerintah kota Bekasi mengakui bahwa mereka tidak bisa menyanggupi kebutuhan RTH
30% karena areal sudah terlanjur berubah menjadi perumahan dan minimnya dana untuk
pemebasan lahan.
Masalah kota Bekasi ini menjadi hal yang umum terjadi di kawasan urban Indonesia.
Hasilnya, secara nasional, keberadaan kawasan hijau mengalami penurunan selama 30
tahun terakhir akibat masifnya pembangunan infrastruktur yang belum berwawasan
lingkungan.
Menurut data terbaru dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) sampai medio 2019 kemarin, baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang memahami
pentingnya RTH bagi pembangunan dan pengembangan wilayah.
Jumlah ini tidak bertambah sampai tahun 2020.
b. Meminimalisir gangguan
c. Posisi
Memahami Bacaan
Ada beberapa tips yang dapat diterapkan untuk memudahkan
dalam memahami isi bacaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menjadi pembaca aktif
Gunakan 5W 1H ketika membaca. Apa (What): cari gagasan apa
yang ditawarkan penulis di dalam tulisan yang sedang dibaca. Kapan
(When): cari koteks waktu di dalam bacaan tersebut, kapan suatu
perstiwa terjadi di dalam bacaan, kalau ada rententan waktu, ingat
prosesnya, apa saja yang terjadi pada setiap waktu yang diceritakan.
Siapa (Who) cari tokoh atau objek yang diceritakan di dalam cerita itu.
Mengapa (Why): carilah alasan mengapa sesuatu terjadi di dalam
tulisan. Misalnya ada tulisan tentang pembuatan pesawat, yang
penting dicatat adalah pesawat jenis apa yang diceritakan, kapan
pesawat tersebut dibuat, siapa yang membuat pesawat tersebut,
mengapa pesawat tersebut dibaut, dan bagaimana proses pesawat
tersebut dibuat. Di dalam sebuah tulisan, ke 5 aspek ini tidak selalu
ada kelima-limanya. Yang pasti di dalam suatu tulisan pasti ada salah
satu dari 5 aspek tersebut di dalam sebuah tulisan.
c. Ciptakan minat
Jurusan psikologi memiliki wilayah kajian yang luas,
perkembangan, kepribadian, klinis, pendidikan, industri, organisasi,
musik, seni, politik, budaya dan lain sebagainya. Dari sebanyak itu,
pastilah ada yang tertarik salah satunya. Ketika kita telah tertarik pada
sesuatu, kemungkinan besar kita juga akan menyukai informasi-
informasi tentangnya. Sehingga, tentukan minat sejak awal sesuai
dengan cita-cita ketika memutuskan untuk bergabung dengan jurusan
psikologi. Jika nanti sudah menjadi kebiasaan, membaca menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Dalam kondisi ini, seseorang akan
membaca informasi apa saja dan dari gendre mana saja. Lama-
kelamaan kalau sudah terbiasa, kita akan senang membaca apa saja.
B. Aktivitas Pembelajaran
Materi ini disampaikan dengan menggunakan elearning. Di modul ini
juga diisi dengan beberapa tulisan yang dikutip dari web sebagai
bahan latihan mahasiswa. Terdapat dua bacaan di dalam modul ini.
Setiap bacaan, mahasiswa harus menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bacaannya dengan menggunakan stopwatch.
Waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan masing-
masing bacaan dicatat oleh mahasiswa sendiri sehingga mereka bisa
membandingkan kedua waktu tersebut.
C. Rangkuman*)
D. Latihan/Kasus/Tugas
Mahasiswa menulis waktu yang dibutuhkan untuk membaca dua teks
sebelum dan setelah materi diberikan. Dari perbedaan waktu yang di
dapatkan, mahasiswa ditugaskan untuk menulis evaluasi diri dan
dikirimkan ke elearning.
E. Tes
Setelah membaca materi, persiapkan diri, carilah tempat senyaman
mungkin dan aplikasikan materi di atas untuk membaca artikel berikut.
Salah satu dari mereka yang terdampak adalah Hazel (16), seorang
siswa Sekolah Menengah Atas.
“Kami mendapat lebih banyak pekerjaan rumah daripada materi
pelajaran, jadi kami menghabiskan lebih banyak waktu untuk
mengerjakannya. Terkadang kami begadang hingga pukul 11 malam
untuk mengejar tenggat waktu,” cerita Hazel kepada The Conversation
Indonesia, baru-baru ini.
istem ini menawarkan kursus berbasis situs web, video yang disiarkan
secara langsung, dan panggilan konferensi yang dapat digunakan untuk
mendukung pendidikan dengan pendekatan tradisional.
Tantangan
Negara-negara di Eropa melakukan pembelajaran campuran dengan
membatasi jumlah siswa dalam satu maksimal sebanyak 10-15 siswa
dan mengadakan pembelajaran tatap muka dengan online secara
bergantian.
“Suka atau tidak suka, guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan
teknologi informasi. Kami harus memilih teknologi mana yang cocok
dengan kegiatan pembelajaran, mempelajari cara menggunakannya,
kemudian mengevaluasi bagaimana kami menggunakannya untuk
melihat kesesuaiannya dalam kegiatan pembelajaran tersebut,” kata
Aris.
Edi mendukung gagasan ini. Menurut dia, metode belajar campur dapat
menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
F. Daftar Rujukan
DePorter, B., & Hernacki, M. (1992). Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:
Mizan Media Utama.