Anda di halaman 1dari 7

UTS DAN UAS

FILSAFAT ILMU
Dosen: Amin Silalahi, BA, MBA, DMS

Oleh:

Nama : Yenia Nur Rohmah S.E


NIM : 20201861030139
Kelas : Induk

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
IKIP PGRI JEMBER
Jl Jawa No 10 Jember Telp (0331) 335823 Fax (0331) 335977
PROGRAM PASCASARJANA
Ujian UTS Filsafat Ilmu
Dikumpulkan Sabtu, 13 Februari 2021!
Sifat terbuka! Menjawab pertanyaan harus merujuk kepada pokok bahasan yang sudah
dikirimkan melalui edmodo oleh pengampu mata kuliah filsafat ilmu!
Syarat: Mahasiswa yang kedapatan jawabannya sama dengan mahasiswa lain mulai dari
awal sampai akhir sama berarti semua jawaban akan digugurkan nilainya!
Bagaimana anak didik anda mengetahui mata pelajaran yang anda ajarkan?
NB: menjawab pertanyaan ini hendaknya sistematis!
Nilai akan rendah kalau tidak diikuti dengan bahan pokok bahasan di filsafat
ilmu!
Harus dikumpulkan dalam bentuk fisik dan dikumpulkan di pascasarajana IKIP
PGRI Jember!

Ujian UAS Filsafat Ilmu


Dikumpulkan Sabtu, 13 Februari 2021!
Sifat terbuka! Menjawab pertanyaan harus merujuk kepada pokok bahasan yang sudah
dikirimkan melalui edmodo oleh pengampu mata kuliah filsafat ilmu!
Syarat: Mahasiswa yang kedapatan jawabannya sama dengan mahasiswa lain mulai dari
awal sampai akhir sama berarti semua jawaban akan digugurkan nilainya!
Bagimana anda mengetahui sebagai guru atau sebagai seorang mahasiswa
pascasarajana?
NB: menjawab pertanyaan ini hendaknya sistematis!
Nilai akan rendah kalau tidak diikuti dengan bahan pokok bahasan di filsafat
ilmu!
Harus dikumpulkan dalam bentuk fisik dan dikumpulkan di pascasarajana IKIP
PGRI Jember!
PEMBAHASAN

Untuk menjawab persoalan diatas, kami menggunakan pendekatan konsep dasar


filsafat ilmu, yaitu empirisme atau ketergantungan terhadap bukti. Empirisme adalah
cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami
selama kehidupan. Dalam hal ini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari
pengamatan atau pengalaman. Hipotesis ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode
empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan
eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini
dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori
yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.

Jawaban UTS

Memandang kasus diatas, saya melihat terdapat dua variabel dasar, yakni peserta
didik dan mata pelajaran. Variabel tersebut merupakan unsur penting yang terdapat
dalam esensi proses pembelajaran dengan bertujuan mampu mentransfer informasi dari
sumber (pendidik) kepada peserta didik. Beberapa uraian dibawah kami akan
menggunakan aspek epistimologi, ontology, dan aksiologi yang dideskripsikan secara
random dan saling menguatkan.

a. Peserta Didik.
Dalam usaha mendefenisikan istilah peserta didik, terlebih dahulu perlu
dipahami beberapa sebutan lain dalam Bahasa Indonesia, yaitu istilah murid, dan
peserta didik. Istilah murid dipahami sebagai orang yang sedang belajar, menyucikan
diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Peserta didik dipahami sebagai pendidik
menyayangi murid sebagaimana anaknya sendiri dan dalam hal ini faktor kasih
sayang pendidik terhadap peserta didik dianggap kunci keberhasilan pendidikan.
Adapun istilah peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir, istilah ini
menekankan pentingnya peserta didik berpartisipasi dalam proses pembelajaran
(aspek epistimolgi). Dengan demikian, menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh
Zainuddin et.al perubahan sebutan dari murid ke peserta didik lalu menjadi peserta
didik, bermaksud memberikan perubahan pada peran peserta didik dalam proses
belajar mengajar (aspek ontologi).
Pendidikan umum, mengartikan peserta didik sebagai raw input (masukan
mentah) dalam proses trnsformasi yang disebut dengan pendidikan (Muri
Yusuf,1982:37). Lebih jauh dijelaskan bahwa peserta didik adalah anak yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis (Muhaimin dan Abdul
Mujib,1993:177), untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga pendidikan
(aspek aksiologi).
Peserta didik merupakan sasaran (obyek) dan sekaligus sebagai subyek
pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik
perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya secara
umum peserta didik memiliki lima ciri (aspek epistimologi, yaitu:
 Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan
berdaya untuk menggunakan kemampuan , kemauan dan sebagainya.
 Mempunyai keinginan untuk berkembang kearah dewasa.
 Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
 Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-
potensi dasar yang dimiliki secara individu.
b. Mata pelajaran.
Pembahasan terkait dengan mata pelajaran merupakan hasil dari pengembangan
kajian terkait dengan kurikulum. Oleh karena itu, saya akan mengkaji kurikulum
dalam memberikan argumentasi fundamental terhadap kajian ini.
Secara etimologi/harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang
berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari
bahasa Perancis courier yang berarti berlari. Sedangkan dalam bahasa yunani
kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat
berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman romawi kuno
di yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai garis finish (aspek epistimologi). Sedangkan dalam bahasa
arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Secara Terminologi, Menurut Crow and Crow sebagaimana dikutip Abuddin
Nata, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh
ijazah. Syafaruddin memaknai kurikulum sebagai rencana kegiatan dan pengalaman
belajar yang diprogramkan dan diselenggarakan oleh sebuah sekolah. Hasan
Langgulung mendefenisikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian baik yang berada di dalam maupun di
luar kelas yang dikelola oleh sekolah (aspek ontologi).
Secara umum para perancang kurikulum dewasa ini menetapkan cakupan
kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan dengan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Kedua, bagian yang berisi
pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas, dan pengalaman-
pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa
mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus. Ketiga, bagian yang berisi
metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut. Keempat, bagian yang
berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran
mata pelajaran tertentu (aspek epistimologi).
Hasil Kajian.
Berdasarkan pendekatan empiris/berdasarkan bukti saya sebagai guru, dua
variabel diatas merupakan dasar dari terlaksananya tujuan pendidikan, yakni yang
dijelaskan Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 tentang atau mengenai sistem
pendidikan nasional pasal 3 mengenai tujuan pendidikan yaitu, mengembangkan
potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta juga bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, berakhlak mulia,  kreatif,
mandiri dan juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ketika guru/pendidik memahami peserta didik, maka guru tersebut akan
menggunakan kurikulum yang dibutuhkan oleh peserta didik berdasarkan
kemampuan peserta didik tersebut. Pemahaman guru/pendidik terhadap kurikulum
mata pelajarannya akan menjadikan pijakan guru tersebut untuk menentukan media
pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar akan terlaksana efektif dan efisien
hingga terlaksana tujuan pendidikan dan memiliki dampak/output yang baik terhadap
sekitar.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa, dengan pemahaman diatas, bahwa
dampak/output pembelajaran merupakan bentuk penguasaan atau pemahaman
peserta didik terjadap bahan ajar yang diajarkan oleh pendidik/guru.

Jawaban UAS.

Kasus diatas akan kami deskripsikan tidak jauh beda dengan pendekatan
sebelumnya, namun orientasi kajian ini lebih mengacu pada konsep mengajar yang saya
alami sebagai guru. Penguraian berbentuk random yang saling menguatkan dari setiap
argumentasi yang terpaparkan.

a. Pengertian Mengajar.
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi
antara keduanya terdapat suatu hubungan yang erat sekali. Bahkan antara keduanya
terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Antara kedua kegiatan itu saling
mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.
Menurut Oemar Hamalik, mengajar memiliki beberapa definisi penting,
diantaranya (aspek ontology):
 Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di
sekolah.
 Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan sekolah.
 Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa.
 Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
 Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara
yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
 Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa “Mengajar
adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa guna membantu siswa menghadapi
masalah yang terdapat pada kehidupan sehari-hari” (aspek aksiologi).
b. Belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan
atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.
Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-
anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar
informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Di samping
itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar (aspek epistimologi).
sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila
anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu
walaupun tanpa pengetahuan mengenal arti, hakekat, dan tujuan keterampilan
tersebut. (aspek epistimologi).
Menurut Skinner, seperti dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar
adalah … a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan
eksperimennya, B. F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce) aspek
ontology). Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori
belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan
bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus
(rangsangan) dengan respon (tanggapan, reaksi). Namun, patut dicatat bahwa definisi
yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan
menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menetangnya.
Hasil kajian.
Berdasarkan pendekatan ontologi dan aksiologi diatas, memiliki gambaran dan
kesamaan persepsi dengan kajian empiris saya sebagai guru. Proses belajar mengajar
merupakan serangkain peristiwa yang berorientasi pada tujuan pembelajaran baik
menggunakan metode, model dan media apapun. Garis beras proses belajar mengajar
adalah adanya interaksi baik vertikal maupun horizontal dalam sebuah lembaga atau
non lembaga antara pendidik dan peserta didik dalam rangka proses transfer
informasi atas kajian atau tema tertentu.

Anda mungkin juga menyukai