Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERMASALAHAN DALAM MENDIDIK DAN UPAYA


PENYELESAIANNYA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pedagogik yang diampu
oleh Ibu Dea Mustika, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Mariana (226910072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Permasalahan dalam Mendidik dan Upaya
Penyelesaiannya” ini yang diampu oleh Ibu Dea Mustika, S.Pd., M.Pd, sebagai
salah satu tugas mata kuliah Pedagogik. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah kami di masa yang akan datang. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 06 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB TEMUAN PERMASALAHAN.....................................................................1

BAB UPAYA PENYELESAIAN............................................................................4

KESIMPULAN........................................................................................................7

DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................8

ii
iii
BAB
TEMUAN PERMASALAHAN

Permasalahan yang sering dialami oleh guru ketika mendidik siswa ialah
kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Menurut Sardiman A.M. yang disadur
oleh Abu Ahmadi dan Joko Triprasetyo memberikan defenisi interaksi belajar
mengajar bahwa “interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan
interaksi dari guru yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dan warga
belajar (siswa, anak didik/ subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan
belajar di pihak lain.” Dari uraian tersebut , maka dapat dipahami bahwa
tercapainya tujuan proses belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang antara guru
(pendidik) yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar,

Hubungan guru dengan siswa atau peserta didik di dalam proses belajar
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan agar tercapainya tujuan
belajar mengajar. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan,
bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru
dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat
menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan. Masalah yang timbul dalam proses
belajar mengajar salah satu disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara
guru dengan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses
interaksi menjadi vakum. Kemudian bentuk penyebab lainnya antara lain berupa :

1. Guru yang kurang kompeten


Peranan guru dalam hubungannya dengan murid menurut situasi interaksi
sosial yang dihadapinya, salah satunya yaitu situasi formal, seperti yang
dikatakan oleh S Nasution yakni: Dalam usaha guru mendidik dan
mengajar anak didik dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan
kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan,
mengatur dan mengontrol kelakuan anak.

1
Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan
dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak
didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan berkepribadian.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari berbagai hal seperti minat belajar
siswa yang berlainan, hal ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari oleh anak dengan
senang hati pula. Sebaliknya pelajaran yang kurang disenangi jarang
dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran bila isi dari pelajaran itu kurang
dikuasai oleh anak. Jika demikian proses belajar dikatakan tidak berhasil.

2. Kegiatan pengajaran yang kurang interaktif


Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan
menghasilkan kegiatan anak yang bermacam-macam. Strategi penggunaan
metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.
Penggunaan metode mengajar juga mempengaruhi tinggi rendahnya mutu
keberhasilan belajar mengajar. Dengan demikian, kegiatan pengajaran
yang dilakukan oleh guru mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.

3. Faktor kesehatan anak dan gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, olahraga,
rekreasi dan ibadah. Oleh karena itu kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya

4. Minim perhatian, minat dan bakat akan pembelajaran


Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan

2
sehingga ia tidak suka belajar. Begitu juga dengan minat dan bakat yang
siswa miliki. Sehingga mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa tersebut.

5. Kesiapan anak yang belum matang.


Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga behubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa ada kesiapan belajar, maka hasil belajarnya akan
lebih baik.

Adanya hambatan-hambatan tertentu,misalnya kadang-kadang masih ada


sikap otoriter dari guru, sikap tertutup dari guru, siswa yang pasif, jumlah siswa
terlalu banyak, sistem pendidikan, keadaan latar belakang guru sendiri, maupun
para siswanya.

Mungkin banyak orang memandang bahwa hubungan komunikatif antara


guru dan siswa biasa saja, baik dalam maupun diluar proses pembelajaran. Akan
tetapi bila dikaji secara mendalam komunikasi tersebut sangat berbeda dengan
komunikasi-komunikasi yang lainnya. Komunikasi tersebut akan memunculkan
interaksi komunikatif yang bukan biasa, karena komunikasi terjadi dalam interaksi
guru dengan siswanya adalah komunikasi edukatif.

Melalui penjelasan di atas dapat diketahui bahwa komunikasi guru dengan


siswa tidak seperti komunikasi guru dengan keluarganya, atau dengan masyarakat
biasa. Karena komunikasi dan interaksi guru dan siswa adalah interaksi
komunikatif mengandung pesan-pesan edukatif, pesan itu disampaikan dengan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki guru, seperti dalam tutur kata guru,
sikap guru dan perbuatan guru. Semuanya itu mengadung pesan-pesan pendidikan
bagi siswa, terutama ketika siswa memiliki kecenderungan untuk megikutinya
ataukah menolaknya.

3
BAB
UPAYA PENYELESAIAN

Dari permasalahan yang dijelaskan diatas, terdapat salah satu cara untuk
mengatasinya adalah melalui contact-hours di dalam hubungan guru dengan
siswa. Menurut QAA, , the term 'contact hours' is used very broadly, to refer to
the amount of time that you spend learning in contact with teaching or associated
staff, when studying for a particular course. This time provides you with support
in developing your subject knowledge and skills, and opportunities to develop and
reflect on your own, independent learning.

Contact-hours atau jam-jam bertemu antara guru dengan siswa, pada


hakikatnya merupakan kegiatan diluar jam-jam presentasi didepan kelas seperti
biasanya. Selain itu, semua perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka
dari para guru perlu ada keaktifan dari pihak siswa dan juga harus bersikap ramah,
sebaliknya siswa juga harus bersikap sopan santun. Masing -masing guru perlu
mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.

Tugas guru adalah bagaimana harus mendesain agar menciptakan proses


belajar mengajar yang lebih optimal. Guru seharusnya dapat mengembangkan
interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

Bentuk-bentuk kegiatan belajar selain melalui pengajaran didepan kelas,


perlu diperhatikan bentuk-bentuk belajar yang lain. Guru dapat menanyai dan
menangkap keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai persoalan-
persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah suatu proses interaksi
dan komunikasi yang humanitik. Hal ini jelas akan sangat berguna membantu
keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekedar tahu atau
mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap
mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsic.

4
Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami, bahwa ketika guru kurang
berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar
menjadi kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan
guru. Sehingga siswa menjadi segan dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain itu terdapat cara lainn untuk meningkatkan interaksi siswa dan
guru, yaitu dengan cara metode tanya jawab dalam proses pembelajaran. Metode
ini akan sangat efektif jika digunakan dalam proses pembelajaran dikelas dan
menguatkan interaksi antara siswa dan guru.

Proses Pembelajaran merupakan proses yang membutuhkan interaksi


dari pembelajar dan pemelajar. Proses ini dapat dilakukan dari interaksi antara
pengajar dan murid (Andri Anugrahana, 202). Salah satu metode pembelajaran
yang mampu mempengaruhi siswa dan guru terlibat aktif selama proses
pembelajaran adalah metode tanya jawab. Maka dapat dikatakan bahwa guru
dapat mengulas kembali materi yang telah disampaikan dengan menggunakan
metode tanya jawab. Anas juga menyampaikan pendapat yang serupa bahwa
metode tanya jawab merupakan usaha yang dilakukan guru untuk memperoleh
jawaban pasti mengenai materi dengan komunikasi dua arah yaitu dari guru
kepada siswa atau sebaliknya (Anas 2014). Berdasarkan pernyataan tersebut
maka melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa kepada guru
maupun sebaliknya, maka akan tercipta suasana kelas yang aktif dan proses
pembelajaran tidak berfokus hanya kepada guru saja.

Strategi adalah metode pendekatan spesifik terhadap sebuah masalah atau


tugas, model-model operasi untuk mencapai tujuan tertentu, di rencanakan untuk
mengontrol dan memanipulasi informasi (Brown, 2001: 113).

Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa harus memiliki
strategi untuk mencapai tujuan. Tapi banyak kasus dimana guru memiliki
pengaruh utama dalam proses belajar mengajar, karena guru adalah orang yang
harus memilih strategi yang sesuai untuk membuat siswanya memahami apa yang

5
diajarkannya. Untuk membuat pembelajaran menjadi interaktif maka guru harus
mampu menjadikan peserta didiknya aktif dan komunikatif.

Menurut Hammond, Austin, Orcutt dan Rosso menunjukkan beberapa


strategi untuk menumbuhkembangkan intraksi yang produktif di kelas yaitu:

1. Mengelola diskusi siswa, yang dipergunakan untuk membantu dan menilai


pembelajaran siswa dengan membuat diskusi kelas yang terstruktur untuk
membahas permasalahan yang terkait dengan materi pembelajaran dan
menyimak diskusi tersebut dengan sebaik-baiknya.
2. Membantu pengembangan prestasi siswa, dengan memandang
pembelajaran itu merupakan proses sosial maka peran pokok guru adalah
sebagai orang yang menolong mengembangkan siswa. Bantuan yang
diberikan guru bisa dalam bentuk : (a) menunjukkan sebuah model untuk
memperlihatkan cara kerja sesuatu; (b) menunjukkan secara verbal dan
nonverbal sebuah proses atau cara berpikir seseorang atau (c) memerinci
tugas ke dalam bagian-bagian kecil atau mereorganisasikan tugas tugas
yang rumit.
3. Mengembangkan komunitas belajar, bermakna penting dalam
pembelajaran karena kita mengetahui bagaimana individu itu saling belajar
satu sama lain dalam kelompok. Mengembangkan komunitas
pembelajaran yang berpusat pada intraksi dan pertukaran gagasan di antara
sesama siswa.

Interaksi pembelajaran tentunya merupakan sebuah relasi antara guru dan


siswa. Liberante menunjukkan bahwa di dalam lingkungan pembelajaran,
kebutuhan penting yang muncul adalah mengembangkan relasi positif antara
guru dan siswa karena relasi tersebut memberikan pengaruh yang luar biasa
terhadap prilaku dan hasil belajar siswa. Pada akhirnya komunikasi antara guru
dan siswa sangatlah diperlukan agar interaksi dapat berjalan sesuai yang di
harapkan. Membaiknya komunikasi pembelajaran berdampak pada pembelajaran
yang bermutu.

6
KESIMPULAN

Jadi dari permasalahan yang saya angkat mengenai kurangnya interaksi


antara guru dan siswa disebakan oleh kurangnya hubungan komunikasi antara
guru dengan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses
interaksi menjadi vakum. Kemudian bentuk penyebab lainnya antara lain berupa :
1) Guru yang kurang Kompeten; 2) Kegiatan pengajaran yang kurang interaktif;
3) Faktor kesehatan anak dan gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya; 4)
Minimnya perhatian, minat dan bakat akan pembelajaram; 5) kesiapan anak yang
belum matang.

Adanya hambatan-hambatan tertentu,misalnya kadang-kadang masih ada


sikap otoriter dari guru, sikap tertutup dari guru, siswa yang pasif, jumlah siswa
terlalu banyak, sistem pendidikan, keadaan latar belakang guru sendiri, maupun
para siswanya.

Dari permasalahan yang dijelaskan diatas, terdapat salah satu cara untuk
mengatasinya adalah melalui contact-hours di dalam hubungan guru dengan
siswa. Dan cara lainnya yaitu melakukan metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran.

Kemudian terdapat strategi untuk menumbuhkembangkan intraksi yang


produktif di kelas, yaitu :

1. Mengelola diskusi siswa


2. Membantu pengembangan prestasi siswa
3. Mengembangkan komunitas belajar

7
DAFTAR RUJUKAN

Raziq, Abd. Rahman. (2014). Interaksi Pembelajaran Efektif Untuk Berprestasi. :


Jurnal Pilar, 2 (2). Hal 125-134

Misdar,M. (2015). Relativitas Interaksi Pedagogik Guru dengan Siswa dalam


Pembelajaran: Jurnal Tadrib, 1 (2). Hal 3

Inah, Nur Ety. (2015). Peran Komunikasi Dalam Interaksi Guru dan Siswa. :
Jurnal Al-Ta’dib, 8(2). Hal 165-166

Puspahaty,Novita. (2014). Pengaruh Penggunaan Strategi Interaktif Tehadap


Kemampuan Berbicara Siswa: Jurnal Makna, 5 (1). Hal 60-61

Prijanto, Jossapat Hendra. (2021). Peran Guru Dalam Upaya Meningkatkan


Keaktifan Siswa Dengan Menerapkan Metode Tanya Jawab Pada
Pembelajaran Online: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (3).
238-251.

QAA. (2011). Contact Hours : A Guide for Students. The Quality Assurance
Agency for Higher Education: Gloucester

Anda mungkin juga menyukai