Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TRANSFER DALAM BELAJAR

Disusun Oleh :

RAHMAT EFENDI

BUNGA LUBIS

MAULINA SARI

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari matapelajaran
yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan
sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar
yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran
yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tsb. dapat berupa
pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dll..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran
harus membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Karena transfer belajar penting bagi
perkembangan ketrampilan anak maka pemakalah ingin mengambil judul Transfer Belajar .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah transfer belajar itu?
2. Apa saja pandangan-pandangan tentang transfer belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti transfer belajar
Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris “transfer of learning” dan berarti :
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke
bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Pemindahan atau pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang
diperoleh, digunakan di suatau bidang atau situasi diluar lingkup bidang studi dimana hasil
itu mula-mula diperoleh. Misalnya, hasil belajar bidang studi geografi, digunakan dalam
mempelajari bidang studi ekonomi; hasil belejar dicabang olahraga main bola tangan,
digunakan dalam belajar main basket; hasil belajar dibidang fisika dan kimia, digunakan
dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat
berupa pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
ketrampilan motorik dan sikap. Berkat pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu,
seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu
dibidang studi yang lain.

Transfer dalam belajar ada yang bersifat psitif dan ada yang negatif. Transfer belajar disebut
positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat
diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru, contoh ketampilan mengendarai sepeda
motor, akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat. Atau
dengan kata lain, respon yang lama dapat memudahkan untuk menerima timulus yang baru.
Disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk
menerima pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan
bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh
seseorang selama tinggal di indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia
dipindah ke salah satu negara eropa barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah
kanan jalan.
Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa transfer dapat
digolongkan dalam empat kategori yaitu :

a. Transfer positip dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru membantu si belajar
untuk belajar dalam situasi tertentu dan akan memudahkan siswa untuk belajar dalam
situasi-situasi lainnya. Transfer positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk
mempelajari materi yang lain.

b. Transfer negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi tertentu memiliki
pengaruh merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi yang
lain. Sehubungan dengan ini guru berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-
siswanya dari situasi belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan
belajar dimasa depan.

c. Transfer vertikal (tegak); terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran yang telah
dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam menguasai pengetahuan atau
ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya dengan menguasai materi tentang
pembagian atau perkalian maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang
pangkat. Agar memperoleh transfer vertikal ini guru dianjurkan untuk menjelaskan kepada
siswa secara eksplisit mengenai manfaat materi yang diajarkan dan hubungannya dengan
materi yang lain. Dengan mengetahui manfaat dari materi yang akan dipelajari dengan
materi lain yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi diharapkan ia akan mengikuti
pelajaran ini dengan lebih serius.

d. Transfer lateral (ke arah samping) terjadi pada siswa bila ia mampu menggunakan materi
yang telah dipelajari untuk mempelajari materi yang memiliki tingkat kesulitan yang sama
dalam situasi lain. Dalam hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu
hasil belajar siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang tambahan, dengan
menguasai materi tambahan maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang lebih
tinggi tingkat kesilitannya misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang
siswa STM telah mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah mempelajari
teknologi mesin lain yang memiliki elemen dan tingkat kerumitan yang hampir sama.

B. Beberapa pandangan tentang tranfer belajar

1. Teori disiplin formal


Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan
manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang
berdiri sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-
lain.

Menurut teori daya (formal disiplin) daya-daya jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih.
Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang
lain yang menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah transfer belajar. Misalnya
seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat, mula-mula
ia melempar-melempar dengan batu, kemudian disekolah ia sering bermain kasti sehingga
terlatih pula melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah melatih daya
melemparnya dengan baik, nantinya jika ia telah dewasa dan menjadi dewasa dapat
menjadi pelempar granat yang baik. Contoh lain murid-murid dilatih belajar sejarah. Dengan
mempelajari pelajaran sejarah tidak boleh tidak daya ingatannya sering digunakan untuk
mengingat-ingat bermacam-macam peristiwa, ingatan anak itu makin terlatih dan makin baik
terhadap pelajaran itu. Maka pendapat menurut teori daya daya ingatan yang telah terlatih
baik bagi pelajaran itu dapat digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.
Demikian, menurut teori daya pada tiap mata pelajaran disekolah pendidik perlu melatih
daya-daya itu (daya ingatan, berpikir, merasakan, dan sebagainya) sehingga daya-daya
yang sudah terlatih itu akan dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dan bagi
pekerjaan pekerjaan lain diluar sekolah. Sekolah yang menganut teori daya ini, sudah tentu
mengutamakan terlatihnya semua daya-daya jiwa anak, dari pada nilai atau kegunaan mata
pelajaran. Berguna atau tidaknya materi/isi mata pelajaran itu dalam praktek dikemudian
hari, tidak menjadi soal. Yang penting, apapun yang diajarkan asal dapat melatih daya-daya
jiwa adalah baik. Penganut teori daya beranggapan bahwa anak-anak yang pandai di
sekolah suadah tentu akan pandai pula dimasyarakat.

2. Teori elemen identik


Pandangan ini dipelopori oleh edward thorndike, yang berpendapat bahwa transfer belajar
dari satu bidang studi kebidang studi yang lain atau idang studi sekolah ke kehidupan
sehari-hari, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang studi
atau antara bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak unsur yang
sama makin besar kemungkinan terjadi tarnsfer belajar.Dengan kata lain terjadinya transfer
belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur. Misalnya antara
bidang studi aljabar dan ilmu ukur dll.
Mula-mula thorndike mengartikan “elemen identik” sebagai unsur yang sungguh-sungguh
sama (=identik) kemudian pengertian identik diartikan sebagai “ada kesamaan, sejenis”
perubahan pandangan ini membuat teorinya tentang transfer belajar lebih mudah dapat
diterima.
menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur
tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan
semakin besar terjadinya transfer belajar positip.
3. Teori generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh charles judd yang berpendapat bahwa Menurut teori ini
transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan
prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat
ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu
mula-mula diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi” yaitu
mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang
khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah,
prinsip dan siasat-siasat pemecahan problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb.
tidak terdapat dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan
dalam prinsip.

C. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar

1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan/materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
5. Sikap dan usaha guru
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Transfer belajar pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang
studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup
pendidikan sekolah.

2. Ada tiga teori tentang trnsfer belajar


a. Teori disiplin formal
b. Teori elemen identik
c. Teori generalisasi

3. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar


a. Proses belajar
b. Hasil belajar
c. Bahan/materi bidang-bidang studi
d. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
e. Sikap dan usaha guru
REFERENSI

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta : Media Abadi, 2004)


M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996)
http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajar/
http://ridho05.multiply.com/reviews/item/1
Share this:

Anda mungkin juga menyukai