BAB 5 – BAB 8
Oleh
2022/2023
BAB 5
Selanjutnya, pendidikan juga tidak akan dan tidak pernah terjadi kehampaan sosial social
vacuum Artinya, pendidikan dak akan terj ada interaksi anterindividu. Karena pendidikan
membawa misi norma keluasan interaksi itu dibatasi oleh tata nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat Sosiologi sebagi disiplin ilmu memiliki kekuatan dalam menjalankan
dan menganalisis peristiwa pendidikan secara luas. Karena itu, pentingnya pendidik untuk
membekali diri pada kajian sosiologi
Melihat keberadaan sekolah yang begitu penting bagi pendidikan, maka ada beberapa
peran analisis sosiologis terhadap dunia pendidikan yaitu pertama, sekolah sebagai suatu
organisasi. Maksudnya disini adalah sekolah sangat penting dan dibutuhkan oleh para
masyarakat perlu dan patut sekali menjadi sebuah organisasi yang diharapkan dapat
mengelola dan memanfaatkan lembaga pendidikan. Kedua, kelas sebagai suatu sistem sosial.
Maksudnya disini adalah suatu proses apapun yang terjadi dalam dunia pendidikan itu
termasuk suatu kegiatan atau aktivitas yang berlangsung di suatu kelas. Ketiga, lingkungan
eksternal sekolah. Maksudnya disini itu suatu sekolah atau kegiatan pembelajaran diluar kelas
dimana terdapat sekumpulan manusia yang dinamakan masyarakat.
Posisi kekuatan dan mengenal keberadaan hearki dan atau masyarakat Untuk
bertindak sebagai kuatan di masyarakat, malah perananya sebagai agenda bagus pada
pendidikan secara paradoks diharapkan menukan bagian membantu perkembangan dan
perubahan sosial dan kultural. Dalam kedudkan sebagai pusat penelitian dan tempat
berkungunya pergunuan tinggi memberikan dukungan penting kegiatan inovatif dan
bersamaan dengan itu mengurangi ada di dalamnya, baik yang menyangkut masalah-masalah
pengajaran salah-masalah keilmuan.
Sebagaimana telah di jelaskan bahwa kebudayaan itu mencakup tata nilal kepercayaan
dan norma-norma yang berlaku dan diwariskan oleh masyarakat dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Bagi masyarakat atau bangsa yang terdiri dari banyak suku dan masing-
masing memiliki kebudayaan sendiri sendiri, mereka juga memiliki pola akulturasi dan
enkulturas. Enkulturasi merupakan proses menjadikan individu agar sanggup menyesuaikan
diri dengan lingkungannya Sementara itu aku mengakan proses.
Secara yuridis, kelompok kesukuan itu mendapatkan perlakuan yang sama dalam
segala hal Akan tetapi, kelompok-kelompok itu di kumpulkan ke dalam satu lembaga
pendidikan, mereka umumnya tidak mau segera saling membuka diri antara kelompok dari
suku satu dengan suku lainnya. Kejadian seperti ini pada akhirnya akan menghambat
terjadinya proses enkulturas dan akulturasi dalam proses pendidikan. Untuk mengatasi
masalah sepert kemudian dibuatlah program pendidikan yang berisikan kurikulum lokal yang
disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah Pelaksanaan kukulum lokal itu bukan saja
dapat mengembangkan budaya daerah melankan juga memberikan wawasan yang
komprehensif bagi peserta didik hadap khazanah budaya di daerah lain, dan budaya
nasionalnya.
Oleh karena itu, dalam proses pendidikan proses asimilasi pada peserta didik harus
dperhatikan untuk menghindari adanya pemisahan antara proses enkulturasi dan akulturasi
pada berbagai suku tersebut. Kemudian untuk menghindari konflik budaya pendidik harus
mampu membuat keputusan secara adil dengan memperhatikan nilai-nilai dan sikap atau latar
budaya peserta didiknya Sebaliknya peserta didik dari golongan minoritas harus menyadari
adanya kenyataan tersebut sehingga tidak menimbulkan konflik yang berarti. Pada umumnya
keinginan masyarakat mendukung adanya sekolah. campuran, baik dilihat dari jenis kelamin
maupun kesukuan karena hanya dengan pendidikan model campuranlah generasi muda dapat
berbaur secara damal meskipun terdapat perbedaan kesukuan jenis kelamin, status ekonomi
status sosial dan keyakinan. Dengan cara itu pula tampak adanya kehidupan masyarakat yang
demokratis sehingga menimbulkan rasa kebangsaan yang tinggi pada peserta dida.
Di negara yang terdiri dan banyak suku atau ras, ketidakberuntungan itu biasany
menimpa penduduk minoritas yang sering tidak berhasil dalam mempersem kehidupan di
lingkungan masyarakat mayoritas. Ketidakberuntungan itu ja menimpa pada berbagai
golongan, misalnya (1) masyarakat yang hidup di derm tersaing, (2) kelompok keagamaan
yang menutup diri dari arus modernisa (3) kelompok yang tidak mampu berkomunikasi
dengan kelompok lain kare adanya masalah bahasa (4) kelompok yang mengalami kelainan
fisik ataupun mental, dan (5) kelompok wanita yang karena naluri dan kondisi alamiahnya.
Dalam kehidupan yang semakin kompleks dan perubahan kebudayaan yang sangat
cepat, anak-anak di daerah perkotaan mengalami ketegangan lebih besar dibandingkan
dengan anak-anak yang hidup di daerah pedesaan. Oleh karena yang mereka hadapi lebih
rumit mereka juga mempunyai risiko yang lebih besar pula. Mereka yang hidup di perkotaan
mengalami banyak keraguan dalam menentukan pilihannya karena semua keputusannya
dipengaruhi oleh konflik moral, status sosial, dan tingkat tanggung jawab individu. Sumber
ketegangan lain adalah anak-anak secara fisik matang sebelum waktunya Akibatnya, mereka
melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan tata nilai dan norma-norma yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat
Kebudayaan manakah yang tidak menguntungkan bagi peserta diak dalam lembaga
pendidikan? Biasanya adalah mereka yang berasal dari orang tua yang memiliki latar
belakang akademik rendah, dan rendahnya latar belakang akademik itu sebagai konsekuensi
dari kelas sosial yang lebih rendah Walaupun orang tua mereka memaksakan kehendaknya
kepada anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah, kenyataannya orang tua tidak mampu
membantu belajar anaknya di rumah karena budaya di sekolah berbeda dengan budaya yang
berlaku di rumah
Ada kemungkinan besar bahwa anak-anak dari kelompok minoritas (biasanya dari
kelas bawahi mengalami kegagalan di sekolah, atau setidak tidaknya kurang mampu
menyesuaikan diri dengan budaya yang berlaku di sekolah. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya keserasian antara nilai-nilai yang dimiliki dan dibawa oleh anak dan keluarganya
dengan nilai-nilai yang berlaku di sekolah. Di samping itu, kebanyakan pendidiknya berasal
dari golongan atau kelas menengah yang sudah barang tentu pelaksanaan pendidikannya
sedikit banyak mengikuti dan menunjukkan nilai-nilai yang diperlukan oleh golongan atau
kelas menengah dalam masyarakat. Dengan sendirinya, nilai- nilai guru itu memengaruhi
nilai-nilai yang seharusnya diajarkan sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum.
Lembaga pendidikan tidak pernah berada di dalam kehampaan sosial (social rem
Lembaga pendidikan memengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat Apabila lembaga
pendidikan bergerak secara dinamik maka masyarakat akan berkembang secara dinamik dan
sebaliknya. Itulah sebabnya ketelitian dalam mahami latar sosial proses perubahan sosial dan
dampak ikutannya akan tukan keberhasilan pendidikan, dan begitu pula sebaliknya
pendekatan sosiologi merupakan suatu kajian yang berupaya menelaah dan menganalisis
peristiwa-peristiwa tersebut dengan cara mengorganisir faktor yang memenganihi proses
pendidikan dan kelembagaannya secara sistematik Tekanan kajiannya terutama terletak pada
bentuk dan fungsi lembaga di masyarakat dalam hubungannya dengan lembaga pendidikan
Hal telaah sosiologi biasanya bersifat disknpet yakni gambaran secara ris tentang
faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasi pendidikan Dinamika interaksi sosial bak di
dalam maupun di kuar sekolah struktur ke- lembagaan sekolah sebagai sistem sosial
kekuatan-kekuatan kelompok di masyarakat dampak ilmu pengetahuan dan teknologi
terhadap pelaksanaan pendidikan, fungsi pendidikan di masyarakat, dan masalah-masalah
sekolah sebagai agen inovasi sosial itu semua terjadi bidang-bidang kajian sosiologi
BAB 6
Kegiatan pendidikan tidak mungkin dan tidak dapat dilepaskan dari latar belakang
yang melingkupinya. Salah satu latar yang penting, namun selama ins jarang sekali
dibahasnya adalah latar antropologi pendidikan. Selama ini dalam buku-buku pendidikan
yang sering dikaji sebagai landasan adalah landasan psikologi landasan sosiologi, dan
landasan filsafati. Apabila kits cermati keadaan masyarakat Indonesia yang terdiri beribu
suku bangsa dengan adat istiadat, kebudayaan dan bahasa yang beragam, tentu pendidikan
tidak dapat dipisahkan dan latarnya yang beragam itu tersebut. Demikian pula latar kemajuan
masyarakat yang beragam, erat hubungannya dengan di mana masyarakat itu bertempat
tinggal. Masyarakat perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan Pada hakikatnya, pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan kebudayaan
dari generasi satu pada generasi berikut. Karena itu proses pendidikan akan saling terkait.
Dengan latar belakang budaya tempat proses pendidikan berlangsung (D.M. Brooks 1988).
Manusia adalah makhluk sosial artinya dalam hidupnya, manusia memerlukan leja
sama dengan orang lain Sejak manusia lahir ke dunia, mereka membutuhkan bantuan dan
hubungan dengan orang lain agar mereka tap hidup (surviva). Hal ini berbeda dengan
beberapa makhluk lain, yang daruniai kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan
induknya
Perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide
pola tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, di mana
manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya di mana sumber-sumber
alam relatif mudah diambil. Membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya
sehingga bila ada seorang warga yang mengalami kekurangan, orang lain dengan mudahnya
membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu, terutama di pedesaan, dimana
kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan gotong royong
antarwarga masyarakat sangat tinggi. Sebaliknya, di daerah perkotaan di mana manusia harus
berusaha lebih keras untuk mempertahankan hidupnya maka perasaan gotong royong itu
makin menipis, dan perasaan individualistisnya lebih tinggi.
3. Sistem Nilai Budaya
Perbedaan dimensi dan waktu yang memengaruhi nilai yang dian tersebut dapat
menyangkut dalam masyarakat seperti pola umum sistem nilai suatu masyarakat cenderung
sama. Hal ini puh medan serhadap individu yang besar sekali. nilai budya adalah bentuk
paling abstrak dan kebudayaan yang beng konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
agar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat berari Kuraningrat 1974:32)
Kamena itu, sistem nila tunggal sebagai pedoman tertinggi bagi perilaku warga masyarakat
Dengan demikian, upaya pendidikan yang berfungsi mewaris kan sisa nilai yang dianggap
luhur oleh suatu masyarakat/bangga budaya depat dan latar sistem nilai yang dianut oleh
masyaraka yang bersangkutan.
Wilayah nusantara kita sangat luas jika direntangkan dapat menutup benua Eropa.
Wilayah yang luas, tersebut terdiri dari 12 ribu pulau yang dirangkaikar oleh lautan dan selat,
sedangkan relief di antaranya sendiri tidak merata, namur penuh bergunung yang tinggi dan
berbagai yang dalam. Sebaliknya, terutama di luar Jawa, pulau-pulau tersebut masih tertutup
oleh hutan belantara. Hal hal itu menyebabkan sulitnya komunikasi dan transportasi
antardaerah bail dalam suatu pulau atau antarpulau.
Suatu kebudayaan merupakan suatu rancang bangun kehidupan yang dibagi oleh
kelompok dan dipelajari dari orang-orang di dalam kelompok itu (Kluckhohn, 1979).
Kebudayaan adalah khas dari suatu kelompok, kita tidak dapat mengatakan bahwa
kebudayaan individu dapat diperkirakan sebagai penghalang dari suatu kebudayaan.
Misalnya, bayi yang baru lahir dan para imigran menjadi anggota masyarakat sebelum
mereka mempelajari budaya masyarakatnya. Bayi dan para imigran itu secara terus-menerus
berinteraksi dengan anggota masyarakat, namun mereka memerlukan waktu bertahun- tahun
untuk mempelajari kebudayaan masyarakatnya.
Kebudayaan itu memiliki fungsi penting. Salah satu alasannya adalah masyarakat itu
dapat dikatakan berada (eksis) jika kebudayaannya masih melekat di dalamnya. Dengan
kebudayaan, masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan baik.
Binatang yang kedudukannya lebih rendah tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya karena ia selalu di arahkan oleh insting bawaan. Insting ini tidak ia pelajari
dan ia akan mengada setelah binatang itu lahir.
Perilaku manusia pada dasarnya tidak ditentukan oleh insting. Manusia semenjak lahir
sudah dilengkapi oleh piranti-piranti tertentu guna mereaksi rangsangan dari luar. Refleksi itu
mencakup respons untuk menjaga kegagalan dan melindungi dari gangguan-gangguan
Manusia juga memiliki kebutuhan biologis seperti dorongan, kelaparan, dan seks. Pada akhir
ini ada usaha untuk mengkaji perilaku sosial dari disiplin sosio-biologi. Sementara itu. K.
Wilson (1978) menyatakan bahwa seseorang yang baru lahir memiliki organisme biologis
yang kebutuhannya harus dipenuhi, namun pemuasan kebutuhan biologis itu hanya
membatasi perilaku manusia dan bukan Sebaliknya menentukan perilaku tersebut. Kenyataan
ini bisa dipahami lewat proses komunikasi di mana seseorang maupun masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan biologisnya dengan cara berkomunikasi ataupun kontak dengan budaya
lain (Schramm dan Lerner, 1976).
2. Konsep Normatif
Konsep normatif dalam etika pergaulan, yaitu mengandung makna apa yang
seharusnya dilakukan oleh masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat.
Hidup berbangsa dan bernegara untuk saling menghormat hak dan kewajiban warga negara,
serta menjaga keserasian, keselarasan, dar keseimbangan hidup. Itulah yang menjadi
pandangan hidup bangsa yang merupakan asimilasi budaya bangsa Indonesia sendiri yang
kemudian menjad wujud kristalisasi nilai tersebut
Sementara itu, adanya citra diri bangsa Indonesia yang selalu menjaga keserasian,
keselarasan dan keseimbangan hidup. Bangsa Indonesia tidak akan dan tidak mau mengukur
budaya bangsa lain dengan daerah atau yang bisa disebut budaya kesukuan dengan tolok ukur
budaya nasional secara menyeluruh. Hanya untuk budaya kedaerahan, budaya nasional itu
menjadi hakikat yang menjembatani komunikasi budaya antardaerah sekaligus menjadi tolok
ukur dalam mengoreksi budaya daerah yang tidak sesuai dengan pandangan hidup, dasar
negara, dan cita-cita luhur bangsa.
Berpijak dari sistem nilai dan unsur-unsur budaya bangsa, dan erat kaitanny dengan
komunitas yang memiliki karakteristik dalam bentuk kontak anta individu keeratan hubungan
antarindividu, serta tata nilai sebagai landas kehidupannya (Kneller, 1976) Kita dapat
mengenali berbagai persoalan yang mungkin timbul di dalam proses pendidikan.
Dalam masyarakat atau bangsa yang bermulti budaya, di mana setiap suku memiliki budaya
sendiri-sendiri, masing-masing suku memiliki cara-ca untuk menyemaikan kebudayaan
kepada generasi muda secara spesifik, ba dalam proses enkulturasi maupun akulturasi.
Secara yuridis, konstitusional setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk
mendapatkan pengajaran sebagaimana yang tercantum di dalam Pasa 27 UUD 1945.
Kenyataannya, terdapat juga beberapa warga negara Indonesia yang belum bisa
menggunakan haknya karena berbagai persoalan. Hal in dapat menghambat terjadinya proses
enkulturasi dan akulturasi dalam proses pendidikan, Hambatan sosial ekonomi, mendapatkan
nilai-nilai budaya.
BAB 8
Revolusi ilmu dan teknologi arus informasi yang membanjin manusia, adanya jaring-
jaring media komunikasi ukuran raksasa, bersama-sama dengan banyak faktor ekonomi dan
sosial lainnya, telah mengubah sistem pendidikan tradisional. Kelemahan bentuk pendidikan
tertentu dan kekuatan sistem lainnya memperluas lingkup kegiatan belajar sendiri dan
mempertinggi nilai sikap aktif dan sadar dalam mencari ilmu. Masalah-masalah yang timbul
dalam dunia pendidikan, melahirkan pemikiran-pemikiran pendidikan luar di sekolah di
samping pendidikan persekolahan (Faure, 1981 xliii)
Pernyataan di atas menyadarkan para pakar pendidikan bahwa pen didikan tidak
hanya berlangsung di sekolah. Program-program pendidik an dituntut terintegrasi menjadi
satu kesatuan antara yang berlangsung di sekolah, di masyarakat dan di keluarga. Pendidikan
diperlukan oleh anak anak, remaja, dan orang dewasa. Pendidikan sifat formal, nonformal
dan informal. Pendidikan yang demikian ini disebut dengan pendidikan seumur hidup. Dalam
konteks ini, pendidikan diartikan sebagai program kreatif seluruh kehidupan berkelanjutan
yang bertujuan mengintegrasikan seluruh jenis pengalaman belajar untuk mengembangkan
kepribadian manusia yang utuh (Dave, 1976:286).
Pengertian di atas, menegaskan ada dua unsur pokok pendidikan. Unsur pertama,
mengembangkan kepribadian yang utuh mencakup dua arah: (a) pemenuhan kebutuhan
individual dan kolektif, baik yang secara dipenuhi maupun untuk jangka panjang: dan (b)
pengembangan kreativitas, inisiatif pemikiran dan otonomi setiap individu. Kedua hal inilah
yang memungkinkan terjadinya perubahan ekonomi dan sosial dengan cepat.
Semua proses membutuhkan biaya Biaya yang umumnya dinilai dengan uang akan
memengaruhi transaksi yang dilakukan dengan produsen, pedagang dan konsumen (Hallak,
1985:1) Apabila seorang pemilik faktor produks menyerahkan faktor tersebut kepada
produsen, biaya bagi si pemilik akan berupa hilangnya pemakaian (cosumption torgone),
sedangkan si produsen memperoleh biaya yang tepat dan dapat diukur, yang terdiri dari upah,
bunga ongkos-ongkos, dan sebagainya.
Dalam ilmu ekonomi, dibedakan antara biaya yang sebenarnya dan biaya tak langsung
Biaya yang sebenarnya, berhubungan dengan usaha dan pengorbanan yang diperlukan untuk
memproduksi benda-benda atau jasa, serta pengeluaran yang terdiri dari pembayaran kepada
para pemi faktor produksi. Biaya yang sebenarnya harus cocok dengan biaya alternant Biaya
alternatif yaitu ongkos yang sebenarnya sebagai hasil dijalankannya sistem produksi yang
tidak menyebabkan pengeluaran yang aktual (Hallak 1985,6)
Pada skala ekonomi mikro, pada tingkat keluarga atau lembaga pendidikan, tidak ada
hubungan yang dekat antara biaya bagi produsen lembaga pendidikan dan biaya bagi
konsumen, yaitu keluarga. Lembaga pendidikan tidak langsung menanggung seluruh biaya
pendidikan, Misalnya, guru-guru dan keperluan administrasi disediakan oleh pemerintah,
keperluan buku sebagian dipikul oleh orang tua. Bahkan ada pendidikan di negara- negara
tertentu yang seluruh biaya pendidikan dikeluarkan oleh pemerintah (Hallak, 1985:4).
Analais Ekonomi Pendidikan ada dua pandangan ekonomi yang berbeda dalam
memandang peranan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi. Kelompok pertama,
memandang ilmu ekonomi pendidikan sebagai cabang im ekonomi sumber daya. Objek
studinya adalah elemen-elemen yang memengaruhi kapasitas kemampuan manusia dan
pengaruhnya terhadap produksi Studi ini menitikberatkan pada analisis kehidupan manusia
sebagai faktor produksi, di samping faktor sosio-politik dan ideologi.
Hal tersebut menantang dunia pendidikan untuk mengambil kebijakan. Terlepas dari
dilema tersebut, bidang ekonomi mempunyai karakteristik ersendiri yang berbeda dengan
bidang lain. Kebutuhan ekonomi secara yata dirasakan sebagai kebutuhan baik oleh setiap
individu maupun oleh masyarakat tanpa mempertimbangkan bobot perhatiannya. Akan tetapi,
ada Deberapa masalah mendasar di bidang ekonomi yang perlu diperhatikan Halam
menentukan arah pendidikan.
Ekonomi mempunyai tiga masalah pokok, yaitu (1) apakah yang diproduksi engan
sumber-sumber yang terbatas? (2) Bagaimana mengombinasikan Derbagai sumber dalam
proses produksi. (3) Apa manfaat barang dan jasa produksi? (Nickson, 1971:11; Cajderwood,
1970:6). Barang dan jasa yang butuhkan setiap orang adalah tujuan akhir dari kegiatan
ekonomi. Barang an jasa yang dibutuhkan manusia tidak ada batasnya. Apabila suatu
ebutuhan dipenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih banyak atau ebih baik.
Bertambahnya kebutuhan ini bukan karena perubahan fisik.