Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah: Perencanaan Sistem Belajar PAI
Dosen Pengampu : Dr. Nurhaizan Sembiring, MA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ALFI SYAHRIN


NPM : 71200211054

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT. Yang mana atas
berkat dan rahmatnya pula kami bisa menyelesaikan tugas makalah sebelum
waktunya. Dan tidak pula sholawat kami hadiah kan kepada junjungan nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, yang mana syafaatnya lah yang kita
nantikan di yaumil akhir kelak, aamiin ya rabal alamin.
Makalah yang kami buat ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Sistem Belajar PAI, yang ada di Falkultas Agama Islam,
Universitas Islam Sumatera Utara, Salah satunya di prodi Pendidikan Agama
Islam.
Sekiranya kami mengucapkan terima kasih, karena diberi kesempatan
untuk membuat makalah kepada kami, makalah yang kami buat ini
“Pendekatan Pembelajaran”. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu, kami berharap mendapatkan kritik dan saran yang
membangun, agar makalah yang kami buat ini lebih baik dari sebelumnya

Wasalammualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Medan, 29 Oktober 2022

PEMAKALAH

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

A. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran ........................................................... 7


B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran ................................................................. 8
C. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran ........................................................... 8
D. Tipe-tipe pendekatan ................................................................................... 12
E. Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran ............. 17
F. Perencanaan Pembelajaran .......................................................................... 22
G. Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Kinerja Guru .............................. 26
H. Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Proses Pembelajaran ........ 29

BAB III PENUTUP ..............................................................................................32

A. Kesimpulan ................................................................................................ 32
B. Saran ........................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju
dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan
dengan baik.

Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan
guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya.
Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik
cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep
mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika

Pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang menyangkut aspek


pengetahuan, sikap dan keterampilan dari tidak mengetahui menjadi memahami.
Proses pembelajaran dapat menentukan cara pandang siswa, karena sangat
dipengaruh oleh interaksi dengan lingkungan pembelajaran sehingga menjadi
proses penyesuaian diri dengan perubahan yang siswa hadapi. Proses pembelajaran
direncanakan untuk memberikan pengalaman belajar terhadap siswa yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan
guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapaian capaian
pembelajaran

4
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru
dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target
dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga
menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar.

Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran,


pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud pendekatan?
B. Apa Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran?
C. Apa yang dimaksud denganPerencanaan Pembelajaran?
D. Apa Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Kinerja Guru?
E. Apa Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Proses Pembelajaran?
F. Apakah Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran?
G. Apakah Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran?
H. Apakah Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran?
I. Apakah Tipe-tipe Pendekatan dalam pembelajaran ?

C. Tujuan
A. Dapat Mengetahui Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran
B. Dapat Mengetahui Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
C. Dapat Mengetahui Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
D. Dapat Mengetahui Tipe-tipe pendekatan

5
E. Dapat Mengetahui Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis
pembelajaran
F. Dapat Mengetahui Perencanaan Pembelajaran
G. Dapat Mengetahui Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Kinerja
Guru
H. Dapat Mengetahui Pengaruh Perencanaan pembelajaran TerhadapProses
Pembelajaran

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran

Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan


motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh
guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru
berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.

Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada


siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter
pembelajaran.

Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru


dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,


yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa


(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru

7
melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode


pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

C. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran

1. Pendekatan Individual

Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru


terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan
individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,
walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

8
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu
siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan
individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk
mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:

a. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak


didik dan membuat hubungan saling percaya.
b. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih
tugas.
d. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima
perbedaannya dengan penuh perhatian.
e. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian,
bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual :

a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas


dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk
akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual.
c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para
peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang
mereka pelajari.
d. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas.
Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami
serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk
membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.

9
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan
pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal
yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan
individual.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang
suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama. Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois
yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas.

3. Pendekatan Bervariasi

Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka


pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang
biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan
variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi
ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

4. Pendekatan Edukatif

Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena
gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.

10
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan
didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat
diberi sanksi hokumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera.
Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah
melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni
teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan
kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa
merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan
yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap
tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan
tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma
susila, norma sosial dan norma agama.

5. Pendekatan Keagamaan

Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua
macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya
tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih
pendekatan.

Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan


sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan
pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler,
tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran
agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.

6. Pendekatan Kebermaknaan

Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,


pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa

11
kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan
makna.

D. Tipe-tipe pendekatan

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada


tahun 1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembanganminat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State
Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih
dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia
untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat
PLP Depdiknas.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa


anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang. Inilahyang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini.
Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan
dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan
pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :

1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.

12
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep
yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh
siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka,
apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari
adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning


(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti
dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk


belajar yang penting, yaitu :

1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti


konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk
penelitian yang aktif.

13
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari
bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

2. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang


lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.

Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam


peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme:

1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan


bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan
ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang
sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.

14
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan
menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta
memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan
materi yang dipelajari.

3. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang


menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.

Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari


keadaan umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang
bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-
contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

4. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik


kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum.Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan khusus menuju keadaan umum.

5. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik


meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.

15
Ciri-ciri suatu konsep adalah:

1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu


2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu

Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar


dengan pendekatan konsep adalah:

1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur


lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang
mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik
pula sampai konsep yang komplek.

6. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan


kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.

Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan


hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai
proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerja dan sebagainya.

16
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,


Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan
konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.

Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan


konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam
struktur kognitifnyaberdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

E. Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran

1. Pendekatan Langsung

Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran :

a. Tahap Presentasi

Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama


tahap presentasi pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau
keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan mengenai pengetahuan
atau keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3) pernyataan atau
pengalaman yang menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa
tujuan khusus ini penting; (4)yang jelas, penjelasan pengetahuan atau
keterampilan yang harus dipelajari, dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa
untuk menunjukkan pemahaman awal mereka menanggapi pemeriksaan
guru.

b. Tahap Latihan

Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan


terbimbing langsung dibawah pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana
siswa mengerjakan sendiri, dan (3) tinjauan berkala (sering dimasukkan
setiap hari dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana sebelumnya siswa
belajar memanfaatkan konten atau skills.

17
c. Tahap Penilaian dan Evaluasi

Ada dua penilaian dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1)
tes formatif, dan (2) tes sumatif.

d. Monitoring dan Feedback

Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka


diberikan umpan balik agar proses presentasi, latihan dan penilaian
berjalan sesuaiyang diharapkan.

2. Pendekatan Diskusi

a. Pembagian tanggung jawab ;

Pembelajaran diskusi harus menggeser pembelajaran yang berpusat pada


menjadi pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab belajar bersama
antara guru dan siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak berarti
mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola dan
mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu
harus ada pengaturan peran dan tugas yang jelas.

3. Pendekatan Pengalaman

Ada beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran


yaitu:

1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman)

• Menetapkan tujuan atau hasil pembelajaran


• Membicarakan kriteria penilaian
• Membangun hubungan (teman sebaya, guru,komunitas dan
lingkungan)

2. Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)

• Pengalaman nyata

18
• Membuat keputusan hasil yang nyata
• Orientasi Masalah
• Kesulitan Optimal

3. Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)

• Fasilitas guru sebagai fasilitator


• Membuat kelompok
• Proses : Apa yang terjadi, mengapa itu terjadi, apa yang telah
dipelajarai dan bagaimana cara mengaplikasikannya.

4. Pendekatan Berbasis Masalah

1. Pemilihan masalah

PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan


penyempurnaan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak
cocok sebagai strategi instruksional untuk mengajarkan keterampilan
dasar. Pendekatan PBI memerlukan pemilihan masalah yang
pembelajar (bahkan pelajar muda) telah memiliki pengetahuan, yang
mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga penerapan
pengetahuan ini dengan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian
dan pemecahan masalah dapat menghasilkan pemahaman lebih dalam.

2. Peran guru.

Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI


adalah kemampuan guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan
bukan sebagai penyedia informasi atau materi.

3. Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.

Penggunaan penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:

• Instruktur / guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau


antisipasi) hasil pembelajaran yang berkaitan dengan masalah yang
diajukan ke

19
pelajar. Strategi penilaian yang digunakan harus selaras dengan
hasil yang diinginkan.
• Penilaian sumatif dilakukan pada akhir siklus pemecahan masalah.
kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi yang ditawarkan
mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
• Penilaian formatif dapat terjadi setiap saat dalam siklus FBI.
Barrows (1988) menunjukkan setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran mereka diuji dengan menuliskan pengetahuan yang
didapat pada proses pemecahan masalah.

4. Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional


adalah :

• Tujuan dari proses pembekalan ini adalah untuk membantu peserta


didik untuk mengenali, verbalisasi, dan mengkonsolidasikan apa
yang telah mereka pelajari, dan untuk mengintegrasikan informasi
dengan pengetahuan yang ada.
• Tugas guru adalah untuk memastikan suara yang sama bagi semua
peserta, jadi hati-hati untuk mendengarkan semua anggota dan
meminta semua anggota untuk mereka berpendapat dan berkomentar.
• Ikuti tanya jawab didirikan protokol. Tahu generik dan spesifik
pertanyaan untuk diminta untuk memandu sesi tanya jawab. Siapkan
pertanyaan ide / topik untuk memastikan bahwa Anda (sebagai
debriefer) mengingat semua pembelajaran yang telah dibahas dalam
kegiatan FBI.
• Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik agar sesuai dengan
pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
• Dorong peserta didik untuk mendaftar apa yang telah mereka pelajari
dengan menggunakan peta konsep-menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan.

20
5. Pendekatan Simulasi

Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum,


sebagai berikut :

a. Fungsi Isi

Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul


fungsional dari sebuah pembelajaran simulasi. Konten Simulasi
mengambil model yang dinamis replika sistem nyata atau khayalan.

b. Fungsi Strategi

Melibatkan Desain strategi yang menggambarkan konteks


pengaturan instruksional, pengaturan sosial, tujuan, struktur sumber
daya, dan acara yang diberikan.

c. Fungsi Kontrol

Desain simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang


pelajar dapat menyampaikan pesan-pesan yang mempengaruhi
terbukanya isi, strategi, atau unsur-unsur dinamis lainnya dari
pengalaman. Desain sistem kontrol sangat menantang karena
tindakan belajar berlangsung dalam konteks yang dinamis dan harus
memanfaatkan pertukaran informasi dan kontrol.

d. Fungsi Pesan

Pesan Menghasilkan unit:

· Prinsip: Pesan Elements

· Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan

· Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan pesan

e. Fungsi Representasi

Fungsi representasi desain simulasi adalah yang paling terlihat dan


nyata. Desainnya melibatkan semua unsur sensorik pengalaman
simulasi-pemandangan, suara, sensasi taktil, dan kinestetik sensasi.
21
Fungsi representasi desain yang menggambarkan semua pengalaman
indrawi yang akan diadakan dan bagaimana mereka akan
diintegrasikan dan disinkronkan. Semua dijelaskan struktur titik ini
untuk konten, strategi, kontrol, dan pesan yang abstrak dan menjadi
terlihat hanya melalui representasi desain. Oleh karena itu,
representasi adalah jembatan yang menghubungkan elemen desain
abstrak dengan simbolis tertentu elemen media.

f. Media-fungsi logika

Media-melaksanakan fungsi logika representasi dan melaksanakan


operasi logis yang memungkinkan simulasi peristiwa terjadi. Hal ini
dapat juga mencakupperhitungan dan pengumpulan data.

g. Fungsi pengelolaan data

Mengelola data yang dihasilkan dari interaksi

F. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan pengambilan keputusan atas


berbagai pilihan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan, dimana perencanaan mengandung rangkaian putusan dan penjelasan
dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode dan
prosedur tertentu dan penentuan kegiatan yang akan dilaksanakan.1 Perencanaan
pembelajaran merupakan proses penyusunan materi ajar, penggunaan media,
penggunaan pendekatan dan metoda pengajaran, serta penilaian dalam suatu
alokasi waktu untuk mencapai kompetensi tertentu yang telah dirumuskan.2
Sedangkan menurut pendapat Sabirin3 perencanaan pembelajaran merupakan
suatu proses yang sistematis dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu
dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta
1
Suryapermana, N. (2017). Manajemen Perencanaan Pembelajaran. Tarbawi, 3(02), 183–193.
2
Novalita, R. (2014). Pengaruh Perencanaan Pembelajaran Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran
(Suatu Penelitian terhadap Mahasiswa PPLK Program Studi Pendidikan Geografi FKIP
Universitas Almuslim). Lentera, 14(2), 56–61
3
Sabirin. (2012). Perencanaan Kepala Sekolah Tentang Pembelajaran. Jurnal Tabularasa PPS
UNIMED, 9(1), 111–128

22
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan langkah- langkah
penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu.

Sebelum memulai tahun ajaran baru kepala sekolah dan guru akan
melaksanakan rapat dengan agenda persiapan untuk menghadapi ajaran baru.
Didalam kegiatan tersebut akan dievaluasi kegiatan pembelajaran semester
sebelumnya dan kepala sekolah akan memberikan pengarahan terkain persiapan
yang harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Merumuskan RPP selain berpedoman pada kurikulum dan silabus guru


juga memperhatikan aturan-aturan yang terdapat pada permendikbut , antara

lain;

1) Capaian Pembelajaran Lulusan.

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang mampu


memberikan pengalaman belajar secara bermakna kepada siswa untuk
membuka keunikan potensi dirinya dalam menginternalisasikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap,4 berupa kegiatan memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapaian
capaian pembelajaran berupa aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.5

2) Karakteristik Pembelajaran

Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berdampak memberikan


pengalaman belajar lebih banyak kepada siswa. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pendekatan
pembelajaransaintifik, pembelajaran saintifik menekankan pada proses

4
Sutrisno, & Suyadi. (2016). Desain Kurikulum Perguruan tinggi, Mengacu KKNI. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
5
Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.

23
Pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang
sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Mengapa pendekatan santifik penting dalam proses
pembelajaran? Karena pembelajaran saintifik merupakan proses pembelajaran
yang membuat peran siswa menjadi aktif, dimana selama pembelajaran siswa
mengkonstruksi konsep melalui tahapan mengamati, mengidentifikasi,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan.6

3) Metode Pembelajaran.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan capaian pembelajaran akan


menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan karena setiap
metode pembelajaran memiliki keunggulannya, oleh sebab itu pemahaman guru
dalam memilih metode pembelajaran sangat penting sebelum memutuskan
metodemana yang akan dipakai selain pertimbangan capaian pembelajaran yang
akan dituju, karena tinggi dan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa
tergantung salah satunya dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.7
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat dilatih dengan pembelajaran
yang menuntut siswa untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan
memecahkan masalah sehingga salah satu model pembelajaran yang dapat
diasumsikan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental
siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah
yang disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.8

6
Deden. (2015). Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015, 98– 107.
7
Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten Lombok Barat NTB. Jurnal Pendidikan
Dasar, 6(2), 212– 221.
8
Utomo, T., Wahyuni, D., & Hariyadi, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ( Problem Based Learning ) Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir

24
3) Prinsip penilaian.

Penilaian hendaknya berorientasi pada ketercapaian pembelajaran,


bukan vonisterhadap kesalahan artinya, penilaian masih bisa berubah selagi
siswa bersedia memperbaiki proses dan hasil belajarnya sepanjang proses
pembelajaran, hal ini sulit dilakukan bila sistem penilaian masih hanya
menggunakan sistem tertulis dan tugas. Penilaian otentik adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan, penilaian otentik memiliki
relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang
menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring dan yang lainnya.9
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
untuk menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh,
penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan menyeimbangkan cakupan
aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor) secara menyeluruh. Prinsip yang paling penting dari
penilaian otentik adalah dalam pembelajaran tidak hanya menilai apa saja
yang sudah diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat
dilakukan oleh siswa setelah pembelajaran selesai, sehingga kualitas hasil
belajar dan kerja siswa dalam menyelesaikan tugas dapat terukur.

Membuat materi pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan


hal selanjutnya yang disusun oleh dosen setelah penyusunan RPP.
Perangkat pembelajaran tersebut berupa materi pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Pembelajaran saintifik dapat berjalan efektif bila
didukung oleh beberapa faktor yaitu kurikulum, dosen, metode, sarana dan
prasarana dan mahasiswa. Sedangkan untuk mempermudah, dosen dan
mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran saintifik dibutuhkan sebuah
materi pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya berupa dokumen
yang berisi prinsip dasar serta merupakan dokumen

Kreatif Siswa ( Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo
Tahun Ajaran 2012 / 2013 ). JURNAL EDUKASI UNEJ, 7(1), 5–9
9
Putra, N. (2015). PENILAIAN AUTENTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA.
25
yang memayungi dan menjadi acuan bagi guru.10 Materi pembelajaran yang
digunakan untuk membantu dosen dan mahasiswa sebagai bahan acuan proses
pembelajaran saintifik harus memiliki sifat kepraktisan dan efektivitas.
Kepraktisan menunjukan pada tingkat kemudahan penggunaan dan
pelaksanaannya yang meliputi biaya dan kecepatan dalam pelaksanaan, dan
mudah untuk dipahami dan juga mudah untuk dilaksanakan atau digunakan.
Materi pembelajaran dikatakan praktis jika setelah diujicoba pada kelas
eksperimen memperoleh respon positif dari guru dan siswa, serta aktivitas guru
saat pengelolaan kelas menggunakan perangkat yang dikembangkan pada
interprestasi baik. Sedangkan efektivitas adalah tolak ukur yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai.11 Keefektifan pedoman merupakan
ketercapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan pembelajaran
tersebut memperoleh respons positif siswa Perencanaan pembelajaran sangat
penting karena sebagai alat pemandu bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, oleh sebab itu perencanaan haruslah lengkap, sistematis mudah
diaplikasikan namun fleksibel dan, serta dapat menjadi pedoman dan standar
dalam usaha pencapaian tujuan, karena dengan perencanaan pembelajaran yang
baik akan membuat pelaksanaan pembelajaran berjalan baik

G. Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Kinerja Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam


melaksanakan kewajiban kewajiban secara tangung jawab dan layak yang
berdasarkan undang undang guru dan dosen kompetensi guru dikembangkan
secara utuh dalam empat kompetensi meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Guru
merupakan unsur dominan dalam pembelajaran, dimana pembelajaran tidak
akan berkualitas tanpa peran guru, sehingga kemampuan yang harus dimiliki
dan dikembangkan

10
Soemohadiwidjojo, A. T. (2014). Mudah Menyusun SOP. Jakarta: Penebar Plus.
11
Umar, H. (2001). Strategic Management in Action. Jakarta: Gramedia.

26
guru tidak sebatas menyampaikan materi melainkan mengembangkan kompetensi
lainnya.12

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa


meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasi ragam
potensi yang dimilikinya. Dengan melakukan kegiatan perencanaan guru dapat
melakukan berbagai persiapan penentuan capaian pembelajaran, penentuan
pendekatan & metode pembelajaran, penentuan penilaian yang digunakan dan
penentuan pengalaman belajar yang akan didapatkan siswa.

Guru mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki


kompetensi yang diperlukan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Guru dan dosen. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah
kompetensi salah satunya adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi
kepribadian ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi
teladan bagi peserta didik.13

Kompetensi yang dimiliki siswa sangat bervariasi mulai anak itu cepat
memahami pelajaran, dan lambat dalam memahami pelajaran, maka dari itu peran
guru sangat penting untuk membimbing dan mengarahkan siswa yang
menghadapi masalah dalam belajar dan guru juga mengarahkan anak itu dan
membimbing. Guru sangat di tuntut untuk mampu menghadirkan pengalaman
belajar yang dapat memberikan kemudahan penguasaan capaian pembelajaran
untuk itu selama proses perencanaan guru sudah dapat mulai merancang
pengalaman belajar yang seperti apa yang di dapatkan siswa dan bagaimana
proses pembelajarannya berlangsung.

12
Nurtanto, M. (2013). Mengembangkan Kompetensi Profesionalisme Guru Dalam Menyiapkan
Pembelajaran Yang Bermutu. Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, (10), 553–565.
13
Suatrean, R. A., & Jusriana, A. (2016). Hubungan Kompetensi Kepribadian Dengan Kompetensi
Pedagogik Guru Fisika Madrasah Aliyah Kota Makassar. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 75–82.

27
Profesionalisme guru merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditundatunda lagi, seiring dengan dengan semakin meningkatnya persaingan yang
semakin ketat dalam era globalisasi, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya
agar dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang
menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri.14

Sebelum memulai pembelajaran guru berkewajiban untuk membuat RPP


terlebih dahulu. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa
menerapkan pembelajaran secara terprogram, selain itu RPP mempunyai fungsi
perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran, sebagai fungsi perencanaan
RPP mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan
perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaan, RPP berfungsi mengefektifkan
proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Standar kompetensi merupakan sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh


kementerian pendidikan dan kebudayaan yang berusaha untuk memberikan
gambaran mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berujung
untuk meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Indonesia dengan
meningkatkan keprofesionalitasan guru atau pembimbing. Proses pendidikan tidak
akan berjalan dengan baik apabila guru tidak mampu berkomunikasi dengan
peserta didik. Oleh karena itu, guru haruslah memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sosial. Kemampuan inilah yang sering disebut kompetensi
sosial guru.15

14
Yusutria. (2017). Profesionalisme Guru Dalammeningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia.
Jurnal Curricula, 2(1), 38–46.
15
Erlinda, N. (2017). Karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial. Prosiding Seminar
Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 391–394.

28
H. Pengaruh Perencanaan pembelajaran Terhadap Proses Pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan


pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran berarti penerapan secara nyata
rencana pembelajaran yang telah dibuat oeh pendidik, dengan perencanaan
pembelajaran yang baik akan membuat pelaksanaan pembelajaran akan
berjalan baik pula. Proses pelaksanaan pembelajaran erat kaitannya dengan
penciptaan lingkungan yang memungkinkan siswa belajar secara aktif. Sebagai
upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif diperlukan
keterampilan mengelola kelas dengan baik. Keterampilan tersebut merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan, memelihara dan mengendalikan
kondisi belajar yang optimal.16

Pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang


mempengaruhi hasil belajar, jika pelaksanaan pembelajaran baik, maka tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan baik dan sebaliknya, oleh karena itu guru
memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai manejer dalam pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses mempengaruhi siswa untuk
melakukan apa yang di inginkan guru untuk mereka lakukan. Jadi, pelaksanaan
pembelajaran berkaitan dengan kemampuan mempengaruhi siswa, karena itu
guru sebagai pelaksana pembelajaran harus mampu memotivasi siswa untuk
melakukan pembelajaran. 17

Tahapan pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari tahapan berikut :

Tahap Awal

1. Guru memberi salam dan berdoa menurut agama masing-masing

Kompetensi sikap dibagi menjadi dua yaitu sikap spiritual dan sikap sosial,
jika kompetensi sikap spiritual dan sosial tersebut tidak diajarkan, kompetensi
tersebutharus terimplementasikan dalam proses pembelajaran melalui
16
Hasibuan, J. J., & Moedjiono. (2010). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
17
Manullang, M. (2014). Manajemen Pembelajaran Matematika. JURNAL PENDIDIKAN DAN
PEMBELAJARAN, 21(2), 208–214.

29
Pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh siswa dalam keseharian
melalui dampak pengiring dari pembelajaran atau pembelajaran tidak langsung
sehingga pada tahapan perencanaan guru sudah harus merancang sikap seperti apa
yang menjadi dampak pengiring pembelajaran.

2. Guru mengabsen siswa, serta menanyakan keadaannya

Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara


adalah salah satu unsur sikap yang wajib dimiliki siswa. Pengembangan sikap
ini dilakukan oleh guru, melalui kegiatan mengecek tingkat kehadiran siswa,
sehingga proses dalam pembelajaran tersebut bertujuan untuk
mengembangkan perilaku yang terkait dengan sikap yang termuat capaian
pembelajaran. Siswa yang mempunyai sikap positif, mempunyai persepsi
pandangan lebih luas dan motivasi belajar lebih tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas mental siswa dalam mengkontruksikan pengetahuan dan
sikap siswa merupakan faktor pembeda yang menentukan tingkat
pengetahuan yang ada dalam diri siswa.

3. Penyampian pentingnya memahami materi yang akan dibahas sekaligus


memberikan gambaran secara umum materi yang akan dipelajari, serta
menyampaikan capaian pembelajaran yang ingin dicapai.

Penyampaian capaian pembelajaran sebelum memulai pembelajaran


merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru, dengan tujuan dapat
membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa, sehingga pemahaman
siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk
belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi
belajar siswa. Pengetahuan tentang hal yang akan dipelajari itu sangat
bermanfaat bagi siswa, yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu
siswa mengenai materi yang akan dibahas sehingga dapat meningkatkan
motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang
disajikan guru.18 Mempersiapkan materi

18
Susanti, L. (2015). Pemberian Motivasi Belajar Kepada Peserta Didik Sebagai Bentuk Aplikasi
Dari Teori-Teori Belajar. Jurnal PPKn & Hukum, 10(2), 71–83.

30
selama proses perencanaan akan mempermudah guru memberikan
pemahamanawal pentingnya materi yang akan di ajarkan

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar
mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta
mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang
tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.

Simulasi sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan kewaspadaan


siswa dan keterampilan memahami, meningkatkan integrasi keterampilan siswa
dalam berbagai konteks kinerja, menyesuaikan diri dengan berbagai tingkat
pembelajaran melalui cakupan kinerja dinamis, dan membantu pelajar melihat pola
dari waktu ke waktu dalam sistem dinamis

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam


melaksanakan kewajiban kewajiban secara bertangung jawab dan dikembangkan
dalam empat kompetensi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional. Pelaksanaan kompetensi tersebut
dapat berjalan bila didukung perencanaan pembelajaran yang baik.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan


pembelajaran yang berarti penerapan secara nyata rencana pembelajaran yang

32
telah dibuat oeh guru, dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan membuat
pelaksanaan pembelajaran akan berjalan baik pula.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, dan jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca untuk dapat
menambahin kekurangan dari makalah kami dan memberikan saran dan kritik yang
kedepannya dapat menjadi motivasi untuk kami agar dapat menulis lebih baik lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Suryapermana, N. (2017). Manajemen Perencanaan Pembelajaran. Tarbawi,


3(02), 183–193.

Novalita, R. (2014). Pengaruh Perencanaan Pembelajaran Terhadap Pelaksanaan


Pembelajaran (Suatu Penelitian terhadap Mahasiswa PPLK Program Studi
Pendidikan Geografi FKIP Universitas Almuslim). Lentera, 14(2), 56–61

Sabirin. (2012). Perencanaan Kepala Sekolah Tentang Pembelajaran. Jurnal


Tabularasa PPS UNIMED, 9(1), 111–128

Sutrisno, & Suyadi. (2016). Desain Kurikulum Perguruan tinggi, Mengacu KKNI.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Deden. (2015). Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Prosiding Seminar
Nasional 9 Mei 2015, 98– 107.

Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten
Lombok Barat NTB. Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 212– 221.

Utomo, T., Wahyuni, D., & Hariyadi, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) Terhadap Pemahaman
Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ( Siswa Kelas VIII
Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun
Ajaran 2012 / 2013 ). JURNAL EDUKASI UNEJ, 7(1), 5–9

Putra, N. (2015). PENILAIAN AUTENTIK MATA PELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA. Jurnal AlFikrah, 3(2).

Soemohadiwidjojo, A. T. (2014). Mudah Menyusun SOP. Jakarta: Penebar Plus.

Umar, H. (2001). Strategic Management in Action. Jakarta: Gramedia.

Nurtanto, M. (2013). Mengembangkan Kompetensi Profesionalisme Guru Dalam


Menyiapkan Pembelajaran Yang Bermutu. Seminar Nasional Inovasi
Pendidikan, (10), 553–565.

Suatrean, R. A., & Jusriana, A. (2016). Hubungan Kompetensi Kepribadian

34
Dengan Kompetensi Pedagogik Guru Fisika Madrasah Aliyah Kota
Makassar. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 75–82.

Yusutria. (2017). Profesionalisme Guru Dalammeningkatkan Kualitas


Sumberdaya Manusia. Jurnal Curricula, 2(1), 38–46.

Erlinda, N. (2017). Karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial. Prosiding


Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan, 391–394.

Hasibuan, J. J., & Moedjiono. (2010). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Manullang, M. (2014). Manajemen Pembelajaran Matematika. JURNAL

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, 21(2), 208–214.

Susanti, L. (2015). Pemberian Motivasi Belajar Kepada Peserta Didik Sebagai

Bentuk Aplikasi Dari Teori-Teori Belajar. Jurnal PPKn & Hukum, 10(2),
71–83.

35

Anda mungkin juga menyukai