A. Perkembangan Moral
Secara etimologi istilah moral berasal dari bahasa Latin mos, moris (adat, istiadat,
kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan) mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak,
akhlak). Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral ini antara lain, seruan
untuk berbuat baik kepada orang lain, atau larangan untuk tidak berbuat kejahatan kepada
orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa moral merupakan tingkah laku manusia yang
berdasarkan atas baik-buruk dengan landasan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Seseorang dikatakan bermoral apabila ia mempunyai pertimbangan baik dan buruk
yang ditunjukkan melalui tingkah lakunya yang sesuai dengan adat dan sopan santun,
perilaku moral berarti perilak yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral” berasal
dari kata Latin yang berarti tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh
konsep-konsep moral -peraturan perilaku- yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya dan menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki perilaku tak bermoral apabila perilakunya tidak
sesuai dengan harapan sosial yang disebabkan dengan ketidaksetujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Selain itu ada perilaku amoral atau
nonmoral yang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial yang lebih
disebabkan karena ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran
sengaja terhadap standar kelompok.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock,
1
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
2002). Perkembangan moral juga merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku
dalam kelompok sosial. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral) akan tetapi
dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain (orangtua, saudara, teman sebaya atau guru), anak belajar
memahami tingkah laku mana yang buruk atau tidak boleh dilakukan dan mana yang baik atau
boleh dilakukan sehingga terjadi perkembangan moral anak tersebut.
2
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
C. Proses Perkembangan Moral Peserta Didik
Setiap aspek perkembangan peserta didik memiliki tahapan atau proses hingga mencapai
suatu tahapan atau tingkatan yang matang. Perkembangan moral pada peserta didik dapat
berlangsung melalui beberapa cara yaitu,
1. Pendidikan langsung, melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan
salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu,
yang paling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orangtua, guru
atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
2. Identifikasi, dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral
seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua, guru, artis atau orang dewasa lainnya).
3. Proses coba-coba (trial & error), dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara
coba-coba. Jika tingkah laku tersebut mendatangkan pujian atau penghargaan maka akan
terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan
maka akan dihentikan (Yusuf, 2011).
3
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral pada masa anak-anak dengan prinsip-
prinsip moral yang berlaku umum, dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan
berfungsi menjadi pedoman untuk berperilaku baik. Mitchel menegaskan remaja harus
mengendalikan perilakunya sendiri, yang dulu menjadi tanggung jawab orangtua dan guru.
(Hurlock, 2006:225).
Remaja umumnya berada pada tingkat pascakonvensional, Pada tingkat ini terjadi
internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-standar moral orang lain. Bila remaja
telah mencapai tingkat pasca konvensional, berarti remaja telah mencapai kematangan sistem
moral.
F. Perkembangan Spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit
memberikan hidup, menjiwai seseorang. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep
kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur
atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua,
kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan
tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasaa, sesuatu perasaan yang memberikan
alasan tentang keyakinan (believe) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope).
4
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Menurut Agustian (2001:57) kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Dengan demikian ia akan mengawali
segala sesuatunya dengan nama Tuhan, menjalaninya sesuai dengan perintah Tuhan dan
mengembalikan apapun hasilnya kepada Tuhan. Zohar dan Marshal menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki manusia, karena paling
berperan dalam kehidupan manusia (Agustian, 2001:57).
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman
hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu
perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal
(hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat
dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Jadi
spiritual merupakan kepercayaan peserta didik terhadap suatu keyakinan yang didasarkan pada
adat istiadat maupun ketuhanan.
Perkembangan spiritual lebih spesifik membahas tentang kebutuhan manusia terhadap
agama. Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana
seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya.
Perkembangan spiritual diartikan sebagai tahap dimana seseorang yang dalam hal ini adalah
peserta didik untuk membentuk kepercayaannya. Baik berupa kepercayaan yang berhubungan
dengan religi maupun adat.
Kecerdasan spiritual merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian manusia dan merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan
EQ secara efektif.
5
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
belum dikatakan sempurna, apabila belum menunjukkan kode moral yang dapat diterima
secara universal.
Menurut Makmun (2009;134) gambaran umum perilaku religius pada masa remaja awal,
mulai mempertanyakan secara kritis dan skeptis mengenai keberadaan dan sifat kemurahan
serta keadilan Tuhan. Penghayatan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin berdasarkan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya, masih mencari dan
mencoba menemukan pegangan hidupnya. Berkenaan dengan corak berpikir yang kritis dan
skeptis, maka diperlukan bimbingan dan pendidikan yang efektif dari orangtua dan guru. agar
peserta didik memiliki kesadaran beragama yang baik, memiliki keimanan dan ketaqwaan yang
tinggi, sehingga peserta didik memiliki akhlaq mulia.
6
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
penting dalam pembentukan moral. Dimana dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai
pencerminan nilai-nilai hidup tertentu tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya
diantaranya yaitu:
1. Tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2. Banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang
terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran
ideal.
3. Lingkungan meliputi segala segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang
tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung
dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4. Tingkat penalaran, dimana perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut
Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh
Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan
piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5. Interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standar perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam
pergaulan dengan orang lain (Yusuf, 201 1 ).
Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua sangatlah penting, terutama pada
waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubung dengan
perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut.
1. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yg sama dalam melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang
dilarang oleh orang tua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan
kembali pada waktu lain.
2. Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung,sikap orang tua pada anak, sikap ayah terhadap ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak,yaitu melalui proses
peniruan (imitasi).sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap
disiplin semu pada anak, sedangkan sikap acuh tak acuh, atau sikap masa bodoh,
cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang
mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua
adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawara (dialogi), dan konsisten.
3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
7
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religius atau
(agamis), dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama
kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka
mereka harus menjauhkan dirinya dari berlaku tidak jujur, maka mereka harus
menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua
mengajarkan pada anak, agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan,
bertanggungjawab, atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku
yang sebaliknya maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan
menggunakan ketidak konsistenan (ketidak ajegan) orang tua itu sebagai alasan untuk
tidak melakukan apa yang tidak diiginkan oleh orang tuanya, bahkan mungkin dia akan
berperilaku seperti orang tua.
Pada masa perkembangan moral, anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang
menyenangkan, dan tidak menyenangkan. Dengan melihat kecenderungan perilaku anak
tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak, sebaiknya dilakukan hal-
hal berikut.
a. berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak (seperti
dicium,dipeluk,dan diberi kata-kata pujian), apabila dia melakukan perbuatan yang
baik. Ganjaran ini menjadi factor penguat(reinforcement) bagi anak untuk mengulangi
perbuatan yang baik itu.
b. berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia
melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement
bagi anak, untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik itu. Apabila perlakuan
kepada anak itu dilakukan secara teratur maka akan tertanam pada diri ank tentang
pengertian atau konsep moral. Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang
mendapat pujian atau diperbolehkan itu adalah sebagai perbuatan yang baik, sedangkan
yang mendatangkan hukuman atau tidak diperbolehkan itu merupakan perbuatan yang
tidak baik.
Perkembangan spiritual juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal pula. Faktor
internal pada perkembangan spiritual juga berupa faktor keturunan yaitu berupa pembawaan
dimana faktor ini merupakan karakteristik dari orang itu sendiri, dasar pemikiran dari individu
8
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
berdasarkan kepercayaan dan budaya yang dimilikinya. Faktor eksternal dapat berupa keluarga
yang sangat menentukan pula dalam perkembangan spiritual anak karena orang tua memiliki
peran yang sangat penting sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang mendasari anak.
Kemudian pendidikan keagamaan yang diterapkan di sekolah juga dapat menjadi faktor
penentu perkembangan spiritual anak, karena dengan adanya pendidikan anak akan mulai
berpikir secara logika dan menentukan apa yang baik dan tidak bagi dirinya dan kelak akan
menjadi karakter dari peserta didik. Selain itu, adanya budaya yang berkembang di masyarakat
akan mempengaruhi perkembangan spiritual peserta didik pula. Baik perkembangan yang
menuju arah yang baik (positif) atau menuju ke arah yang buruk (negatif), itu semua tergantung
pada bagaimana cara anak berinteraksi dengan masyarakat tersebut (Baharuddin, 2009).
9
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-
salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya. Selanjutnya pada usia sekolah dasar anak
sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk.
Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang
tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada
orang tua merupakan suatu hal yang baik. (Yusuf, 201 1 ).
Selain itu berdasarkan teori Piaget (Hurlock, 1 980) memaparkan bahwa pada usia lima
sampai dengan dua belas tahun konsep anak mengenai moral sudah berubah. Pengertian yang
kaku dan keras tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan
anak mulai memperhitungkan keadaankeadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Misalnya
bagi anak usia lima tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang lebih besar sadar
bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh karena itu, berbohong tidak selalu
buruk.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi sarana yang kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat
berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam
pengembangan moral dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas
hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian,
pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika
mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi
jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina (Hartono, 2002).
10
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi, pendidikan pada manusia harus
diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh
Allah SWT sebagai tuhan semesta alam, yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan)
untuk mengenal penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah ini
berkaitan dengan aspek spiritual. Perkembangan spiritual membawa banyak implikasi terhadap
pendidikan dan diharapkan muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga
pendidikan. Untuk itu, pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian
penting dari program-program pendidikan yang diberikan di sekolah dasar. Tanpa melalui
pendidikan agama, mustahil SQ dapat berkembang baik dalam diri peserta didik (AKBIN,
2010).
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fkriyati, Mirroh, 201 3. Perkembangan Anak Usia Emas (Golden Age). Yokyakarta: Laras
Media Prima.
Pengurus Besar Asosisi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). 2010. Jurnal
Bimbingan dan Konseling ISSN 1 41 1 -5026. Bandung: AKBIN
Susanto, Ahmad, 201 1 . Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Yusuf, Syamsu. 201 0. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
11
Modul Digital Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik