Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN

“PENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI” DI SMA


NEGERI 2 PALEMBANG

MAKALAH

Disusun oleh:

Dwi Shinta Anggrain

Tahsya Tria Putri

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya alam manusia di Indonesia terus diupayakan


dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
global.Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan.Pendidikan yang merupakan awal muda dalam pengembangan sumber
daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga
kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pembelajaran dengan baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, arah
pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar
mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa, maka oleh karena itu siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang
lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan berjalan dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terbatas dari berbagai sumber yang saling
berkaitan yaitu kurikulum, guru dan pendidik, pembelajaran, dan peserta didik,
dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta didik. Berdasarkan
hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan
menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai
objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus
disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga
berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah
bagaimana upaya seorang guru atau pendidik untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan
suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih
termotivasi untuk belajar. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang
macam-macam pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Biologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran Biologi ?
2. Apa saja pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Biologi ?
3. Bagaimana penerapan pendekatan-pendekatan tersebut dalam pembelajaran
Biologi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran Biologi
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran Biologi
3. Untuk mengetahui cara penerapan pendekatan yang ada dalam pembelajaran
Biologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Biologi


Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran
atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum
perbuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan
merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode
sedangkan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan
strategi pembelajaran. Jadi pendekatan lebih luas cakupanya dibandingkan dengan
strategi lain.
Pendekatan (approach) memiliki pengetahuan yang berbeda dengan strategi
(Sanjaya Wina, 2007). Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik ,yang mendasari
aplikasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar
pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah
strategi, sedangkan strategi adalah pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran atau instruksional adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, 1979: 3).
Biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains yang khusus
mempelajari tentang segalah hal yang berkaitan dengan kehidupan dipermukaan bumi
(Prawiroharto, 2004: 7). Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan dan objek kajiannya
sangat luas, yaitu: mencakup semua makhluk hidup. Pembelajaran biologi menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung. Oleh karena itu, peserta didik perlu
dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar. Dengan demikian, siswa dapat merasakan
manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi diri serta masyarakatnya (Depdiknas, 2003:
6). Sehingga ilmu Biologi merupakan ilmu tentang kehidupan sehari-hari yang sangat
kompleks dan bersifat konkrit
Pendekatan pembelajaran biologi adalah sudut pandang atau pola umum guru
dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan dalam konteks biologi.

2.2 Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Biologi dan Penerapannya


1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan pembelajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengetahui bagaimana konsep itu diperoleh.Konsep ini diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan konsep:


a. Siswa dibimbing memahami suatu bahasan dengan memahami konsep-konsep
yang terkandung didalamnya. Contoh, guru memberikan suatu konsep tentang sel
yang didalam sel itu sendiri mempelajari tentang organel-organel sel dan
fungsinya.
b. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan pemahaman konsep
yang menjadi sasaran utama pembelajaran. Contoh, dari konsep tentang sel tadi,
guru hanya menjadikan konsep sel tersebut sebagai sasaran utama
pembelajarannya.

2. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan proses:
a. Penalaran yang bermula dari umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan
pembelajaran yang bermula dengan menyajikan aturan prinsip umum diikuti
dengan contoh-contoh atau penerapan-penerapan atau prinsip umum ke dalam
keadaan khusus. Contoh, guru memberikan suatu bahasan yaitu sistem respirasi
pada manusia, dimana guru terlebih dahulu menyajikan aturan prinsip umum dari
proses bernapas pada manusia yaitu dengan menghirup gas oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida.
b. Mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-
langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data dan
mengomunikasikan hasil pengamatan.

3. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


Pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang
mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam
proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.Pelibatan
intelektual-emosional/fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran,
diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan
memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai.
Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh,
menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di
sekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir
secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta
lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan
informasi yang bermakna baginya (Raka Joni, 1992:1).
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
 Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya pengetahuan
 Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya keterampilan
 Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya nilai dan sikap

Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:


a. Dimensi subjek didik :
 Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-
dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian
tersebut terwujud karena memang direnca nakan oleh guru, misalnya
dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa
ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
 Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam
persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar
maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud
bila guru bersikap demokratis.
 Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat
mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang olch guru.
 Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat
mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
 Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan
siapapun termasuk guru.

b. Dimensi Guru
 Adanya usaha dari guru untuk mendorong siswa dalam
meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar-mengajar.
 Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator
dan motivator.
 Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-
mengajar.
 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
cara, mama serta tingkat kemampuan masing-masing.
 Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-
mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan
menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk
mencapai tujuan.

c. Dimensi Program
● Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi
kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang
sangat penting diperhatikan guru.
● Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep
maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
● Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.

d. Dimensi situasi belajar-mengajar’


 Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat,
bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam
proses belajar-mengajar.
 Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses
belajar-mengajar.

Rambu-rambu CBSA.
Rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan
rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna
untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu
tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan
sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki
kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya
kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru,
namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
a. Berdasarkan pengelompokan siswa
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar
secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara
kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian
guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.

b. Berdasarkan kecepatan masing-masing siswa


Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi
pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka
masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi
mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai
dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan
kecepatan siswa adalah pengajaran modul.

c. Pengelompokan berdasarkan kemampuan


Pengelompokan yang homogen didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada
pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan
satu kelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan
potensinya secara optimal bila berada di sekeliling teman yang hampir sama
tingkat perkembangan intelektualnya.

d. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat :


Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok
berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas
kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan
dikerjakan.

e. Berdasarkan domein-domein tujuan


Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah: 1) Keterampilan
intelektual. 2) Strategi kognitif. 3) Informasi verbal. 4) Keterampilan motorik. 5)
Sikap dan nilai.

5. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)


Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Department of Education, 2001).
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa
apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk mencapainya.
Karakteristik Pembelajaran CTL.
a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman.
i. Siswa kritis guru kreatif.
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.

6. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual
sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya. Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan
terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :

a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti


konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti


menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun mengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan


pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan
yang realistik dan relevan.

d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu


kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar


dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
dalam Pendekatan Kontekstual hal-hal yang diperlukan untuk mencapai
sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual
adalah sebagai berikut :
a. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam
penerapan dan pendekatan. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru
harus bisa mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu
disusun agar bermakna bagi siswa.
b. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar. Dalam hal ini adalah
bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih
konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
c. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah,
benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang
agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
d. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan
pelatihan perlu disediakan.
e. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa
yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari
pembelajaran kontekstual.
f. Kancah pembelajaran. Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang
diinginkan.h.Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena
pada pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan
cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
g. Suasana. Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat
berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan
kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :

● Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.


● Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
● Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan
siswa.
● Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks
dengan materi pelajaran.
● Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
● Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

7. Pendekatan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. McAshan (1981:45)
mengemukakan bahwa kompetensi “…is knowledge, skills, and abilities or
capabilities that a person achieves, which become part of his or being to the extent he
or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor
behaviors”. Selain itu, Finch & Crunkilton (1979:222) mengartikan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal tersebut menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki
oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu.Dengan demikian terdapat hubungan antara tugas-tugas yang
dapat dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh
dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara pendidikan
dengan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi
yang perlu diajarkan kepada peserta didik di sekolah.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas kurikulum berbasis kompetensi dapat
diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab.
KBK memfokuskan pada pemeroleh kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik.Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan.Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik
menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa karakteristik antara lain
mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem
pembelajaran. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut.
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
 Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
 Penilaiannya menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis


kompetensi.Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah
pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat
belajar sendiri, sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta tidak
bergantung kepada orang lain. Karena peserta didik memiliki kecepatan belajar yang
berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda
pula. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas atau belajar penguasaan adalah
suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran
yang tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan
hasil yang baik. Bloom dalam Hall (1986) menyatakan bahwa “ sebagian besar peserta
didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas pembelajaran adalah
mengkondisikan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai
bahan pembelajaran yang diberikan. Ketiga, penafsiran kembali terhadap bakat. Dalam
kaitan ini Hall (1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup.

Hal tersebut memberikan beberapa implikasi terhadap pembelajaran.Pertama,


pembelajaran perlu lebih menekankan pada kegiatan individual meskipun dilaksanakan
secara klasikal, dan perlu memperhatikan perbedaan peserta didik. Kedua, perlu
diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media yang
bervariasi, sehingga memungkinkan setiap peserta didik belajar dengan tenang dan
menyenangkan. Ketiga, dalam pembelajaran diperlukan waktu yang cukup, terutama
dalam penyelesaian tugas atau praktik, agar setiap peserta didik dapat mengerjakan
tugas belajarnya dengan baik.

8. Pendekatan PBI (Problem Basic Instruction)


Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction (PBI) secara
umum merupakan pembelajaran yang menyajikan kepada siswa tentang situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.Menurut Arends (dalam Trianto,
2010:92), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
diri.
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem Based Instruction) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pendekatan
ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta
didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada pembelajaran
konvensional.Dengan pendekatan ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan
pengetahuan mereka secara mandiri.
Menurut Sunardi (2009:37), karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah
(PBI) adalah pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar
disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya,
dan kerjasama. Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan PBI adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa.Pembelajaran dengan pendekatan PBI dilaksanakan dengan
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Menurut Sunardi (2009:37), sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
lima fase utama, yaitu:
1. Tahap 1 (Orientasi siswa pada masalah), guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Tahap 2 (Mengorganisasi siswa untuk belajar), guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3. Tahap 3 (Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok), guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya), guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Tahap 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah), guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

9. Pendekatan STS (Science, Technologi and Society)


Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari
science technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan
pembelajaran, dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme. Pendekatan
pembelajaran tersebut telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun
1970-an. Pendekatan STM ( Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an yang telah diuji
coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat dan daerah lain di Indonesia.

Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

● Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
● Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
● Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah
atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang
telah dipahami sebelumnya.
● Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
● Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa
terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah bahwa pendekatan pembelajaran biologi memiliki
beberapa dimensi, seperti pendekatan konsep, pendekatan proses, cara belajar siswa
aktif, pendekatan kontekstual, kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan berbasis
masalah, dan pendekatan terpadu. Penerapannya memberikan pengalaman beragam dan
berorientasi pada pemahaman mendalam serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Selain itu, pendekatan ini membantu siswa memahami relevansi ilmu
biologi dalam kehidupan sehari-hari dan menghubungkannya dengan dunia sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai