Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan
Dosen Pengampu: Dra. R. Tati Kustiawati, M.Pd.

Tim Penyusun:
AMANDA ODELIA ZORA 2203727 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
GHINA ROHADIATUL AISYI 2203913 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
TAUFIK AKBAR DJAYADININGRAT 2204621 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Dalam menapaki perjalanan pendidikan, kami ingin menyampaikan ucapan terima


kasih yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala rahmat dan petunjuk. Makalah
ini, berjudul "Pembelajaran Peserta Didik" menggali tema psikologi pendidikan dan
bimbingan untuk menjelaskan peran krusialnya dalam membentuk proses pembelajaran yang
bermakna.

Seiring berjalannya makalah ini disusun, kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Sejalan dengan itu, kami sadar bahwa dalam setiap usaha tentu terdapat keterbatasan.
Oleh karena itu, dengan rendah hati, kami mengakui dan memohon maaf jika terdapat
kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, masukan, bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini tetap memberikan nilai tambah dan wawasan yang bermanfaat.

Bandung, 21 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Apa itu Pembelajaran Peserta Didik

1. Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan
jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebagai suatu upaya yang dilakukan pendidik atau guru
secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, dengan cara
mengorganisasikan dan menciptakan suatu sistem lingkungan belajar dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal.
Walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”. Tidak berarti guru harus
menghilangkan perannya sebagai pengajar. Konsep pengertian pembelajaran tersebut
pada dasarnya menitikberatkan pada proses pembelajaran sebagai sebuah aktivitas
yang direncanakan, dilakukan, dan dievaluasi oleh guru.
Pembelajaran juga didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau
membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Pengertian tersebut menekankan
pada proses pendewasaan yang artinya mengajar dalam bentuk penyampaian materi
tidak serta merta menyampaikan materi (transfer of knowledge), tetapi lebih
bagaimana menyampaikan dan mengambil nilai-nilai (transfer of value) dari materi
yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan
siswa.
Pembelajaran dilaksanakan secara sengaja untuk mengubah dan membimbing
siswa dalam mempelajari sesuatu dari lingkungan dalam bentuk ilmu pengetahuan
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik menuju
kedewasaan siswa. Pembelajaran memiliki tujuan-tujuan tertentu yang akan dicapai
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sarana belajar bagi siswa.

3. Peserta Didik
Peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan
baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
pendidiknya, dikutip dari Institutional Digital Repository Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin.

4. Pembelajaran Peserta Didik


Berdasarkan penjelasan yang diberikan, dapat qdisimpulkan bahwa
pembelajaran peserta didik adalah proses di mana pendidik atau guru secara sengaja
berupaya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada individu-individu yang disebut
sebagai peserta didik. Proses ini bertujuan untuk mengubah dan membimbing peserta
didik dalam mempelajari berbagai aspek seperti ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri, dan perilaku.
Pembelajaran ini berfokus pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik
seutuhnya dan melibatkan upaya pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang optimal dengan metode yang sesuai agar peserta didik dapat mencapai potensi
mereka. Selain itu, pembelajaran juga mendorong proses pendewasaan diri dan
transfer nilai-nilai dari materi pelajaran agar peserta didik dapat berkembang secara
holistik atau juga manusia belajar mengembangkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya dengan memenuhi aspek kreativitas, emosi, fisik, akademik, sosial dan
budaya, dan spiritual.

B. Ciri-ciri Pembelajaran

Dari definisi pembelajaran di atas, maka terdapat ciri sebagai tanda suatu proses atau
kegiatan dikatakan sebagai pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4. Pelaksanaan terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.

Selain ciri belajar diatas, ciri belajar yang lain dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak
(1998) yang menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
1. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
3. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
menganalisis informasi.
5. Orientasi pembelajaran, penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan
berpikir.
6. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar guru.

C. Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan


yang memberikan petunjuk dan resep (preskripsi) utuk mengatur situasi atau lingkungan
belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa mencapai tujuan belajarnya dengan
mudah. Pada dasarnya teori belajar atau pembelajaran sendiri itu sangat banyak, tetapi dari
banyakya teori belajar, yang sering digunakan oleh tenaga pendidik itu ada empat, yaitu teori
Behaviorisme, teori Kognitivisme, teori Humanistik, dan teori Kontruktivisme.

1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah
laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila
tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka tingkah laku
siswa tidak berubah maka belum dikatakan belajar. Dan di teori belajar behavioristik,
apabila tingkah laku siswa belum berubah maka akan berlaku sistem hukuman.
Apabila belajar tidak bisa terus, dan diajarkan lagi, tidak bisa lagi, maka akan berlaku
sistem hukuman dan dengan hukuman itu dapat membuat siswa jera dan akan
membuat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Sebagai contoh, seorang anak disuruh
oleh gurunya untuk menghafal perkalian dan maju keesokan harinya, namun anak
tersebut belum menghafalnya dan disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya dan
boleh duduk hingga menghafalnya. Di Indonesia yang berlaku adalah teori belajar
behavioristik, karena sistem kurikulum kita berbasis kompetensi (Kompetensi adalah
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan keterampilan
dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan). Maka dari itu
biasanya di sekolah-sekolah biasanya gurulah yang lebih berkuasa, karena memang
begitulah teori belajar ini.
Proses belajar mengajarnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, contohnya daftar
perkalian dan lain sebagainya. Dan proses adalah proses belajar mengajar
berlangsung. Respon adalah tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Kekurangan dalam teori belajar ini yaitu pembelajaran peserta didik
hanya berpusat pada guru, dan biasanya dari ini peserta didik cepat merasa bosan dan
cenderung pasif, kemudian adanya batasan peserta didik untuk belajar berkreasi
sesuai dengan imajinasinya, hal ini dikarenakan teori behavioristik sendiri berbasis
pengajaran dan pemberian materi kepada peserta didik, dan adanya tujuan-tujuan
yang distandarisasi membuat peserta didik berpatok pada satu sumber saja. Dan untuk
kelebihannya sendiri karena adanya pendidik, maka peserta didik dapat secara terus
menerus diawasi dan dilihat perkembangannya sampai mereka paham dan dapat
menerapkan apa yang sudah diberikan. Kemudian juga kelebihan dari teori ini yaitu
materi-materi yang diberikan dapat dijelaskan secara langsung dan mendetail oleh
pendidik, dengan itu juga diharapkan peserta didik dapat dan mampu mengikuti serta
memahami setiap pelajarannya. Contoh aplikasi teori behaviorisme yaitu:
A. Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
B. Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry
behavior” mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa).
C. Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik).
D. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan,
subtopik).
E. Menyajikan materi pelajaran.
F. Memberikan stimulus berupa: pertanyaan, tes, latihan, tugas-tugas Mengamati
dan kengkaji respons yang diberikan Memberikan penguatan/reinforcement
(positif atau negatif).
G. Memberikan stimulus baru stimulus proses respon.
H. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar).
I. Memberikan penguatan.

2. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budiningsih, 2008-26). Teori belajar
kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran, menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Dapat digambarkan
sebagai berikut:

Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima
dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di
dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Pada teori belajar kognitivisme terdapat kelemahan-kelemahan sebagai
berikut: lebih dekat ke psikologi, sulit melihat “struktur kognitif” pada setiap
individu. Contoh aplikasi-aplikasi teori kognitivisme yaitu:
A. Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
B. Memilih materi pelajaran.
C. Menentukan materi yang mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif.
D. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang
akan dipelajari mahasiswa.
E. Mempersiapkan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk
berdiskusi dan bertanya.
F. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

3. Teori Humanistik
Teori humanistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan manusia,
maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat,
teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Pada teori ini juga lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
belajarnya. Proses belajar mengajarnya dari pengalaman hidup siswa, dengan
pengalaman hidup nanti akan dijadikan sebagai landasan materi. Seperti yang
dikatakan oleh salah satu tokoh humanistik Ausubel yaitu, belajar merupakan
asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar.
Teori humanistik sangat penting karena mengatakan:
a. Manusia makhluk bebas membentuk dirinya.
b. Manusia makhluk bermartabat.
c. Manusia mengontrol dirinya.
d. Manusia makhluk yang karakteristiknya khas.
e. Manusia tidak diberdayakan tetap pemberdayaan utama.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong
siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Contoh aplikasi teori belajar
humanistik yaitu:
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
b. Menentukan materi pelajaran.
c. Mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa.
d. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa dan
mempelajarinya secara aktif (mengalami).
e. Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan
untuk belajar.
f. Membimbing mahasiswa belajar secara aktif.
g. Membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari pengalaman belajar
mereka.
h. Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsep-
konsep baru ke situasi yang baru.
i. Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar.

Anda mungkin juga menyukai