Anda di halaman 1dari 17

Tugas Pengantar Psikologi

Disusun oleh :
Maulana Reizqy Anugrah
NIM : 22034053

Dosen Pengampu studi :


Suci Rahma Nio, S.Psi, M.Psi

Departemen Fisika Jurusan Fisika NK


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
2023,
A. Latihan/Kasus/Tugas
Mahasiswa menulis waktu yang dibutuhkan untuk membaca dua teks
sebelum dan setelah materi diberikan. Dari perbedaan waktu yang di
dapatkan, mahasiswa ditugaskan untuk menulis evaluasi diri dan
dikirimkan ke elearning.

Jawaban :

- Waktu yang diperlukan untuk membaca sebelum mambaca materi


artikel pertama 2menit 30 detik

- Waktu yang diperlukan setelah membaca materi untuk membaca


artiket 1 menit 58 detik

- Hasil evaluasi : “ Saya menganggap diri saya sebagai seorang


pembaca cepat yang sedang berkembang. Saya telah membuat
kemajuan dalam meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman
saya, tetapi saya juga menyadari bahwa masih ada ruang untuk
perbaikan. Saya berencana untuk terus berlatih dan menguasai
metode membaca cepat dengan lebih baik di masa depan “

- Hasil waktu pembacaan materi artikel yang kedua waktu yang


diperlukan berada di 3 menit 58 detik
silakan tulis waktu yang Saudara butuhkan untuk membaca artikel
ini sampai selesai.

Ini pentingnya Ruang Terbuka Hijau


bagi masyarakat perkotaan saat pandemi
Oleh: Lengga Pradipta (Peneliti LIPI)
Diterbitkan di:
https://theconversation.com/ini-pentingnya-ruang-terbuka-hijau-bagi-masyarakat-
perkotaan- saat-pandemi-143903

Memasuki bulan ke-9, sebagian masyarakat tetap memilih mengurangi aktivitas di luar
rumah selama masa pandemi COVID-19.
Berbulan-bulan berada di dalam ruangan, tentu saja menimbulkan rasa jenuh bagi
manusia yang merupakan makhluk sosial.
Selain pergi ke bioskop yang rencananya akan dibuka kembali, ada cara lain yang bisa
menimbulkan rasa bahagia dan meningkatkan imunitas, yaitu berada di alam.
Riset dari para peneliti di Universitas Warwick dan Universitas Sheffield di Britania
Raya, pada tahun 2018 lalu, menyebutkan bahwa interaksi manusia dengan alam
sekitarnya bisa menimbulkan perasaan nyaman sehingga membuat kesehatan mental
membaik.
Akibat pandemi ini, masyarakat mulai menyadari betapa berharganya berada di alam dan
pentingnya kawasan hijau sebagai salah satu cara menghilangkan kejenuhan dan
kebosanan.
Sayangnya, peranan ruang terbuka hijau (RTH) ini belum begitu populer di perkotaan di
mana pusat perbelanjaan mendominasi sebagai sarana hiburan dan pelepas jenuh

Manfaat RTH
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu area atau jalur yang berada dalam kota atau
wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka.
Disebut sebagai ‘kawasan hijau’ karena menjadi tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh alami atau sengaja ditanam untuk memberikan kesan hijau dan teduh.
Sebagai contoh, taman kota, jalur hijau di sepanjang jalan, dan areal di sepanjang sungai.
Fungsi utama RTH adalah membantu menyeimbangkan kondisi ekologis kota karena
pohon dan tanaman akan membantu menyerap karbon dioksida sekaligus menyimpan
air.
Fungsi ini cenderung menurun di kota-kota besar yang memiliki tingkat polusi tinggi dan
jauh dari kesan teduh.
Selain manfaat ekologis, manfaat RTH lainnya antara lain sebagai tempat berinteraksi
sosial, sarana pendidikan dan penelitian, seperti di Kebun Raya Bogor.
Ketiga, RTH bisa dimanfaatkan secara ekonomi sebagai tempat wisata alam atau
ekowisata bagi penduduk di daerah perkotaan.
Misalnya, kawasan Setu Babakan di Jakarta Selatan.
Terakhir, manfaat RTH adalah memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan
(estetika) bagi perkotaan yang hanya merupakan deretan bangunan semata.
Selain 4 manfaat tersebut, fungsi ruang terbuka juga bisa menjadi media eskapisme,
terutama saat kita sedang berjuang menghadapi pandemi corona.
RTH bisa menjadi tempat yang terjangkau untuk membebaskan diri serta menghindari
tekanan dengan minim risiko. Tentu saja, dengan disiplin mematuhi protokol COVID-
19, yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan sering mencuci tangan.
Kondisi pandemi ini bisa menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk merasa lebih
terkoneksi dengan alam dan kawasan hijau, dibandingkan kawasan tertutup.
Dan tentu situasi ini harus tetap dipertahankan ketika pandemi selesai agar kawasan hijau
semakin meluas dan pembangunan RTH makin digiatkan.

Kawasan hijau
Idealnya, setiap kota harus memiliki setidaknya 30% RTH dari total keseluruhan luas
wilayah. Sayangnya, keberadaan RTH di Indonesia masih jauh dari ideal.
Jakarta, contohnya, dengan luas kawasan 661,5 kilometer persegi, setidaknya harus
memiliki kawasan hijau seluas 200 kilometer persegi.
Namun, ini tidak tercapai karena terbentur karena hadirnya infrastruktur seperti gedung
tinggi dan pusat perbelanjaan modern.
Pemerintah kota Bekasi mengakui bahwa mereka tidak bisa menyanggupi kebutuhan RTH
30% karena areal sudah terlanjur berubah menjadi perumahan dan minimnya dana untuk
pemebasan lahan.
Masalah kota Bekasi ini menjadi hal yang umum terjadi di kawasan urban Indonesia.
Hasilnya, secara nasional, keberadaan kawasan hijau mengalami penurunan selama 30
tahun terakhir akibat masifnya pembangunan infrastruktur yang belum berwawasan
lingkungan.
Menurut data terbaru dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) sampai medio 2019 kemarin, baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang memahami
pentingnya RTH bagi pembangunan dan pengembangan wilayah.
Jumlah ini tidak bertambah sampai tahun 2020.

Cara lain menikmati alam selama pandemi


Tidak semua kalangan bisa memiliki akses untuk menikmati kawasan hijau di negara ini.
Kajian World Economic Forum pada tahun 2020 menyebutkan bahwa akses untuk
kawasan hijau masih menjadi monopoli ‘kaum berada’ karena mereka mampu untuk
membeli hunian yang dekat dengan kawasan hijau dan nuansa alam.
Hal ini menjadi tantangan untuk membuat kawasan hijau terjangkau bagi semua
kalangan, terlebih masa pandemi.
Namun, menciptakan ruang terbuka hijau tidak perlu menunggu hingga ada taman kota
atau membeli rumah dengan taman yang luas.
Kita masih bisa mensiasati kebutuhan kawasan hijau ini, misalnya dengan kegiatan
berkebun yang sederhana dan relatif mudah dilakukan di lahan terbatas.
Ada 3 cara berkebun yang bisa dilakukan di rumah atau hunian wilayah perkotaan, yaitu
taman atap atau mencoba memanfaatkan area atas rumah untuk berkebun, taman vertikal
atau memanfaatkan dinding atau area vertical untuk berkebun, dan taman gantung atau
berkebun dengan menggantungkan tanaman di sisi rumah yang relatif sempit.
Apapun cara yang dilakukan, aktivitas berkebun ini bisa membantu mengurangi risiko
depresi dan stres dalam menghadapi pandemi.
Dengan berkebun, kita bisa meminimalisir kejenuhan akibat “di rumah saja” karena
pandemi COVID-19 dengan cara sederhana.

Waktu yang dibutuhkan: 2 menit 30 detik

Membaca merupakan salah satu kegiatan penting, terutama


untuk mahasiswa. Dengan membaca seseorang mendapatkan
informasi-informasi yang bermanfaat untuk orang yang bersangkutan.
Membaca dituntut kepada mahasiswa supaya terbuka dengan situasi
yang tenggah berkembang. Banyak hal yang didapat saat membaca dari
yang kurang bermanfaat sampai yang sangat bermanfaat. Hendaknya
mahasiswa membaca sesuatu yang bermanfaat untuk kebutuhan
kegiatan akademiknya. Manfaat dari membaca antara lain,
a. Membuat seseorang tidak akan mudah termakan hoak.
b. Memperluas wawasan seseorang.
c. Berdampak baik pada prestasi akademik seseorang.
Namun kegiatan membaca bukanlah aktivitas yang mudah bagi
yang tidak terbiasa. Mungkin di dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan
membaca merupakan sesuatu yang biasa dan mudah untuk
dilaksanakan. Namun coba bayangkan ilustrasi berikut, Mahasiswa
memiliki tugas yang banyak sehingga banyak pula bahan yang harus
dibaca. Bahan yang dimiliki terkadang tidaklah sedikit, banyak dan
tebal. Semua bahan harus dibaca untuk mendapatkan informasi untuk
disampaikan di dalam tugas. Tugas memiliki deadline untuk
dikumpulkan. Sehingga mahasiswa harus berkejaran dengan waktu
untuk membaca banyak referensi. Biasanya mahasiswa akan lembur
untuk menyelesaikan tugas mereka ketika di dalam kondisi seperti ini.
Pada stuasi ini kemampuan membaca penting untuk dimiliki.
Dengan teknik-teknik tertentu, kita tidak harus membaca keseluruhan
teks namun kita dapat mengambil informasi- informasi penting yang
terkandung di dalam teks tersebut. Dengan memahami dan menguasai
teknik ini, seorang mahasiswa dapat terbantu di dalam menyelesaikan
tugas.
Terdapat beberapa mitos yang berkembag terkait dengan kegiatan
membaca.
a. Membaca itu sulit
Membaca tidaklah sesuatu yang sulit. Bagi yang tidak suka
membaca, cobalah mulai dari membaca sesuatu yang disukai seperti
novel, komik, cerpen, puisi atau lainnya.

Usahakan juga untuk membeli buku yang asli supaya


tampilannya lebih menarik dan jernih sehingga minat baca kita juga
ada. Buku bajakan menurunkan minat baca seseorang karena kualitas
kertasnya tidak bagus dan tulisannya tidak terang. Setelah terbiasa,
cobalah baca yang lain, misalnya buku nonfiksi yang berkaitan dengan
psikologi misalnya buku the creative spark karya Agustin Fuentes yang
menceritakan bagaimana fungsi psikologi berperan dalam proses
evolusi manusia. Buku ini menarik dan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Dengan membaca buku ini, seseorang dapat
menambah wawasannya terkait teori-teori dan konsep psikologi.
b. Membaca merupakan proses mengeja kata per kata

Banyak orang yang beranggapan membaca adalah mengeja kata


perkata. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Secara teknis mungkin ada
benarnya. Tetapi secara praktis, membaca tidaklah selalu demikian.
Membaca adalah kegiatan seseorang untuk menarik suatu informasi
dari sebuah bacaan bukan mengingat kata perkata. Sehingga ketika
membaca, kata perkata tidak perlu diingat, melainkan gagasan dalam
bacaan itu dapat dimengerti

c. Membaca harus dilakukan secara berlahan umtuk memahami


isinya.

Begitupun kecepatan dalam membaca, tidaklah harus pelan-


pelan. Kalau tulisannya tidak terlalu berat seperti informasi biasa atau
sesuatu yang sudah familiar, membaca dengan cepat tidak menjadi
masalah. Kecuali buku-buku yang sulit seperti filsafat, teori-teori
psikologi memang untuk pertama kali kita agak pelan untuk
mengetahui dan mendapatkan gagasannya. Setelah teori tersebut kita
pahami, untuk membaca teks lain yang berkaitan dengan teori itu,
walaupun sulit dimengerti, kita akan mudah membacanya secara
cepat.

Persiapan untuk membaca


Sebelum membaca, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di
antaranya adalah:
a. Mempersiapkan diri
Maksud mempesiapkan diri adalah memampukan diri untuk
melakukan kegiatan baca baik secara fisik maupun mental. Sebelum
baca haruslah sarapan dulu, tidak dalam keadaan yang sangat lapar,
harus sehat, keadaan emosi hendaknya stabil. Ketika ada gangguan
baik pada fisik, seperti sakit kepala atau gangguan psikologis misalnya
sedang banyak masalah, kegiatan membaca dapat terganggu. Ini
bukan berarti seseorang tidak dapat membaca, walaupun ada
gangguan fisik atau psikologis dalam taraf tertentu, seseorang masih
dapat membaca namun gagasan yang ditarik dari bacaan tersebut
tidaklah maksimal.

b. Meminimalisir gangguan

Dalam membaca kita butuh ketenangan untuk bisa


berkonsentrasi. Carilah tempat di mana kita merasa nyaman boleh di
kamar, di perpustakaan, di taman, di café atau lainnya.

c. Posisi

Posisi untuk membaca juga penting diperhatikan karena ketika


posisi kita salah dapat menyebabkan pegal. Pilihlah posisi yang
membuat kita merasa nyaman. Faktor ini berbeda-beda pada setiap
orang. Ada seseorang suka membaca sambil duduk, ada yang nyaman
sambil berbaring.

d. Luangkan waktu untuk menenangkan pikiran

Meluangkan waktu untuk membaca penting untuk dilakukan.


Karena kegiatan kita sangat sibuk seharian. Luangkanlah waktu
khusus untuk membaca setiap hari. Pada jam itu kita gunakan juga
untuk merefleksikan isi bacaan yang telah kita baca. Juga, kita bisa
berkomitmen untuk tidak menggunakan smartphone pada jam ini.
Karena smartphone merupakan salah satu yang dapat menganggu
konsentrasi seseorang.

Memahami Bacaan
Ada beberapa tips yang dapat diterapkan untuk memudahkan
dalam memahami isi bacaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menjadi pembaca aktif
Gunakan 5W 1H ketika membaca. Apa (What): cari gagasan apa
yang ditawarkan penulis di dalam tulisan yang sedang dibaca. Kapan
(When): cari koteks waktu di dalam bacaan tersebut, kapan suatu
perstiwa terjadi di dalam bacaan, kalau ada rententan waktu, ingat
prosesnya, apa saja yang terjadi pada setiap waktu yang diceritakan.
Siapa (Who) cari tokoh atau objek yang diceritakan di dalam cerita itu.
Mengapa (Why): carilah alasan mengapa sesuatu terjadi di dalam
tulisan. Misalnya ada tulisan tentang pembuatan pesawat, yang
penting dicatat adalah pesawat jenis apa yang diceritakan, kapan
pesawat tersebut dibuat, siapa yang membuat pesawat tersebut,
mengapa pesawat tersebut dibaut, dan bagaimana proses pesawat
tersebut dibuat. Di dalam sebuah tulisan, ke 5 aspek ini tidak selalu
ada kelima-limanya. Yang pasti di dalam suatu tulisan pasti ada salah
satu dari 5 aspek tersebut di dalam sebuah tulisan.

b. Bacalah gagasannya bukan kata-katanya


Membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi dari bacaan
tersebut, bukan kata- kata yang ada di dalam bacaan itu. Jadi yang
harus dilakukan bukan mengingat kata- kata yang ada melainkan
membaca secara keseluruhan dari suatu bacaan dan mengambil
makna dari bacaan tersebut.

c. Ciptakan minat
Jurusan psikologi memiliki wilayah kajian yang luas,
perkembangan, kepribadian, klinis, pendidikan, industri, organisasi,
musik, seni, politik, budaya dan lain sebagainya. Dari sebanyak itu,
pastilah ada yang tertarik salah satunya. Ketika kita telah tertarik pada
sesuatu, kemungkinan besar kita juga akan menyukai informasi-
informasi tentangnya. Sehingga, tentukan minat sejak awal sesuai
dengan cita-cita ketika memutuskan untuk bergabung dengan jurusan
psikologi. Jika nanti sudah menjadi kebiasaan, membaca menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Dalam kondisi ini, seseorang akan
membaca informasi apa saja dan dari gendre mana saja. Lama-
kelamaan kalau sudah terbiasa, kita akan senang membaca apa saja.

d. Buat peta pikiran atau tulisan terkait bacaan

Setelah membaca, buatlah tulisan-tulisan terkait dengan gagasan


yang telah didapatkan dari bacaan tersebut. Tidak semua bacaan harus
membuat seperti ini. Hanya bacaan yang penting saja, untuk membuat
tulisan, makalah atau tugas lainnya. Membaca koran misalnya, kita
tidak harus membuat peta pikiran ini. Tujuan dari peta pikiran ini
adalah untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu teks.

B. Aktivitas Pembelajaran
Materi ini disampaikan dengan menggunakan elearning. Di modul ini
juga diisi dengan beberapa tulisan yang dikutip dari web sebagai
bahan latihan mahasiswa. Terdapat dua bacaan di dalam modul ini.
Setiap bacaan, mahasiswa harus menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bacaannya dengan menggunakan stopwatch.
Waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan masing-
masing bacaan dicatat oleh mahasiswa sendiri sehingga mereka bisa
membandingkan kedua waktu tersebut.
C. Rangkuman*)
D. Latihan/Kasus/Tugas
Mahasiswa menulis waktu yang dibutuhkan untuk membaca dua teks
sebelum dan setelah materi diberikan. Dari perbedaan waktu yang di
dapatkan, mahasiswa ditugaskan untuk menulis evaluasi diri dan
dikirimkan ke elearning.
E. Tes
Setelah membaca materi, persiapkan diri, carilah tempat senyaman
mungkin dan aplikasikan materi di atas untuk membaca artikel berikut.

MEMADUKAN KELAS ONLINE DAN OFFLINE SELAMA PANDEMI


BERHASIL DI EROPA. MENGAPA DI INDONESIA TIDAK MUDAH?
Oleh: Ayesha Nadya Muna dan Ika Krismantari Dikutip dari:
https://theconversation.com/memadukan-kelas-online-dan-offline-
selama-pandemi-berhasil- di-eropa-mengapa-di-indonesia-tidak-
mudah-145550

Penutupan sekolah di Indonesia dan penerapan pembelajaran berbasis


online akibat pandemi COVID-19 berdampak pada sekitar 68 juta siswa
dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga pendidikan
tinggi.

Salah satu dari mereka yang terdampak adalah Hazel (16), seorang
siswa Sekolah Menengah Atas.
“Kami mendapat lebih banyak pekerjaan rumah daripada materi
pelajaran, jadi kami menghabiskan lebih banyak waktu untuk
mengerjakannya. Terkadang kami begadang hingga pukul 11 malam
untuk mengejar tenggat waktu,” cerita Hazel kepada The Conversation
Indonesia, baru-baru ini.

Memindahkan kelas secara online juga menimbulkan beban tambahan


bagi guru karena mereka harus menggunakan teknologi dalam metode
pembelajaran mereka, sebuah keterampilan yang tidak dimiliki banyak
orang.

Tantangan lain dari pembelajaran online adalah akses internet dan


kesiapan siswa-orangtua yang terbatas, serta kualitas guru yang buruk.

Ikatan Guru Indonesia (IGI) telah mengusulkan penerapan metode


belajar campur atau blended learning – metode pembelajaran yang
memadukan pembelajaran online (jarak jauh) dan tatap muka (di kelas)
– sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif di tengah pandemi.

Metode belajar campur ini berasal dari praktik pendidikan berbasis


teknologi pada tahun 1960- an dan 1970-an.

istem ini menawarkan kursus berbasis situs web, video yang disiarkan
secara langsung, dan panggilan konferensi yang dapat digunakan untuk
mendukung pendidikan dengan pendekatan tradisional.

Sejumlah negara di Eropa, seperti Jerman, Norwegia, dan Denmark,


sudah mulai mengadopsi metode pembelajaran campuran untuk
membantu mengadakan kelas di tengah pandemi. Dengan melakukan
kelas secara online dan offline, sekolah bisa berjalan dengan baik selama
pandemi.
Metode belajar campur mungkin berhasil di Eropa, tapi pelaksanaannya
di Indonesia masih sulit meski metode tersebut berpotensi untuk
mereformasi sektor pendidikan di negara ini.

Tantangan
Negara-negara di Eropa melakukan pembelajaran campuran dengan
membatasi jumlah siswa dalam satu maksimal sebanyak 10-15 siswa
dan mengadakan pembelajaran tatap muka dengan online secara
bergantian.

Selama pembelajaran tatap muka di kelas, siswa berdiam di dalam


kelompok-kelompok kecil. Waktu belajar di kelas juga dipersingkat
untuk menghindari infeksi COVID-19.

Beberapa berpendapat bahwa penggunaan metode belajar campur


selama pandemi dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
aman karena materi sekolah yang disampaikan secara online dan offline
akan mempersingkat waktu belajar.

Namun, penerapan metode ini di Indonesia masih menghadapi banyak


kendala - terutama menyangkut pembelajaran online.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa metode ini merupakan metode


pembelajaran yang efektif jika siswa dan guru memiliki kemampuan dan
pengalaman dalam menggunakan teknologi.

Kesenjangan digital di Indonesia membawa tantangan untuk metode


pembelajaran ini, karena metode ini masih bergantung pada
pembelajaran online.
Lismah (52), seorang pengelola PAUD di Cirebon, sudah mencoba untuk
menerapkan metode belajar campur selama pandemi ini. Ia mengalami
kesulitan dalam menyelenggarakan kelas secara online karena banyak
orang tua siswa yang memiliki sumber daya teknologi yang terbatas.

“Siswa diberi pekerjaan rumah,” kata Lismah. “Para guru mengingatkan


orang tua tentang pekerjaan rumah ini melalui grup Whatsapp, tapi
kami sadar beberapa orang tua tidak memiliki ponsel.”

Menerapkan metode belajar campur di Indonesia membawa beban


tambahan bagi para guru karena mereka diharapkan dapat menguasai
dua metode mengajar, yaitu secara jarak jauh dan tatap muka.

“Kami diharapkan bisa bekerja dengan lebih keras. Kami harus


mempersiapkan kegiatan pembelajaran baik secara online maupun
offline di kelas. Kegiatan-kegiatan tersebut harus sinkron agar tidak
saling tumpang tindih dalam mencapai tujuan pembelajaran,” kata Aris
(39), seorang guru SMP dari Cirebon, kepada The Conversation
Indonesia.

Edi Subkhan, seorang dosen teknologi pendidikan dan kurikulum di


Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, juga berpendapat bahwa
sekolah dan guru harus terlebih dulu memiliki kapasitas tertentu untuk
menerapkan metode pembelajaran ini.
“Ada guru-guru yang mampu menerapkan metode ini karena mereka
memiliki keterampilan untuk mengoperasikan berbagai teknologi, tapi
ada juga guru yang belum paham betul apa itu pembelajaran online,
bahkan pembelajaran campuran,” ujarnya.

Kembali ke sekolah di tengah pandemi, bahkan dalam suasana dengan


metode belajar campur, dapat terasa meresahkan. Apalagi ketika murid
sudah lama tidak melakukan pembelajaran tatap muka di kelas.

Zamzami Zainudin, seorang peneliti dari University of Hong Kong,


menjelaskan tantangan untuk membiasakan siswa kembali dengan
pembelajaran tatap muka.

“Banyak siswa yang menjadi terlalu nyaman dengan pembelajaran jarak


jauh karena mereka lama tidak melakukan pembelajaran tatap muka.
Jadi saat pembelajaran di dalam kelas dilanjutkan kembali, mereka perlu
diingatkan kembali. Hal ini menjadi tantangan guru untuk memotivasi
mereka kembali,” kata Zamzami.

Tantangan lain terkait menjaga kesehatan dan keselamatan selama


kegiatan pembelajaran di kelas. Sekitar 20% orang Indonesia masih
tidak memakai masker saat bepergian ke luar.
Indonesia memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 yang tertinggi di
Asia Tenggara dengan 7.417 kematian terhitung 31 Agustus. Indonesia
juga mencatat jumlah infeksi COVID-19 tertinggi kedua di Asia Tenggara
dengan 174.796 kasus - di belakang Filipina yang memiliki 220.819
kasus.

Peluang yang berkembang


Meskipun metode belajar campur baru diterapkan oleh beberapa
sekolah yang telah melaksanakan uji coba, terdapat peluang untuk
menerapkan metode ini sebagai bagian dari reformasi pendidikan
Indonesia selama pandemi.

Aris berpendapat bahwa penerapan pembelajaran campuran pada masa


pandemi dapat meningkatkan kemampuan guru untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh yang efektif, terutama terkait penggunaan
teknologi.

“Suka atau tidak suka, guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan
teknologi informasi. Kami harus memilih teknologi mana yang cocok
dengan kegiatan pembelajaran, mempelajari cara menggunakannya,
kemudian mengevaluasi bagaimana kami menggunakannya untuk
melihat kesesuaiannya dalam kegiatan pembelajaran tersebut,” kata
Aris.

Edi mendukung gagasan ini. Menurut dia, metode belajar campur dapat
menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.

Mengingat keterbatasan infrastruktur, literasi digital, dan kesejahteraan


ekonomi di Indonesia, mengembangkan sistem pendidikan semacam ini
harus dilakukan secara bertahap.

“Dengan fleksibilitas yang dimiliki metode ini dalam memadukan


pembelajaran online dan tatap muka, kita dapat membangun sistem
pendidikan yang tidak memaksakan sepenuhnya
berbasis internet, karena kita juga mempertimbangkan konteks
sosial, ekonomi dan geografis Indonesia,” ujarnya.

Zamzami menambahkan bahwa metode belajar campur juga akan


membuka pintu bagi teknologi-teknologi yang sedang berkembang
di sektor pendidikan Indonesia, seperti augmented reality dan
komputasi.

“Banyak teknologi baru di bidang pendidikan yang masih terbatas


di Indonesia. Pembelajaran campuran adalah bentuk teknologi
paling sederhana yang bisa kita mulai terapkan,” kata Zamzami.

Berapa waktu yang dibutuhkan membaca artikel ke 2: menit detik


Setelah membaca tulisan 1 setelah itu materi lalu tulisan ke dua,
perubahan apa yang terjadi? ceritakan pengalaman Saudara dan
upload di elearning.
(tulislah dalam bentuk pdf)

F. Daftar Rujukan
DePorter, B., & Hernacki, M. (1992). Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:
Mizan Media Utama.

Anda mungkin juga menyukai