Anda di halaman 1dari 14

KOMPONEN-KOMPONEN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Siti Aminah1, Arfina Putri Damayanti2, Aldi Saputra3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Amin
2
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Amin
3
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Amin
aminahstit21@gmail.com
arfinaputri928@gmail.com
aldisaputra14@gmail.com

Abstrak

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara
melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang
proses belajar mengajar disekolah telah mengalami perkembangan seiring dengan pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Guru sebagai salah satu personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus dapat mengikuti berkembangnya
konsep- konsep baru dalam dunia pengajaran. Begitu pula para supervisor pendidikan,
pengawas, penilik dan pengelola lembaga pendidikan juga mengikuti perkembangan tersebut.

Hasil kajian menunjukan bahwa proses belajar mengajar sebagai obyek penilaian
sangat tepat untuk dilakukan, khususnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Upaya
peningkatan mutu pendidikan dilakukan mendasarkan pada hasil penilaian proses belajar
mengajar.

Kata Kunci: Komponen proses belajar mengajar, jalur belajar

I. PENDAHULUAN

Belajar dan mengajar adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan edukatif. Belajar dan mengajar dikatakan sebuah bentuk edukasi
yang menjadikan adanya suatu interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dalam hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru secara sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya untuk kepentingan
dalam pengajaran.

Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar bersifat continiu,
fungsional, positif, aktif, dan terarah. Proses perubahan tingkah laku dapat terjadi dalam
berbagai kondisi berdasarkan penjelasan dari para ahli pendidikan dan psikologi. Adapun
mengajar adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran,
metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar. Kemudian, keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar dapat dilihat melalui
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Dengan
demikian, efektivitas sebuah proses belajar dan pembelajaran ditentukan oleh interaksi
diantara komponen-komponen tersebut.

Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai pemahaman tentang hakikat
belajar dan mengajar yang merupakan penjelasan tentang makna proses belajar dan jalur jalur
belajar. penjelasan tentang komponen-komponen proses belajar mengajar.1

.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Kami merujuk dari jurnal
penelitian Tri Wahyu Budiutomo “MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI
PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR” yang berasal dari mahasiswa Pascasarjana
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. Adapun kelebihan dari jurnal ini adalah menjelaskan
Mutu Pendidikan Melaui Penilaian Proses Belajar Mengajar. Tapi jurnal ini memiliki
pemebahasan komponen-komponen proses belajar mengajar dan jalur-jalur belajar. hasil-
hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik tentang makna proses

1
Aprida pane, Muhammad Darwis Dasopang, “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Fitrah jurnal kajian ilmu-ilmu
keislaman IAIN Padangsidimpuan, Desember 2017, hlm 33-34
belajar dan mengajar, penjelasan tentang komponen-komponen proses belajar mengajar dan
jalur jalur belajar. .

III. METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian kajian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan teknik
sampling purposif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepustakaan (library research), yaitu peneliti akan mengkaji pokok masalah melalui literatur-
literatur atau referensi-referensi yang berkaitan dan relevan dengan judul penelitian ini

IV. HASIL PEMBAHASAN


1 Belajar

Belajar. Banyak definisi yang diberikan tentang belajar, Menurut Gage (1984)
sebagai penganut teori-teori perilaku, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di
mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar merupakan
perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan
respon-responmenurut prinsip-prinsip mekanistik.

Menurut teori-teori Gestalt-field, belajar merupakan suatu proses perolehan atau


perubahan insight-insight, pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau pola-pola
berpikir. Dalam mempermasalahkan belajar bagi siswa, penganut teori ini lebih menyukai
istilah-istilah orang dari pada organisma, lingkungan psikologis dari pada lingkungan fisik
atau lingkungan biologi, dan interaksi dari pada aksi atau reaksi. Mereka berpendapat bahwa
konsep-konsep orang, lingkungan psikologi, dan interaksi lebih memudahkan para guru
dalam memberikan proses-proses belajar. Konsep-konsep ini memungkinkan guru untuk
melihat seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya, semuanya itu terjadi
pada waktu yang sama, inilah artinya “field”.

Bigge (1982) mencoba merangkum kedua perbedaan antara teori perilaku dan gestalt
sebagai berikut. Teori perilaku menafsirkan belajar sebagai perubahan-perubahan tentang
kekuatan variabel-variabel hipotesis yang disebut hubungan-hubungan S-R (stimulus-
respon), asosiasi-asosiasi, kekuatan-kekuatan kebiasaan, atau kecenderungan-kecenderungan
perilaku. Sedangkan teori “Gestalt-fields“ mendefinisikan belajar sebagai reorganisasi
perseptual atau“cognitif fields” untuk memperoleh pemahaman.

Mendasarkan pada uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman, dan dianggap
sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Belajar merupakan suatu proses yang
terjadi pada diri seseorang, dengan tahap-tahapan, mengerti, memahami, internalisasi atau
menghayati kemudian mengamalkan ( berperilaku akibat obyek belajar).

2 Proses Belajar dan Mengajar


Proses belajar mengajar. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa,
suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam
proses belajar tersebut guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, efektif dan
psikomotoriknya. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru karena
tugas profesinya. Terdapat beberapa pengertian tentang mengajar. Engkoswara (1984:1)
mengemukakan tiga pengertian,yaitu:“(1) mengajar adalah menyampaikan pengetahuan
dan ilmu pengetahuan dari seorang guru pada murid-murid; (2) mengajar ialah
menanamkan sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilandasar dari seseorang
yang telah mengetahui dan menguasainya kepada seseorang; (3) mengajaradalah
membimbing seseorang atau kelompok orang supaya belajar berhasil. Ketiga definisi itu
dapat ditafsirkan pula secara luas dan berbeda-beda Namun, perbedaan itu tidak menjadi
persoalan, yang penting ialah bahwa mengajar mempunyai pautan dengan
belajar.”Berdasarkan pada ketiga definisi tersebut di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa mengajar adalah membimbing seseorang atau sekelompok orang supaya belajar
berhasil. Oleh karena itu, proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai program dan
kegiatan yang dirancangdan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya. Program
dan kegiatan yang dirancang meliputi: materi, metode mengajar, fasilitas mengajar dan
kondisi lingkungan yang diharapkan. Proses belajar berkaitan erat dengan kegiatan
mengajar yang dilakukan oleh guru. Sehingga sering disebut sebagai proses belajar
mengajar2

3 Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar

2
Triwahyu Budiutomo, “ PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELAUI PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR”
Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol.6 No.1 Januari 2015.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya dalam suatu proses pendidikan. Belajar merupakan segala
tindakan yang dilakukanyang dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima isi,
materi atau hal yang disampaikan. Sedangkan mengajar merupakan segala sesuatu
yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar atau penyampai informasi.
Belajar merupakan proses aktif yaitu mereaksi semua situasi di sekitar
individu. Sedangkan mengajar merupakan proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong siswa dan
melaksanakan proses belajar. Keduanya harus saling terpadu agar terbentuk interaksi
di dalam proses tersebut.
Proses pengajaran juga tidak dapat datang begitu saja tanpa pengaturan dan
perencanaan yang seksama. Karena dalam suatu proses perlu adanya arahan agar
dapat terlaksananya suatu tujuan yang telah ditetapkan, dimana suatu tujuan dalam
proses belajar mengajar masuk dalam bagian-bagian komponen-komponen proses
belajar mengajar yaitu sebagai berikut :.
a Pengertian Komponen Proses Belajar Mengajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata komponen memiliki arti bagian
dari keseluruhan, atau dapat juga disebut unsur. Pada hakikatnya yang disebut
komponen proses belajar mengajar adalah pengaruh, bimbingan, arahan dari
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri
dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud
adalah semua aspek yang ada sudah matang yaitu meliputi cipta, rasa dan
karsanya.
b Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar
1 Tujuan
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama
yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan
rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki
siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam
proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil
belajar yang diharapkan.
 Tujuan pendidikan nasional (TPN)
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem
nilai Pancasila dirumuskan dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003
pasal 3, yang merumuskan bahwa pendidikan nasional befungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
 Tujuan Institusional
Tujuan ini didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh
etiap siswa setelahmereka menempuh atau dpat menyelesaikan
program disuatu lembaga pendidikan tertentu. Dalam peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar komperensi pada pendidikan menengah adalah meletakan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Standar kompetensi pada pendidikan ini bertujuan untuk
meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai kejuruannya.
Standar kompetensi pada pendidikan tinggi bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian,
dan sikap untuk menemukan, mengenbangkan, serta menerapkan
ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
 Tujuan Kurikuler
Merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat juga didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam sutu lembaga
pendidikan. Dan suatu tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan
diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
 Tujuan Intruksional
Dalam klasifikasi tijuan pembelajaran, tujuan pembelajaran atau yang
disebut dengan tujuan intruksional merupkan tujuan yang paling
khusus. Karena hanya gurulah yang memahami kondisi lapangan,
termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran di suatu sekolah maka tujuan pembelajaran ini adalah
tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru
perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak
didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran.
Dari beberapa tujuan diatas, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
nasional merupakan sasaran akhir dari proses pendidikan, melahirkan
tujuan-tujuan institusional atau tujuan lembaga pendidikan. Tujuan
lembaga pendidikan itu selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa tujuan
kurikuler atau tujuan bidang studi, dan kemudian dijabarkan lagi ke dalam
tujuan pembelajaran, atau tujuan yang harus dicapai dalam satu kali
pertemuan.
2 Isi/Materi
Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses
pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan
sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bias dibenarkan manakala
tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject
centered teaching).
Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa, sebab peran dan tugas guru adalah sebagai sumber belajar.
Materi pelajaran tersebut biasanya tergambarkan dalam bentuk teks.
Namun, dalam setting pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian
tujuan dan kompetensi, tugas dan tanggungjawab guru bukanlah sebagai
sumber belajar. Dengan demikian, materi pelajaran sebenarnya bisa
diambil dari berbagai sumber.
Secara umum sifat bahan pelajaran dapat dibedakan menjadi beberapa
katagori yakni :
Fakta
Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda yang wujudnya
dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Fakta dapat dipelajari
melalui informasi dalam bentuk lambang, kata-kata, istilah, pernyataan
sifat, dan lain-lain.
Konsep atau pengertian
Yaitu serangkaian perangsang yang mempunyai sifat-sifat yang sama.
Hakikat konsep adalah klasifikasi dari pola yang bersamaan. Contoh
konsep adalah keluarga, masyarakat, pendidikan, dan lain-lain.
Mempelajari konsep lebih sulit daripada mempelajari fakta.
Prinsip
Prinsip pokok yang telah diterima dengan baik dan teruji kebenarannya
dinamakan hokum. Dan mempelajari prinsip lebih sulit daripada
mempelajari konsep. Apabila prinsip telah dikuasai, banyak fakta yang
diperolehnya melalui penarikan kesimpulan secara logis.
Keterampilan
Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan
manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan
dapat dibedakan menjadi dua katagori, yakni keterampilan fisik
(psikomotor) dan keterampilan intelektual (otak). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pengajaran :
Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
Yang ditulis dalam perencanaan mengajar terbatas pada konsep saja
atau garis besarnya.
Bahan pengajaran harus serasi dengan urutan tujuan.
Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan, yaitu bahan
yang satu dengan bahan yang berikutnya terdapat hubungan fungsional
ataupun menjadi dasar bagi bahan berikutnya.
Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang
mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak.
Sifat bahan ada yang faktual (konkrit dan mudah diingat) dan ada yang
konseptual (konsep abstrak yang memerlukan pemahaman).
3 Strategi atau metode
Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi. Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas
dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan
alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran
terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan yaitu :
Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai,
misalnya :
Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
aspek kognitif, afektif atau psikomotor?
Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi
pembelajaran :
Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
Pertimbangan dari sudut siswa
Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan
siswa?
Pertimbangan-pertimbangan lainnya
Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
Adapun beberapa contoh metode yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar yaitu :
a. Metode ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
b. Metode tanya jawab
Merupakan metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi antara guru dan siswa.
c. Metode diskusi
Merupakan metode tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-
unsur pengalaman secara teratur dengan maksud pengertian bersama
secara lebih jelas.
d. Metode tugas belajar dan resitasi
Metode ini tidak sama dengan dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih
luas dari itu.
e. Metode kerja kelompok
Dalam hal ini siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan
ataupun kelompok-kelompok kecil.
f. Metode demonstrasi dan eksperimen
Yaitu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses
terjadinya sesuatu.
g. Metode sosio-drama (role-playing)
Yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial.
h. Metode Problem Solving
Metode ini tidak sekedar memcahkan masalah, tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir.
i. Metode sistem regu (team teaching)
Yaitu metode mengajar dua orang guru atau lebih yang bekerjasama
untuk mengajar sebuah kelompok siswa.
4 Media
Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti
perantara atau pengantar, secara lebih rinci beberapa pendapat ahli
tentang media pembelajaran diantaranya Rossi dan Breidle yang
mengemukakan bahwa media pengajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar.
Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan
sebaga berikut:
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan gaya indera. Misalnya, objek
yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai,
film atau model.
Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sifat pasif anak.
Dalam hal ini, media pendidikan berguna:
Menimbulkan gairah belajar.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan.
Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan
minatnya.
Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru
banyak mengalami kesulitan bila mana semunya itu harus diatasi
sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dan
siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media
pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
1) Memberikan stimulus yang sama.
2) Mempersamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
5. Evaluasi
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan. Dalam kegiatan evaluasi
diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang
sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud
mungkin berupa perilaku atau penampilan siswa selama mengikuti
pelajaran. Berdasarkan data itulah selanjutnya diambil suatu keputusan
sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan.3

4 Jalur-Jalur Belajar

3
Bacamedia.com, “ KOMPONEN-KOMPONEN PROSES BELAJAR MENGAJAR” Diakses 03 Desember 2022 pukul:
10:32
1 Jalur belajar informasi Verbal
Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
Peranan dan wujud dari beberapa fase dalam jalur informasi verbal ataupun
tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu:
 Fase Motivasi
 Fase Mengolah
 Fase Menggali
 Fase prestasi
2 Jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui
dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif
itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
 Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang
untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,
istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunkannya
 Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
 Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan
kongkret.
 Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat
lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
 Sintesis (syntesis) : Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan
dari proses berfikir analisis
3 Jalur belajar ketrampilan motoric
Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah
gerak-gerik jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani. Peranan dan wujud dari beberapa fase dalam belajar ketrampilan
motorik atau tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu:4
 Fase Motivasi
 Fase Kosentrasi
 Fase Pengolahan
 Fase Menggali
 Fase Umpan balik

V. KESIMPULAN

Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat melalui pelaksanaan penilaian


terhadapproses belajar mengajar. Artinya terdapat keterkaitan yang erat antara penilaian
proses belajar-mengajar dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan pada
umumnya hannyadilihat melalui tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Pengajaran
hanya ada di konteks formal, sedangkan pembelajaran meliputi segala sumber belajar baik di
dalam ruangan formal maupun di luar kelas atau dalam kehidupan nyata. Sebagai sebuah
system, pembelajaran memiliki beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Mengenai jalur-jalur belajar terdapat beberapa jalur belajar, dari jalur belajar
informasi verbal sampai jalur belajar sikap. Beberapa jalur tersebut saling berkaitan dan
saling mempengaruhi.

4
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com, “PROSES BELAJAR DAN JALUR BELAJAR” Diakses 03
Desember 2022 pukul 10:36
DAFTAR PUSTAKA

Pane Aprida, Darwis Dasopang Muhammad, (2017). “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN”


Fitrah jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman IAIN Padangsidimpuan.
Budiutomo Triwahyu, (2015). “PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELAUI
PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR” Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.

Bacamedia.com, (2022). “ KOMPONEN-KOMPONEN PROSES BELAJAR MENGAJAR”


http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com, (2022) “PROSES BELAJAR DAN
JALUR BELAJAR”

Anda mungkin juga menyukai