Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam kehidupan, sekolah dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena


keduanya saling berkesinambungan. Yang mana masyarakat membutuhkan
sekolah untuk membangun sumber daya manusia agar terbebas dari kebodohan.
Sebaliknya sekolah membutuhkan masyarakat sebagai jembatan perwujudan hasil
belajar dalam bentuk kognitif,afektif, dan psikomotor.

Seperti hasil pembelajaran peserta didik yang diterima dari bangku sekolah
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dapat dilihat dari kemampuan anak
didik dalam menggunakannya dengan tepat. Kemampuan anak didik
menggunakan hasil belajar tertentu ke dalam situasi belajar yang lain tidak bisa
dipisahkan dari transfer belajar. Sebagaimana akan dipaparkan dalam makalah
kami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian transfer belajar?
2. Apa sajakah macamnya teori transfer belajar?
3. Apa sajakah macam-macam transfer belajar?
4. Bagaimana strategi untuk meningkatkan Transfer dalam belajar?
5. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian transfer belajar.
2. Mengetahui apa saja macamnya teori transfer belajar.
3. Mengetahui apa saja macam-macam transfer belajar.
4. Mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan Transfer dalam
belajar.
5. Mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian transfer belajar


Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, transfer dan
belajar. Transfer itu sendiri berasal dari bahasa inggris yang berarti pergantian,
serah terima, atau pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Para pakar psikologi,
mendefinisikan pengertian transfer seperti berikut:
1. Slameto merumuskan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang
telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang
dilakukan kemudian.
2. Herbert Sorenson dalam bukunya Psychology in Education menyatakan
bahwa transfer adalah the process by which something learned in one
situation is used in another.
3. W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran transfer belajar adalah
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi
yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar
lingkup pendidikan sekolah.1
Dari beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para pakar tersebut diatas
mempunyai makna yang sama, yakni makna transfer diartikan pemindahan, jadi
transfer belajar adalah pemindahan pengaruh atau pengaruh kemampuan atau
keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan sesuatu yang
lain yang akan dikuasai.

1
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) ,h. 222-223
B. Macam-macam teori transfer belajar
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana
transfer belajar itu sendiri. Diantara teori-teori tersebut adalah:
1. Teori disiplin formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun
dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan dan lain-
lain). Masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan.
Suatu daya jika sudah baik karena latihan-latihan, maka daya itu akan baik
dalam menghadapi situasi-situasi baru. Latihan-latihan yang dikehendaki
untuk melatih daya itu diusahakan benar-benar disiplin. Teori belajar
menurut pakar psikologi daya dikenal pararel dengan teori transfer
belajarnya. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa
baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan
tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada
hubungannya dengan bahan latihan itu. Fungsi pikiran, misalnya, akan
menjadi baik dalam melakukan fungsinya jika dilatih dengan bahan yang
berupa pelajaran Matematika (Ilmu pasti). Fungsi Jasmaniah seperti
kekuatan otot, dapat dilatih terus menerus sehingga menjadi lebih kuat dan
mampu mengangkat benda yang berat seperti besi, batu, kayu, bahan
bangunan, dan sebagainya.
2. Teori komponen komponen identik
Teori Identical Element dan Identical Components mempunyai pendapat
yang sama dalam memandang transfer belajar. Menurut teori ini transfer
terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil belajar yang lalu dengan
situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang terdapat aspek - aspek yang
sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila kedua peristiwa belajar
itu terdapat unsur unsur yang identik (sama). Komponen komponen
yang terlibat dalam proses belajar itu tidak terbatas pada bahan pengajaran,
tetapi termasuk juga hal hal seperti metode belajar mengajar, sikap, dan
berbagai kemampuan khusus yang dimiliki oleh anak didik.
3. Teori Generalisasi
Teori Generalisasi ini dikemukakan oleh Charles Judd (1873-1946) yang
berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip prinsip
umum.. Apabila anak didik mampu mengembangkan konsep, kaidah,
prinsip, dan siasat siasat untuk memecahkan persoalan, anak didik itu
mempunyai bekal yang dapat ditransferkan kebidang bidang lain diluar
bidang studi, dimana konsep, kaidah, prinsip, siasat mula mula diperoleh.
Anak didik itu mampu mengadakan generalisasi yaitu menangkap ciri ciri
atau sifat sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. 2
C. Macam macam transfer belajar
1. Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi daalam diri seorang siswa apabila guru dapat
membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa
tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif
menurut Barlow (1985) adalah learning in one situation helpful in other
situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar
dalam situasi-situasi lain.
2. Transfer negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi
tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap ketrampilan atau
pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya.pengertian ini
diambil dari educational psychology: the teaching-learning process oleh
Daniel lenox barlow (1985) menyatakan learning in one situation has a
damaging effect in other situations.
3. Transfer vertical
Transfer vertical (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri siswa apabila
pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa

2
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.223-225
tersebut dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi
atau rumit. 3
4. Transfer lateral
Transfer lateral (kearah samping) dapat terjadi dalam diri siswa apabila ia
mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari
materi yang sama kerumitannya dalam situasi yang lain. Dalam hal ini,
perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa
tersebut.4
D. Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Transfer Belajar
1. Tingkatkan pengamatan yang disengaja atau kesadaran belajar dalam
berbagai konteks. Siswa harus mampu mempraktekkan bahasa dalam
berbagai konteks guna menjembatani dan membantu secara aktif
pengabstraksian konsep-konsep yang telah dipelajari (Bransford, et al.
1990). Ini akan membantu siswa mengetahui relevansi dan kemampuan
ditransfernya berbagai ketrampilan belajar atau pengetahuan.
2. Tingkatkan keotentikan tugas dan tujuan belajar. Siswa perlu mengenali
adanya kebutuhan riil untuk mencapai tujuan belajar yang relevan dan
holistik (bukan yang khusus untuk tugas tertentu). Ini akan menyiapkan
mereka untuk menghadapi kompleksitas tugas di dunia nyata yang
mengharuskan mereka menggunakan ketrampilan dan pengetahuan bahasa
yang harus ditransfer secara terus menerus. Kecemasan siswa (Horwitz,
1986) dan perasaan negatif yang lain dapat menjadi penghalang bagi siswa
untuk menyadari adanya peluang belajar dan transfer. Dengan demikian,
memotivasi siswa untuk belajar adalah salah satu langkah terbaik yang
dapat kita lakukan untuk membantu keberhasilan belajar. Hal ini
dinyatakan dengan baik oleh Bruner (1960, hal.31): Cara terbaik untuk

3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2006), h.168-169.

4
Drs.Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2005),hlm.150
membangkitkan minat terhadap suatu pelajaran adalah dengan membuatnya
berharga untuk diketahui, yang berarti membuat pengetahuan yang akan
diperolehnya itu dapat digunakan dalam cara berfikir seseorang di luar
situasi tempat pelajaran itu terjadi.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar


1. Taraf Intelegensi dan Sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar
(kemampuan dasar), sikap, minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas
dasar (kemampuan dasar) adalah membantu timbulnya transfer belajar.
Anak yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi, dan sebaliknya
anak yang kurang pandai cenderung memiliki transfer yang rendah(minim).
Oleh karena tidak dapat mempertahankan sesuatu informasi yang telah
didapat dalam jumlah yang cukup banyak. Disamping itu, bahwa timbulnya
transfer tidak secara otomatis, melainkan timbul dengan sengaja. Oleh
karena itu, sikap serta usaha yang disengaja ini akan membantu timbulnya
transfer. Ini berarti bahwa apa yang dipelajari oleh anak didik, dapat
dimanfaatkan dan dipraktekkan sesuai dengan situasi dan kondisi, dimana
dia berada. Demikian juga sikap guru dan usaha anak didik untuk
melakukan perbuatan belajar, juga mempengaruhi jumlah transfer.
2. Metode Guru dalam Mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan
persiapan, alat peraga,pemilihan bahan dan sebagainya. Dengan bahan yang
sama akan menghasilkan hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam
pemakaian metode mengajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan
penggunaan metode diskusi akan berlainan hasilnya bila guru menggunakan
metode ceramah. Dalam metode diskusi anak didik lebih aktif daripada
guru. Sedangkan metode ceramah cenderung membuat anak didik pasif.
Pemakaian metode tanya jawab atau brain storming ( metode sumbang
saran) dapat meningkatkan kreatifitas anak didik. Inisiatif anak didik dapat
dipicu dengan metode ini
3. Isi Mata Pembelajaran
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain
menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu
mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai
mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip- prinsipnya.
Penguasaan kaidah mata pelajaran bahasa indonesia misalnya, dapat
digunakan untuk mempelajari pelajaran bahasa inggris, begitu pula
sebaliknya.5

F. Keniscayaan Belajar

Pandangan al-Quran terhadap aktivitas pembelajaran, antara lain dapat


dilihat dalam kandungan ayat 31-33 al-Baqarah:

5
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.230-232

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana[35]."

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

[35] Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim Ialah:
yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat,
guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir
mendekati arti Hakim.

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, ayat ini menginformasikan bahwa


manusia dianugrahi ALLAH potensi untuk mengetahui nama-nama atau fungsi
dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, angin dan sebagainya. Dan ia
juga dianugrahi untuk berbahasa. Itulah sebabnya maka pengajaran bagi anak-
anak bukanlah dimulai melalui pengajaran kata kerja, tetapi terlebih dahulu
mengenal nama-nama . Ini ayah, Ibu, anak, pena, buku danlain sebagainya.

Senada dengan penjelasan di atas, Prof. H. Ramayulis, menyatakan bahwa


Allah telah mengajarkan berbagai konsep dan pengertian serta memperkenalkan
kepada nabi Adam AS sejumlah nama-nama benda alam (termasuk lingkungan)
sebagai salah satu sumber pengetahuan, yang dapat diungkapkan melalui bahasa.
Dengan demikian maka Nabi Adam berarti telah diajarkan menangkap konsep dan
memaparkannya kepada pihak lain. Dus, Nabi Adam AS pada saat itu telah
menguasai symbol sebagai saran berfikir (termasuk menganalisis), dan dengan
simbul itu ia bisda berkomunikasi menerina tranformasi pengetahuan, ilmu,
internalisasi nilai dan sekaligus melakukan telaah ilmiah.

Jadi proses pembelajaran Nabi Adam (manusia pada saat awal


kehadirannya) telah sampai pada tahap praekplorasi fenomena alam, dengan
pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku alam. Hal ini bisa kita
perhatikan pernyataan ayat 31 al-Maidah:

31. kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410].
berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini,
lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-
orang yang menyesal.

.Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi


untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya
menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa
aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal.

Sebagian mufassir menjelaskan bahwa setelah Qobil mengamati apa yang


dilakukan oleh burung gagak dan mendapatkan pelajaran darinya, dia berkata:
Aduhai celaka besar, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu,
lalu menguburkan mayat saudaraku (untuk menutupi bau busuk yang
ditimbulkannya)?. Karena itu dia menjadi orang yang menyesal akibat
kebodohannya, kecuali sesudah belajar dari peristiwa gagak. Peristiwa ini menjadi
indikasi bahwa telah terjadi proses pembelajaran melalui fenomena alam, dengan
pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku alam

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran


merupakan aktivitas yang melekat secara inhern dalam diri manusia. Sebagai
hamba Allah yang ditugasi sebagai khalifah di bumi, manusi tidak bisa tidak pasti
terlibat secara alamiah dengan pembelajaran. Jadi ayat tersebut terkait erat dengan
ayat sebelumnya, yaitu bahwa Allah telah mengangkat manusia sebagai
khalifahNya di muka bumi. Atas alasan inilah maka manusia dianugrahi potensi
untuk belajar dan mengajar sebagai bagian tak terpisah dengan tugas yang
diembannya. Oleh karena itu Islam sebagai agama menegaskan bahwa belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana ditegaskan Rasulullah
saw.




-
-


.
Berangkat dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa manusia
yang tidak terdorong untuk belajar(mendapatkan kebnaran), pada dasarnya adalah
mengingkari watak alamiyahnya, karena belajar itu hakikatnya merupakan
kebutuhan asasi manusia. Dorongan ini ada dalam diri manusia untuk menemukan
berbagai hakikat sebagaimana adanya. Artinya manusia ingin mendapatkan
pengetahuan tentang alam dan wujud benda-benda dalam kaadaan sesungguhnya.
Teori ini diperkuat dengan salah satu doa Nabi saw.,
Ya Allah perlihatkan kepadaku segala sesuatu sebagaimana yang
sesungguhnya ada.

Kecenderungan manusia terhadap filsafat adalah bagian dari kecenderungan


mengetahui berbagai hakikat. Oleh sebab itu dorongan mencari kebenaran ini
sering pula disebut sebagai kesadaran filosofis. Dorongan ini muncul karena
dalam diri manusia terdapat fitrah, dan karena itu pula manusia dapat menerima
rangkaian pengetahuan dari luar. Dalam bahasa Arab menalar disebut dengan al-
idrak . Artinya adalah naik tangga dan sampai.. Berdasar pengertian ini para
failosof menyebut orang yang mencari sesuatu dan menemukannya dengan istilah
Innahu qad adrakahu. Orang ahli psikologi menyebut dorongan ini dengan istilah
dorongan ingin tahu.

Pendapat para ahli, menyatakan bahwa dorongan ingin tahu mulai muncul
pada diri anak sejak mereka berumur antara dua tahun setengah, atau tiga tahun.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh sang
anak. Jika orang tua tidak pandai menyikapi, maka perkembangan kemampuan ini
bisa terhambat, dan akan merusak pertumbuhan kecerdasan anak bersangkutan.

Oleh karena itu supaya dapat mengembangkan diri secara optimal maka
secara berkelanjutan manusia senantiasa belajar untuk mendapatkan kebenaran
demi kebahagiaan dan cita-citanya. Inilah salah satu alasannya mengapa Allah
menyatakan bahwa antara orang yang berilmu dengan yang tak berilmu tidak
boleh disamakan. sebab hanya orang yang berilmulah yang dapat mengambil
pelajaran, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari peoses kehidupan ini. Tugas
kekhalifahan akan mecapai sukses jika didukung dengan ilmu.6

6
http://www.anekamakalah.com/2013/02/belajar-dalam-perspektif-al-quran-dan.html
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa, pengertian transfer
belajar adalah pemindahan pengaruh atau pengaruh kemampuan atau ketrampilan
melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan sesuatu yang lain yang
akan dikuasai. Sedangkan teori transfer belajar itu ada tiga macam, yaitu: teori
disiplin formal, teori komponen-komponen identik, dan teori generalisasi.
Kemudian macam - macam transfer belajar itu ada empat, yaitu: transfer
positif, transfer negatif, transfer vertikal, dan transfer lateral. Sedangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah taraf inteligensi dan
sikap, metode guru dalam mengajar, dan isi mata pelajaran.
Demikian penjelasan makalah yang dapat kami buat, kami sadar bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif
sanagt kami harapkan demi kebaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pemakalah maupun pembacanya, aamiin. Sekian dan
terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2011


Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2006
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada. 2005
http://www.anekamakalah.com/2013/02/belajar-dalam-perspektif-al-quran-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai