Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KALIMAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
diampu oleh dosen pengampu Bapak Herwandi, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 5 :

1. ROJA SYAKIRA (226910819)


2. SONIA FIRDA ZALIANTI (226910940)
3. DOLIN TRI RAHAYU (226910811)
4. NUR ALLYSHA BINTI AMY (226910901)
5. NOVETRI SALSABILA (226910867)
6. RIZKA FEBRIANTI (226910808)
7.ZARA AURELLIA CALISTA (226910894)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Dialah yang memiliki langit dan bumi
beserta apa yang ada di antara keduanya. Hanya kepada-Nya penulis menyembah
dan hanya kepada-Nya pula penulis memohon pertolongan. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya serta pengikutnya yang tetap istiqomah di atas sunnahnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indoensia
yang diampu oleh Bapak Drs. Herwandi. M.Pd yang berjudul “Kalimat”.
Pembahasannya disusun secara sistematis mulai pengertian kalimat, fungsi kalimat,
pola-pola dasra kalimat berserta contoh, jenis kalimat dan konsep kalimat efektif.

Penulis menyadari, tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan
makalah ini, banyak kekurangan, adanya ketidak-lengkapan baik dalam metode
penulisan/pembahasan maupun dalam cakupan materinya, sehingga sangat jauh dari
kesempurnaan. Penulis sadari pokok-pokok bahasan yang tertuang dalam buku ini
diambil dari berbagai macam referensi yang sumbernya telah dicantumkan baik
dalam isi maupun dalam daftar pustaka. Akhir kata, segala kritik dan saran sangat
kami harapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, 27 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

1. 1. Latar Belakang Masalah.................................................................................1

1. 2. Rumusan Masalah...........................................................................................1

1. 3. Tujuan Penulisan.............................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

2.1. PENGERTIAN KALIMAT........................................................................2

2.2. FUNGSI KALIMAT...................................................................................9

2.3. POLA-POLA DASAR KALIMAT BESERTA CONTOH......................10

2.4. JENIS-JENIS KALIMAT.........................................................................12

2.5. KONSEP KALIMAT EFEKTIF...............................................................17

BAB III........................................................................................................................19

3. 1. KESIMPULAN.....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

1. 2. Manusia
dalam
berkomunikasi
menggunakan
dua cara yaitu
lisan dan
tertulis.
Walaupun kita
1. 3. mengenal
cara-cara lain
seperti isyarat,
gerak, dan
simbol-simbol,
1
namun cara
yang paling
1. 4. efektif
dalam
berkomunikasi
sehari-hari
manusia normal
adalah dengan
cara lisan
maupun
1. 5. tertulis.
Hakikatya
seseorang
menulis adalah
untuk
2
menuangkan
sebuah
gagasan, fakta,
sikap,
1. 6. maupun isi
pikiran yang
ada di
benaknya.
Gagasan, fakta,
sikap, maupun
isi pikiran
tersebut
1. 7. ditulis
dengan jelas
dan utuh
3
sehingga
pembaca dapat
memahaminya
dengan jelas.
Tujuan
1. 8. ditulisnya
gagasan, fakta,
sikap, maupun
isi pikiran
tersebut juga
agar gagasan
itu dapat
1. 9. bertahan
bertahan lama
dan mempunyai
4
bukti otentik,
bahwa kita
pernah menulis.
Hal ini
1. 10. sesuai
dengan
kelebihan dari
bahasa tertulis
yaitu
mempunyai
bukti otentik
yang kuat.
1. 11. Untuk
dapat membuat
sebuah tulisan
5
yang menarik,
perlu kita
memahami
terlebiih dahulu
1. 12. bagaima
na cara
penulisan
kalimat yang
efektif.
Karena sebuah
tulisan yang
baik tidak
1. 13. terlepas
dari sebuah
kalimat yang
6
membangun
tulisan
tersebut.
kalimat yang
baik akan
1. 14. mengha
silkan paragraf
yang baik,
pargraf yang
baik dan padu
akan
menghasilkan
sebuah

7
1. 15. tulisan
yang baik serta
enak dibaca
Dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan, kita
sebenarnyatidak boleh berbicara secara lepas. Akan tetapi, kata-kata tersebut
terangkaimengikuti kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata
yanglazim disebut dengan kalimat. Kalimat tersebut berfungsi sebagai
wadahyang mengungkapkan gagasan, pikiran dan pendapat.

Ketika berbahasa seringkali kita tidak memperhatikan unsur dan


poladasar kalimat dengan benar. Hal ini mengakibatkan kalimat yang
terbentuk tidak mengikuti kaidah penulisan kalimat yang benar, sehingga
kalimatmenjadi tidak efektif. Dalam merangkai sebuah kalimat banyak hal
yang perlu diperhatikan dimulai dari unsur-unsur kalimat, pola dasar kalimat
dantanda bacanya.erdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang
pengertiankalimat, unsur-unsur kalimat, pola dasar kalimat, sehingga sebuah
kalimatyang terbentuk dapat menjadi kalimat efektif

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami rumuskan


masalah antara lain sebagai berikut
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kalimat ?
1.2.2. Apa fungsi kalimat ?
1.2.3. Bagaimana pola-pola kalimat ? dan tuliskan contohnya?
1.2.4. Bagaimana jenis-jenis kelimat Bahasa Indoensia ?
1.2.5. Bagaimana konsep kalimat efetif ?

1. 3. Tujuan Penulisan

8
Agar pembaca mengetahui pengertian kalimat, fungsi kalimat, pola-
pola dasra kalimat berserta contoh, jenis kalimat dan konsep kalimat efektif.

BAB II
ISI

1. 4. PENGERTIAN KALIMAT

Kalimat menurut Fokker (Djonhar, 1980: 11), adalah ucapan bahasa


yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh turunnya
suara. Jadi kriterium yang akan dipakai untuk menentukan apakah akan
dihadapkan dengan kalimat atau tidak ialah yang dinamakan bunyi kaliamat atau
intonasi.

Sedangkan menurut Dr. R. Kunjana Rahardi dalam bukunya (Kunjana,


2010: 76), kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat
digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagi satuan
bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat
satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Pakar berbeda menyatakan bahwa
kalimat adalah satuan bahasa yang secar relatif berdiri sendiri, mempunyai
intonasi akhir, dan secara aktual dan potensial terdiri atas klausa.

Jadi, tidak salah pula kalau dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah


kalimat membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan yang lainnya.
Secara umum dapat disampaikan pula bahwa satuan- satuan bahasa lebih besar
yang ada di atas tataran kalimat itu adalah paragraf dan wacana.

Kalimat adalah kesatuan ujar yang megungkapkan suatu konsep pikiran


dan perasaan (Moeliono, 1999:434). Kaliamat juga mempunyai pengertian
sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
Pikirang yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam
bentuk lisan, kalimata ditandai dengan alunan titinada, keras lembutnya suara,
dan disela jeda, serta diakhiri dengan nada selesai. Adapun dalam bentuk tulisan,

9
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda itik, tanda seeu,
atau tanda tanya (UNS Press, 2008: 83).

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang


utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.Kalimat selalu kita ucapkan ketika
kita berbicara kepada seseorang.Didalam kalimat itu sendiri terdapat tata bahasa
dan tata cara pengucapanya.

Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang lazim disebut jabatan kata
atau peran kata dalam kalimat. Unsur kalimat tersebut adalah subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. Seperti disebutkan diatas bahwa kalimat
dalam bahasa Indonesia baku sekurang- kurangnya terdiri atas dua unsur yaitu
subjek dan predikat. Unsur- unsur yang lain yaitu objek, pelengkap, dan
keterangan kehadirannya tergantung konteks. Untuk lebih jelasnya, unsur- unsur
kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh,


sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok
pembicaraan. Subjek pada umumnya diisi oleh jenis kata atau frasa benda
(nomina), klausa, atau frasa verba. Dalam Kamus Linguistik disebutkan
bahwa subjek adalah bagian dari klausa berwujud nomina atau frasa nomina
yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara (Kridalaksana, 1982:
159). Untuk lebih jelasnya, perhatikan kalimat berikut ini.

(1) Ibuku sedang memasak.


(2) Meja belajar kecil.
(3) Yang berbaju merah dosen saya.
(4) Berjalan kaki menyehatkan badan.
(5) Membangun gedung bertingkat sangant mahal.

10
2. Predikat

Predikat (P) adalh bagian kalimat yang memberi tahu melakukan


(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku, toko, atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuata
subjek, predikat juga dapat menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri
subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau
frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula numeralia,
nomina atau frasa nominal.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui


keberadaan prediket.

1. Mengidentifikasi prediket dengan formula pertanyaan,


Contohnya: Anti terjatuh dari lantai tiga.
Yang merupakan prediket pada kalimat diatas adalah ‘terjatuh’ karena
berdasarkan identifikasi formula pertanyaannya yaitu “Bagaimana” dan
“mengapa”.
2. Mencari kata ‘adalah’ dan ‘ialah’ di dalamnya. Biasanya kata tersebut
digunakan sebagai prediket pada kalimat nominal. Kalimat nominal
adalah kalimat yang prediketnya bukan verba atau kata kerja.
Contohnya: Jumlah pengunjung Pasar Malam adalah sekitar 200 orang.
Jadi kata ‘adalah’ berfungsi sebagai prediket pada kata tersebut.
3. Mengidentifikasi prediket kalimat dengan cara menegasinya. Prediket
yang berupa kata kerja dan kata sifat ditegaskan dengan kata ‘tidak’,
sedangkan jika prediket kalimat nomina, penegasannya menggunakan
kata ‘bukan’.
Contohnya:

11
a. Sekolah itu tidak dikenal lagi kecurangannya dalam hal menyontek
saat ujian nasional.
b. Dia bukan karyawan tetap di kantor itu.
4. Verba dan adjektiva yang mejadiprediket dapat diawali dengan kata
petunjuk aspek dan modalitas seperti ‘telah,sudah,belum,sedang, akan,
ingin, hendak, mau’.
Contohnya:
a. Gempa bumi telah mengguncang Kepulauan mentawai dini hari.
b. Para tamu sedang menikmati jamuan makan siang.

3.Objek

Objek (O) adalh bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada


umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu
dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaiyu verba yang menuntut
wajib hadirnya objek.

Objek kalimat tidak akan hadir di dalam kalimat apabila:

a. Tidak terdapat kalimat pasif.


b. Kalimat itu merupakan kalimat dengan verba aktif transitif.

Ciri-ciri objek,sebagai berikut:


1. Objek berada langsung di belakang predikat
Contoh:
a) Reti merekapitulasi resep-resep di apotik.
b) Fifi membagikan sumbangan.
2. Objek dapat menjadi subjek pada kalimat pasif, ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam
kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.Predikatnya berawalan di-
Contoh:

12
a) Resep direkapitulasi oleh Reti
b) Sumbangan itu dibagikan oleh Fifi
3. Bentuk kebahasaan itu tidak dapat diawali dengan preposisi atau
kata depan.
Contoh:
a) Jeje menyusun laporan.
b) Fika mengedit foto.
4.Pelengkap

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang harus ada pada kalimat


verbal intransitif, yang menghendaki unsur yang melengkapinya.

Ciri-ciri pelengkap :

a. Terletak di belakang prediket, biasanya masih dapat disisipi unsur lain,


yaitu objek.
Contoh:
1) Niken membelikan saya buku baru.
2) Andi berjualan koran.

b. Tidak didahului preposisi


Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, sebagai berikut:
1. Bersifat wajib karena melengkapi kata kerja dalam kalimat.
2. Tidak didahului dengan preposisi.
3. Terdapat di belakang prediket.

Berkenaan dengan hal tersebut,dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Andi berjualan koran.


2. Andi menjual koran.

Dapat kita lihat perbedaan antara pelengkap dan objek di dalam kalimat.
Pada kalimat satu (1) bentuk koran adalah pelengkap. Bentuk kebahasaan itu

13
melengkapi verba yang bercirikan aktif intransitif. Sebaliknya di dalam kalimat
dua (2) bentuk koran adalah objek kalimat, karena verba pada kalimat bersifat
transitif. Jadi dapat disimpulkan bentuk kebahasaan itu adalah pelengkap yang
ditandai dengan verba yang mendahuluinya berawalan ‘ber-‘, selain itu bentuk
berafiks ‘ke-an’ seperti ‘kehilangan’, ’kedatangan’, ’kemasukan’,
’kerampokan’, juga diikuti oleh pelengkap.
Perbedaan antara pelengkap dan objek terletak pada kalimat pasif.
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap dalam kalimat pasif, objek lah yang menjadi kalimat pasif, bukan
pelengkap.

5.Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan


prediket. Dalam kalimat posisi unsur keterangan ini dapat dipindah-pindahkan,
biasanya terdapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Unsur keterangan
tidak wajib hadir, maka keterangan dapat disebut sebagai unsur luaran atau
periferal. Adapun fungsinya untuk menambahkan informasi pada kalimat itu.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa ciri-ciri dari keterangan,


sebagai berikut:
1. Tidak terikat posisi, maksudnya keterangan bersifat mana suka, biasa
terdapat dimana saja. Posisi keterangan cenderung lebih bebas dan tidak
terikat.
2. Keterangan di awali preposisi atau kata depan, berbeda dengan unsur
lainnya seperti subjek, predikat dan objek yang tidak boleh diawali
dengan preposisi.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya dalam sebuah kalimat,
berikut adalah jenis-jenis keterangan:
a. Keterangan waktu, adalah keterangan berupa kata, frasa, atau anak
kalimat yang menyatakan waktu. Keterangan berupa kata, seperti,

14
kemarin, besok, sekarang, lusa, kini, siang, dan malam. Sedangkan
keterangan waktu berupa frasa seperti, kemarin pagi, hari senin, 14
Januari dan minggu depan. Keterangan waktu berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor seperti, setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat,
sewaktu, dan ketika. Contoh:
1) Gempa mengguncang Kota Padang pada sore hari.
2) Gempa mengguncang Kota Padang pada 30 September 2009.
3) Gempa tersebut masih menimbulkan luka mendalam bahkan 8 tahun
setelah peristiwa itu terjadi.
b. Keterangan tempat, berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. Contoh :
1) Minda tinggal di pemukiman yang kumuh itu.
2) Ayah memanggil Angga yang masih mengurung diri dalam
kamarnya.
a. Keterangan cara dapat berupa kata ulang frasa atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai dengan
kata dengan atau secara. Keterangan kata yang berupa anak kalimat
ditandai oleh kata dengan dan dalam. Keterangan cara yang berupa kata
ulang merupakan perulangan adjektiva. Contoh:
1) Pencuri itu berlari dengan cepat.
2) Mutiara keluar dari rumah itu secara diam-diam.
b. Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat yang menyatakan
sebab. Seperti karena. Contoh:
1) Atika menangis karena terjatuh dari sepeda
2) Tanah perbukitan itu menjadi longsor karena penebangan liar
c. Keterangan tujuan, yaitu menambahkan kata informasi tujuan pada
kalimat, seperti untuk,supaya dan agar. Contoh:
1) Andri belajar sepanjang malam supaya naik kelas.
2) Atika menyirami bunga agar tumbuh subur.

15
d. Keterangan aposisi, berupa memberi penjelasan nomina, misalnya subjek
atau objek. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan. Keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (-) atau tanda
kurang. Contohnya:
1) Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
g. Keterangan tambahan, berupa memberi penjelasan nomina (subjek atau
objek). Keterangan tambahan berbeda dengan aposisi, keterangan ini
tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Keterangan tambahan
bercetak miring. Contoh:
1) Siska, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
h. Keterangan pewatas, berupa memberikan pembatas nomina. Misalnya
subjek, prediket, objek, keterangan atau pelengkap. Contoh:
1) Mahasiswa yang mempunyai IP lebih dari tiga mendapat beasiswa.

1. 5. FUNGSI KALIMAT

Fungsi kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.
Cara praktis menentukan fungsi kalimat :
1. Subjek
Subjek adalah pokok kalimat. Fungsi ini dapat dicari dengan pertanyaan
“Siapa/Apa yang dibicarakan oleh kalimat ini?” Subjek selalu berjenis kata
benda atau frasa benda, sebab definisi subjek adalah hal/sesuatu yang
dibicarakan oleh kalimat.
2. Predikat
Predikat adalah keterangan langsung terhadap subjek. Predikat dapat dicari
dengan pertanyaan “Ada apa dengan subjek? Apa yang dilakukan subjek?
Bagaimana keadaan subjek?”
3. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang dapat diubah menjadi subjek dengan cara
dipasifkan atau diaktifkan. Objek dapat dicari dengan memasifkan atau

16
mengaktifkan kalimat. Bagian yang berubah menjadi subjek adalah
objeknya.
4. Keterangan
Keterangan adalah bagian yang bersifat menjelaskan. Cirinya, dapat
dipindahkan dengan melompati subjek dan predikat, tanpa mengubah arti
kalimat.
5. Pelengkap
Pelengkap menyerupai objek. Cirinya, tidak dapat dipindahkan melompati S
dan P dan tidak dapat diubah menjadi subjek.

1. 6. POLA-POLA DASAR KALIMAT BESERTA CONTOH

Pola kalimat adalah rangkaian dari suatu kalimat yang utuh. Pola kalimat juga
bisa disebut sebagai struktur atau unsur kalimat. Hal ini terdiri dari kumpulan kata
penyusun agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Adanya berbagai variasi
konstruksi struktur kalimat merupakan kreativitas manusia dalam berbahasa, berpikir,
dan bernalar.

1. SPOK
Kalimat ini memiliki unsur-unsur subjek, prediket, objek dan keterangan.
Contohnya:
a. Dian membaca buku di kamar.
S P O K

b. Siswa membersihkan sampah di luar kelas.


c. Ayah membeli bubur untuk Caca.

2. SPOPel
Kalimat ini memiliki unsur-unsur subjek, prediket, objek, dan pelengkap.
Contohnya:
a. Sinta membuang buku yang sudah tidak terpakai.
S P O Pel

b. Saya makan nasi yang dingin.

17
c. Diana mengirimi saya surat.

3. SPO
Kalimat ini memiliki unsur subjek, prediket, dan objek. Contohnya:
a. Rara memasak rendang.
S P O

b. Kikan memanggang roti.

4. SPPel
Kalimat ini memiliki unsur subjek, prediket, dan pelengkap. Contohnya:
a. Dia bermain piano.
S P Pel

b. Anto beternak sapi.

5. SPK
Kalimat ini memiliki unsur subjek,prediket, dan keterangan. Contohnya:
a. Saya pergi ke kampus.
S P K

b. Rizki berasal dari Bandung.

6. SP (verba)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan prediket. Prediket berbentuk
verba. Contohnya :
a. Kami berdiskusi.
S P

b. Lila tertidur.
7. SP (nomina)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan prediket. Prediket berupa nomina
(kata benda). Contohnya:
a. Kami mahasiswa.
S P

b. Saya pelajar.

18
c. Bu Erwin seorang Dosen.
8. SP (adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan prediket. Prediket berupa
adjektiva (kata sifat). Contohnya:
a. Kami rajin.
S P

b. Saya lalai.

1. 7. JENIS-JENIS KALIMAT

Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menurut jumlah


klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan subjek
predikatnya (Finoza, 2002: 119). Lebih lanjut dinyatakan bahwa sevcara
sistematis jenis- jenis kalimat tersebut akan diurai dengan disertai contoh agar
lebih jelas.pembagian jenis kalimat ini agar lebih memudahkan dalam
mengidentifikasi kalimat dalam bahasa Indonesia. Menurut jenis klausa, kalimat
dapat dibedakan menjadi kaliamat tunggal dan kalimat majemuka.

1.KalimatTunggal

Kalimat tunggal dapat diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari satu
klausa. Kalimat tunggal ini hanya mengandung satu unsur saja, yaitu S, P, O, Pel,
dan Ket. Kelima unsur tersebut tidak harus muncul semuannya secara bersamaan,
akan tetapi unsur minimal sebuah kalimat, yaitu S dan P harus ada. Oleh karena
unsur pembentuk kalimatnya sebrba tunggal maka dinamakan kalimat tunggal.

Kalimat tunggal ini juga masih dapat dibagi lagi berdasarkan jenis kata
atau frasa pengisi P-nya. Penamaan jenis kalimat ini disesuaikan dengan P-nya.
Contoh- contoh kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Dia mahasiswa baru


(2) Baju bintan film itu sangat indah.
(3) Anak- anak sedang bermain

19
(4) Rumah aktor senior itu ada tiga

Pada kalimat- kalimat diatas dapat diidentifikasi bahwa kalimat (1)


merupakan kalimat nomunal ditandai dengan frasa nomina mahasiswa baru. Kalimat
(2) merupakan kalimat adjektival dengan ditandai dengan frasa adjektival sangat
indah. Kalimat (3) termasuk kalimat verba sedang bermain. Kalimat (4) termasuk
kalimat numeral dengan ditandai dengan frasa numeralia ada tiga. Keterangan
tunggala ada yang dapat diperluas atau dilengkapi dengan menambahkan unsur O,
Pel, dan Ket. Selain itu, unsur S dan O dapat pula diperluas lagi dengan memberinya
berbagai keterangan. Kalimat tunggal tidak harus kalimat pendek.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk dapat dikatakan sebagai perluasan dari kalimat tunggal.


Pada dasarnya kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari duu
atau lebih kalimat tunggal. Seperti diketahui bahwa kalimat tunggal hanya terdiri dari
satu klausa, berarti kalimat majemuk mengandung lebih dari satu klausa. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(1) Seorang penyunting /harus memiliki /pengetahuan yang luas /dan / harus
mengetahui /kode etik penyuntingan/.
(2) Mahasiswa /berdiskusi/ masalah itu/dihalaman kampus /ketika /para dosen
/pergi /ke ruang pimpinan/.

Apabila diamati dengan cermat, kalimat tersubut di atas yaitu kalimat (1) dan
kalimat (2) setidaknya mempunyai P lebih dari satu, sedangkan S yang sebenarnya
ganda, dapat tidak tampak ganda seperti pada kalimat (1) yankni Seorang penyunting.
Kaliamat (1) adalah kalimat majemuk setara. Penanda yang memisahkan kalimat
majemuk setara antara lain adalah kata penghubung atau konjungsi dan. Adapun
kalimat (2) adalah kalimat majemuk bertingkat karena kalimat kedua merupakan hasil
perluasan kalimat pertama. Penanda yang memisahkan kedua klausa dalam kalimat
majemuk tak setara atau bertingkat antara lain adalah kata penghubung ketika.

20
Kalimat majemuk setara pada umumnya mempunyai ciri yaitu kalimat
tersebut dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal. Ciri yang lain adalah
kedudukan tiap kalimat sejajar atau sederajat. Oleh karena kalimat majemuk
merupakan gabungan kalimat, lebih tepat rasanya jika kalimat- kalimat yang disebut
dengan konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara,
jumlahnya ada beberapa dan menjalankan beberapa fungsi.

Kalimat majemuk bertingakat berbeda konstruksinya dengan kalimat


majemuk setara. Perbedaan tersebut terletak pada derajat klausa pembentuknya yang
tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Brkaitan
dengan hal tersebut, kata penghubung atau konjungtor yang menghubungka klausa
kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtor pada kalimat majemuk
setara.

Kalimat berdasarkan funsi isi atau makna komunikatifnya dapat dibedakan


menjadi empat macam, yaitu kalimat berita atau deklaratif, kalimat perintah atau
imperatif, kalimat tanya atau introgatif, dan kalimat seru atau ekslamatif.

1. Kalimat Berita atau Deklaratif


Kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang digunakan oleh seorang
penutur untuk menyatakan suatu berita kepada mitra tuturnya. Kalimat berita
ini mempunyai bentuk yang bebas, boleh inversi atau biasa, aktif atau pasif,
tunggalatau majemuk, dan lain sebagainya. Hal yang penting dari kalimat
berita ini adalah isinya merupakan pemberitaan. Jika digunakan dalam bahasa
lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis kalimat berita
diakhiri tanda titik (.).
2. Kalimat Perintah atau Imperatif
Kalimat perintah atau imperatif adalah kalimat yang digunakan apabila
seorang penutur ingin menyuruh, memerintah, atau melarang seseorang untuk
berbuat sesuatu. Kalimat perintah atau imperatif pada bahasa lisan berintonasa

21
akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat perintah diakhiri dengan tanda
seru atau tanda titik.
3. Kalimat Tanya atau Interogatif
Kalimat tanya natau interogatif adalah kalimat yang digunakan oleh seorang
penutur untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang
diharapakan dari mitra tuturnya. Kalimat tanya atau interogatif pada bahasa
lisan berintonasi naik dan pada bahasa tulis kaimatnya diakhiri dengan tanda
tanya (?). selain adanya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering muncul kata
tanya, misalnya apakah, bagaimana, mengapa, yang mana, di mana, siapa, dan
lain- lain.
4. Kalimat Seru atau Eksklaminatif
Kalimat seru atau eksklaminatif adalah kalimat yang digunakan untuk
megungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk peristiwa yang tiba- tiba
dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat seru atau eksklaminatif pada bahasa
lisan berintonasi naik, dan pada bahasa tulis ditandai dengan tanda seru di
akhir kalimatnya.

Jenis kalimat menurut kelengkapan unsur dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu kalimat lengkap atau kalimat mayor dan kalimat tak lengkap atau kalimat
minor. Pengertian kalimat lengkap adalah kalimat yang mempunyai struktur minimal
S dan P. Yang perlu dijelaskan disini adalah kalimat tak lengkap atau kalimat minor.
Kalimat dalam bahasa tulis dan lisan sering sekali unsurnya tidak lengkap. Hal
tersebut terjadi karena dalam wacana tuturan yang konteksnya sudah diketahui oleh
para penutur dan mitra tuturnya. Jadi kalimat yang tidak ber-S dan ber-P disebut
kalimat minor. Sebagai ilustri berikut ini contoh kalimat yang menggambarkan
fenomena di atas.

(1) Anak : Ibu akan pergi kemana?


Ibu : Ke pasar
Anak : Adik boleh ikut
Ibu : Ya

22
Peristiwa tutur diatas (1) merupakan tuturan yang terjadi antara ibu dan anak.
Pada tuturan (1) terlihat ada bentuk ke pasar. Bentuk tersebut sebenarnya sebuag
bagian dari kalimat ibu akan pergi ke pasar dan adik boleh ikut ke pasar. Akan tetapi
dalam tuturan tersebut tidak diucapkan secara lengakap walaupun tidak lengkap
tuturannya tetapi anak tersebut mengerti maksud apa yang dituturkan oleh ibunya.
Banyak kalimat tak lengkap yang sering muncul dalam tuturan sehari- hari yang
berupa petunjuk, slogan, ucapan, slogan khas, dan grafiti. Contoh kalimat tak lengkap
tersebut antara lain yaitu dilarang masuk, awas, angkat tangan, selamat pagi, selamat
jalan, dan lain- lain.

Kalimat juga dapat dibedakan atas susunan subjek dan predikatnya.


Berdasarkan susunan subjek predikat, kalimat dibedakan menjadi kalimat biasa dan
kaliamat inversi.

Kalimat biasa adalah kalimat yang strukturnya biasa, yaitu unsur S kemudian
diikuti oleh unsur P. Adapun kalimat inversi adalah kalimat yang unsur P-nya
mendahului unsur S. Struktur tersebut digunakan untuk tujuan penekanan atau
penegasan makna. Kata atau frasa yang muncul pertama dalam peristiwa tutur
menjadi kunci yang mempengaruhi makna dalam hal menimbulkan kesan tertentu
dibandingkan apabila menempatkan pada urutan kedua. Berikut ini contoh kalimat
biasa dan kalimat inversi.

(1) Adikku menangis karena jatuh dari sepeda


(2) Menangis adikku karena jatuh dari sepeda

Kalimat (1) merupakan contoh kalimat biasa dan kalimat (2) merupakan
contoh kalimat inversi. Dapat dirasakan bahwa kalimat (2) memberi penekanan pada
kata menangis dan bukan pada adikku. Jadi dapat dikatakan lagi bahwa kalimat
inversi bertujuan memberikan tekanan pada kata yang dituturkan pada awal kalimat
yang berkedudukan sebagai P dalam kalima tersebut.

23
1. 8. KONSEP KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses


penyampaian oleh pembicar atau penulis dalam proses penerimaan oleh pendengar
atau pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar
atau pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar atau pembaca relatif sama dengan
yang dikehendaki oleh pembicara atau penulis (Alwi, 2001: 39).

Kalimat efektif merupakan kunci penentuyang menjembatani efektivitas


bahasa. Secara umum kalimat efektif adalah struktur hasil gabungan kata- kata yang
secara dasar direncanakan mencapai tujuan komunikasi seprima mungki (Syamsudin,
1994: 99).

Lebih lanjut dijelaskan berkaitan dengan bahasa tulis bahwa kalimat efektif
adalah komposisi kata- kata yang maksud artinya diterima oleh pembaca secara persis
seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Selain keunggulannya yang tepat sasran
itu, komposisinya benar menutur gramatika sesuai kaidah berbahasa yang benar dan
baik, akan tetapi juga menimbulkan daya tarik bagi pembaca dan bahkan bagi
penulisnya sendiri.

Kalimat efektif mempunyai ciri- ciri, yaitu (1) keutuhan, (2) kesejajaran, (3)
pemfokusan, dan (4) penghematan. Berikut ini akan dijelaskan masing- masing ciri
kalimat efektif tersebut di atas dengan merujuk pendapat Finoca (2002).

1.Kesatuan

Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.


Dengan satu ide pokokboleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu
kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu dengan lainnya, asalkan ide atau
gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang
tidak mempunyai hunbungan sama sekali kedalam sebuah kalimat.

24
2. Kepaduan

Kepaduan adalah hubungan yang padu antara unsur- unsur pembentuk kalimat
yang termasuk pembentuk kalimat adalah frasa, klausa, serta tanda baca yang
mempentuk S-P-O-Pel.-Ket. Dalam kalimat.

3. Kesejajaran

Kesejajaran adalah terdapatnya unsur- unsur yan sama derajatnya, sama pola
atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.

4. Pemfokusan

Pemfokusan ialah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian kalimat


sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai
untuk memberi perlakuan khusus kepada kata- kata tertentu ada beberapa, yaitu (1)
dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awl kalimat, (2) dengan melakukan
pengulangan kata (repetisi), (3) dengan melakukan pengontrasan kata kunci, dan (4)
dengan menggunakan partikel/ penegas.

5. Penghematan

Penghematan adalah menghindari penukaran kata yang tidak perlu. Hemat


tidak berarti harus menghilangkan kata- kata yang dapat memperjelas arti kalimat.
Hemat berarti “ekonomis” tidak memakai kata- kat mubazir tidak mengulang- ulang
subjek, tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan
hemat kata- kata diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

25
BAB III
PENUTUP
1. 9. KESIMPULAN

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang


utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.Kalimat selalu kita ucapkan ketika kita
berbicara kepada seseorang.Didalam kalimat itu sendiri terdapat tata bahasa dan tata
cara pengucapanya. Unsur dalam kalimat adalah subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (Ket.).

vKalimat menurut jenis klausa dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. Kalimat berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu kalimat berita atau deklaratif, kalimat
perintah atau imperatif, kalimat tanya atau interogatif, dan kalimat seru atau
eksklaminatif. Jenis kalimat menurut kelengkapan unsur dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu kalimat lengkap atau kalimat mayor dan kalimat tak lengkap atau
kalimat minor. Kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan- gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif
mempunyai ciri- ciri, yaitu (1) keutuhan, (2) kesejajaran, (3) pemfokusan, dan (4)
penghematan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Djonhar . 1980. Pengantar Sintaksis Indonesia. Jakarta :


Pradnya Paramita.

Muhammad Rohamdi, dkk.2008. Teori dan Aplikasi: Bahasa


Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta: UNS press.

Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Erlangga.

Samsuri, dkk.1988. Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia.


Jakarta : Balai Pustaka.

Kunjana Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,. Jakarta:


Erlangga

27

Anda mungkin juga menyukai