Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR”

Oleh 18 BKT 09

Kelompok 6

Andriana (18129045)

Marsya Yolanda Putri (18129192)

Tania Cantika (18129320)

Dosen Pembimbing : Drs. Muhammadi, M.si

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikamat
yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur
karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Muhammadi selaku dosen pengampu mata pelajaran Psikologi Pendidikan di
SD serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik
isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangan mengharap kritik dan
saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca
dan khususnya bagi kami. Amin.

Bukittinggi, 1 Mei 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 1
C. Tujuan Makalah………………………………………………………... 1

II. PEMBAHASAN
A. Gaya Belajar .........................................................……………………….
2
B. Kepribadian dan Tempramen....................................……………………4
C. Sosial ekonomi dan Budaya..................................…………………………
7
D. Pendekatan Pembelajaran Sesuai Dengan Perbedaan Individu … 9

III. PENUTUP
A.Kesimpulan.................................................................................................12
B.Saran...........................................................................................................13

DAFTAR RUJUKAN……….…………...………………………………… 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda


antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi,
yakni horizontal dan vertical. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan
individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat,
ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan,
tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar
pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor
keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua
faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan,
namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada
gilirannya ternyata tidak ada dua individu yang sama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan gaya belajar ?
2. Apakah yang dimaksud dengan kepribadian dan temparmen ?
3. Bagaimana pendekatan pembelajaran sesuai dengan perbedaan individu
?

C. TUJUAN

Untuk lebih memahami tentang perbedaan gaya belajar dan kepribadian


setiap individu siswa. Agar sebagai seorang guru nantinya bisa mengatasi
berbagai macam perbedaan individu dalam belajar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. GAYA BELAJAR

1. Pengertian.

Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan


mendorong. siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah
ditentukan (Kosasih A Jahiri, 1978,h.7).

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam


pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika
menyadari bahwa bagaimana seseorang menyerap dan mengolah
informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi sesuatu yang mudah dan
menyenangkan(Nunan, 1991: 168).

Setiap anak atau peserta didik memiliki cara belajar sendiri yang di
pandang efektif dalam belajar. Cara belajar atau kesenangan belajar yang
sering juga disebut gaya belajar (learning style) diartikan sebagai
karakteristik dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara
mengumpulkan infomasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan
memikirkan informasi tersebut.

Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar


visual: yaitu gaya belajar yang lebih banya menggunakan alat indra
penglihatan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik
anak yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh
pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, dan
menyukai metode demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah.
Kedua Gaya belajar auditorial: yaitu gaya belajar yang lebih banyak
menggunakan indra pendengaran untuk memperoleh pengetahuan.
Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah

2
memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis
tetapi mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca,
lebih suka gurauan dari pada membaca buku, dan menyukai metode
ceramah. Ketiga Gaya belajar kinestetik: yaitu gaya belajar yang lebih
menekan geralk atau praktek langsung atas apa yang sedang dipelajarinya.
Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka
mengerjakan sendiri atau praktek langsung, banyak bererak, ketika
membaca menggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai permainan yang
menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu.

Dengan adanya tiga gaya tersebut, guru dapat mengidentifikasi


gaya belajar peserta didiknya, sehingga dapat memberikan layanan kepada
peserta didiknya sesuai dengan gaya belajar masing-masing peserta didik.
Dengan demikian masing-masing peserta didik dapat belajar dengan
optimal.

b. Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir

Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam


wacana tentang pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan
mendalam/dangkal.

Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual,


yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan
lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu
jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali lebih banyak
melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Dibandingkan
murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas
berikut :

· Mengingat informasi yang terstruktur

· Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks

· Memecahkan problem dan membuat keputusan

3
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih
mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada
informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi.

Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid


mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka
untuk memahami makan materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar
mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang
belajar menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang
mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka
cenderung belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi.
Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif
memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa
yang perlu diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan
konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam
lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar
dangkal (surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada
penghargaan dari luar, serta pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow,
Corno, &Jackson, 1996).

B. KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN

1. Kepribadian

Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan


perilaku tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi
dunianya. Lima faktor utama dalam kepribadian yaitu openness,
conscientiousness, extraversion, agreableness, dan neuroticsm.

a) Openness (keterbukaan kepada pengalaman)

· Imajinatif atau praktis

· Tertarik pada variasi atau rutinitas

· Indenpenden atau mudah menyesuaikan diri

4
b) Conscientiousness (kepatuhan)

· Rapi atau tidak rapi

· Perhatian atau cereboh

· Disiplin atau impulsif

c) Extraversion

· Terbuka secara sosial atau menyendiri

· Suka bersenang atau bersedih

· Kasih sayang atau sebaliknya

d) Agreableness (kepekaan nurani)

· Berhati lembut atau kasar

· Percaya atau curiga

· Membantu atau tidak kooperatif

e) Neuroticism (stabilitas emosional)

· Tenang atau cemas

· Merasa aman atau tidak aman

· Puas pada diri atau mengasihani diri sendiri

Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk


mengkarakterisi kepribadian individual bukan hanya berdasarkan pada
ciri bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya.
Interaksi orang-situasi adalah pandangan yang menyatakan bahwa cara
terbaik untuk mengkonseptualisasikan kepribadian bukan hanya dari
segi ciri atau karakteristik pesonal saja, tetapi juga dari segi situasinya.
Teori interaksi orang-situasi memperkirakan bahwa murid yang
ekstravert akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk
bekerja sama dengan murid lain, sedangkan murid yang introvert akan
mampu beradaptasi dengan lebih baik jika dia diminta mengerjakan

5
tugas secara sendirian. Murid ekstravert akan lebih senang apabila
bersosialisasi dengan banyak orang di sebuah pesta, sedangkan murid
introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu
teman. Kesimpulannya, jangan menganggap bahwa kepribadian itu
akan selalu membuat seseorang berperilaku tertentu di semua situasi.
Konteks atau situasi juga penting (Burger,2000; Derlega, Winstead, &
Jones, 1999). Pantau situasi dimana murid dengan berbagai
karakternya yang berbeda tampak merasa nyaman, dan beri mereka
kesempatan untuk belajar dalam situasi tersebut.

2. Temperamen

Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya


dalam memberi tanggapan atau respons. Klasifikasi yang paling
terkenal adalah klasifikasi oleh Alexander Chess dan Stella Thomas
( Chess & Thomas, 1997; Thomas & Chess, 19991). Mereka percaya
bahwa ada tiga tipe atau jenis tempramen:

 “Anak mudah” (easy child) biasanya memiliki mood positif,


cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan
pengalaman baru.
 “Anak sulit” (difficult child) cenderung bereaksi negatif,
cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan lamban dalam
menerima pengalaman baru.
 “Anak lamban bersikap hangat” (slow-to-warm-up child)
biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukan
kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah.

Dalam satu studi, remaja bertempramen sulit biasanya mudah


tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman &
Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi
label”diluar kendali”(mudah tersinggung dan terganggu) yang
diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya
dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15

6
tahun(Caspi, dkk., 1995). Klasifikasi tempramen sekarang ini lebih
difokuskan pada;

 sikap dan pendekatan positif


 sikap negatif dan
 usaha kontrol (pengaturan diri).

C. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

1. Sosial Ekonomi

Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan


penghasilan orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya.
Meskipun tidak mutlak tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi
sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya
terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan
penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap
pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang
diberikan pada anak dan mungkin waktu disediakan untuk mendidik
anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status ekonomi dapat
membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang
diterapkan dalam keluarga.

2. Budaya

Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat


juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam
masyarkat memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan
atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan
dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing masyarakat
berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing
masyarakat berbeda satu dengan lainnya.

7
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat
dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian
manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah
sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi,
menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak
di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan
sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi
kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”yang
berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu
interaksi yang saling menguntungkan

Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan


dan seterusnya kebudayaanakan dapat berkembang melalui
kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat
sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan
kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi
kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian
yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif
untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut.
Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut
sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang
memasung kreativitas peserta didik.Kebudayaan sebenarnya adalah
istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan
demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah-
laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari
orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat betapa
pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian
manusia.Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan
dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan
psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku
manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.

8
Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku
manusia. Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap
perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar
maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan di
mana pribadi itu hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan
pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan
kepribadian manusia sebagai berikut.

 Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak


disadari untuk belajar.
 Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan
reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan
kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-
perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
 Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment”
terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan
mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai
dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman
terhadap perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik
ketentraman hidup suatu masyarakat budaya tertentu.
 Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan
tertentu melalui prosesbelajar.

D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN PERBEDAAN


INDIVIDU

Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta


didik tertentu atau kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran
yang lebih khusus untuk seluruh kelas agar peserta didik menyukainya.
Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman.

a) Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam.

9
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan
peserta didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya
merupakan alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk
menunjukkan keberhasilan individu dan seluruh kelas.

b) Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus


menerus dari kebutuhan belajar peserta didik.

Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan


dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk
merencanakan pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan
hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih
efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang
dikatakan peserta didik atau menciptakan informasi yang berguna
untuk dipahami peserta didik.

c) Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai.

Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap


peserta didik merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik
atau menyenangkan.

d) Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam


pembelajaran.

Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran


dan merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi,
guru mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka
untuk membuat keputusan tentang kelas. Hasilnya peserta didik
menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

10
1. Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam

Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi


harus dipahamani dan keterampilan tetap konstan untuk semua
peserta didik. Apa yang biasanya berubah dalam kelas yang
beragam adalah bagaimana peserta didik mendapatkan akses materi
pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa mendiferensiasi
akses terhadap isi termasuk dalam hal :

 Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk


membantu temannya memahami konsep matematika atau
IPA;
 Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan;
 Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca
untuk mendukung dan memberikan tantangan kepada
peserta didik yang bekerja dengan materi teks;
 Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang
membutuhkan dengan cara lain; dan
 Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video
sebagai cara untuk menyampaikan konsep utama kepada
berbagai peserta didik.
 Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi
kemampuan menggunakan keterampilan untuk memahami
ide utama dan mempunyai tujuan pembelajaran.
 Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang
dicapai peserta didik.

Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik


untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya,
sebuah produk bisa berupa portofolio karya peserta didik, penampilan
solusi dari suatu soal/masalah, laporan akhir, soal-soal eksplorasi.
Hasil belajar yang baik membuat peserta didik memikirkan

11
kembali apa yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat
dilakukan, dan memperluas pemahaman dan ketrampilan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan mendorong


siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan (Kosasih A
Jahiri, 1978). Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar
visual: yaitu gaya belajar yang lebih banya menggunakan alat indra penglihatan
sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan.

Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah


memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, dan
menyukai metode demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah. Kedua
Gaya belajar auditorial: yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra
pendengaran untuk memperoleh pengetahuan.

Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah


memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tetapi
mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca, lebih suka
gurauan dari pada membaca buku, dan menyukai metode ceramah. Ketiga Gaya
belajar kinestetik: yaitu gaya belajar yang lebih menekan geralk atau praktek
langsung atas apa yang sedang dipelajarinya. Karakteristik anak yang memiliki
gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktek langsung,
banyak bererak, ketika membaca menggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai
permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu.

Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku


tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Lima
faktor utama dalam kepribadian yaitu openness, conscientiousness, extraversion,
agreableness, dan neuroticsm.

12
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam
memberi tanggapan atau respons.

B. Saran

Kami menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi
kami menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini
maka saran-saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan
kami dan menjadikan semua itu bahan acuan untuk memotivasi dan
menyempurnakan makalah kami.

13
DAFTAR RUJUKAN

Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sumadi Suryabrata.,2004, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo


Persada, Jakarta,

14

Anda mungkin juga menyukai