Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING (PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS, 

LANDASAN))

Diposkan pada 22 Februari 2016 oleh luluk sayyidatul Afiyah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah merupakan  sebuah proses tolong menolong  antara individu satu
dengan individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan
konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling
menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional dan social yang diperlukan untuk
membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak sebagai hakim
atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah.
Konselor tidak bertanggung  jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar mencapai dalam
bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis
sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan pelajar.

Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri, peluang
yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka mengenal, membuat
interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan  bertujuan
untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan
landasan-landasan tertentu.

1.2       Rumusan Masalah

1. Jelaskan Definisi dari Bimbingan Dan Konseling?

2. Tujuan bimbingan dan konseling?

3. Jelaskan landasan-landasan bimbingan dan konseling dalam pelayanan secara professional?

4. Jelaskan asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling.

1.3       Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi bimbingan dan konseling.

2. Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.


3. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling.

4. Untuk mengetahui asas-asas yang berkenaan bimbingan dan konseling.

 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

            Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan
dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan
konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang
integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan
konseling diuraikan secara terpisah.[1]

 Makna Bimbingan

Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar
“guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk
(giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving
advice) (Winkel, 1991).

Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang
menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti
bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan
berarti konteksnya bimbingan.

Makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata bimbingan sebagai berikut:

B          (bantuan)

I           (individu)

M         (mandiri) atau kemandirian

B          (bahan)
I           (interaksi)

N         (nasihat)

G         (gagasan)

A         (asuhan)

N         (norma)

Jadi bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan pembimbing kepada individu agar individu yang
dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan
pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
[2]

 Makna Konseling

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan
“counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nashiat (to obtain consel), anjuran (to give counsel) dan
pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian
nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

(Mortensen, 1994) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antar pribadi dimnana
orang yang satu yang membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalahnya.

Makna konseling juga dapat dimaknai dari akronim kata konseling sebagai berikut;

K         (kontak)

O         (orang)

N         (menangani)

S          (masalah)

E          (expert atau ahli)

L          (laras)

I           (integrasi)

N         (norma)

G         (guna)
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk
menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, dapat dirumuskan makna bimbingn dan konseling
sebagai berikut:

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang
sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu
melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.[3]

2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling

            Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan bimbingan dan
konseling adalah dalam rangka: pertama. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu
yang dibimbing atau dikonseling. Kedua, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental
klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan
lingkungannya. Keempat, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara
mandiri.[4]

Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.

2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).

3. Pengembangan potensi semaksimal mungkin.

4. Pemecahan masalah dengan baik dan realistis.[5]

5. Hamdan Bakran Adz Dzaky, (2004), merinci tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagai
berikut: pertama, untuk mnghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan
jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang
(radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayah-Nya (mardhiyah).

Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja maupun
lingkungan sosial dan sekitarnya.
Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang
rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang
keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan memenuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya.

Kelima, untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan
tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menaggulangi berbagai
persoalan hidup dan dapat membeikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada
berbagai aspek kehidupan.[6]

2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999): Landasan Bimbingan dan konseling ada 6, yaitu:

1. Landasan Filosofis

Filosofis bisa bermakna cinta kebijaksanaan. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana.
Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang menyangkut pelayanan bimbingan
dan konseling. Pemikiran filosofis menjadi alat bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling
secara umum dan bagi konselor secara khusus, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi
konseling dan dapat membuat keputusan yang tepat.

1. Landasan Religius

Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya ditekankan pada tiga hal pokok,
yaitu:

1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allh SWT.

2. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai
dengan kaidah-kaidah agama.

3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang
sesuai dan mneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah individu.

4. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling adalah
memberikan kepahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sangat penting
karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah perilaku klien, yaitu perilaku klien yang perlu di
ubah atau dikembangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.[7]

1. Landasan sosial-budaya

Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan
dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang
individu pada dasarnya merupakan produk  lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia
sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Masing-masing suku   dan berbangsa memiliki sosial budaya yang
berbeda. Perbedaan itu bisa subyektivitas budaya sehingga akan berpengaruh pula pada upaya
pemberian bantuan (bimbingan konseling).[8]

1. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan,
baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan,
wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

1. Landasan Pedagogis

Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya ketika seseorang sedang melakukan
praktek bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik; Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan
individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti
proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan
dan konseling.[9]

2.4       Asas Bimbingan dan Konseling      

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, ada asas-asas yang dalam
melakukannya, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan itu. Asas-asas
yang di maksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian,
kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,alih tangan kasus dan tut wuri
handayani. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci masing-masing asas
tersebut sebagai berikut:

1. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas kerahasiaan data dan
keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, data dan keterangan tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh pihak lain selain konselor dan klien.
2. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien untuk mengikuti, menjalani
layanan yang diperlukan baginya.

3. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna untuk pengembangan dirinya.

4. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling untuk permasalahan klien yang
sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lalu dilihat dampak
dan kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

5. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni klien
diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri,
konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang di
selenggarakannya bagi perkembangan kemandirian peserta didik.[10]

6. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.

7. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya


perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan ini
tidaklah sekedar mengulang hal yang sama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang
selalu menuju ke sesuatu pembaharuan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki.

8. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai
aspek kepribadian klien, disamping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan
keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.Untuk terselenggaranya asas keterpaduan,
konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek
lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah
klien, dan semuanya dipadukan dalam keadaan serasi  dan saling menunjang dalam upaya
bimbingan dan konseling.[11]

9. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum Negara,
norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu  di lakukan asas ke ahlian secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, alat yang memadai. Untuk itu para konselor
perlu mendapat latihan secukupnya baik teori dan praktik, sehingga akan dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan yang terbaik.[12]
11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika
konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien, namun klien
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim klien
tersebut kepada petugas, badan  atau lembaga yang lebih ahli.[13]

12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta
dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Asas ini menuntut agar
pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah
dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling
pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.[14]

BAB III

PENUTUP

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud,
dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien,
yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bimbingan dan konseling adalah dua komponen
yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan dan saling berperan didalam proses bimbingan dan
konseling.

 
 

Daftar Pustaka

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta:
RajaGrafindo Pers.

Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV Rajawali.

Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studio Press.

Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fahmi Muhammad, 2012. Fungsi, Tujuan, dan Asas Bimbingan


Konseling (http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-
bimbingan_17.html) diakses 17 Desember 2012

Mora rimonda,2013. Pengertian, prinsip, Landasan dan Fungsi


(http://Sfdzbd.blogspot.com/2013/03/pengertianprinsipasalandasanfungsi-dan.html) diakses 14
maret 2013.

Akhmad sudrajat, 2008. Landasan, bimbingan, dan konseling


(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling) diakses 25
januari.

 
 

[1] Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta:
RajaGrafindo Pers.hlm 15

[2] Ibid,.hlm15

[3] Ibid,.hlm 21

[4] Ibid,.hlm 36

[5] Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV Rajawali.,hlm 15

[6] Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta:
RajaGrafindo Pers.hlm 38

[7] Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta:
RajaGrafindo Pers.hlm 96-98

[8] http://Sfdzbd.blogspot.com/2013/03/pengertianprinsipasalandasanfungsi-dan.html

[9] (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling)

[10] http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-bimbingan_17.html

[11] Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.hlm.118-119

[12] http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-bimbingan_17.html

[13] Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.hlm.119

[14] http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-bimbingan_17.html

Anda mungkin juga menyukai