Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN, SYARAT DAN UNSUR KALIMAT

DISUSUN OLEH :
BERTILIA CAPRIANA AYUDANTI
201412500536
DIAN NURFITRIANA
201412500520
GRACE LUCIA DEVI MANURUNG
201412500511
PUTRI SYAUFIKA OKTAVIANI
201412500529

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JL.NANGKA NO.58C TANJUNG BARAT, JAGAKARSA, JAKARTA
SELATAN 12530
TELP./FAX. : (021) 7818718 / 78835283
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia 1. Tak lupa pula kami
sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Yogi Purnama, selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 1.
2. Rekan-rekan seperjuangan R.5.D
3. Secara khusus kami menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan baik berupa moril maupun materil.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami


danpembacanya. Dalam penulisan ini, kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada penulisan maupun materi.Mengingat kemampuan yang kami miliki,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 05 Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
c. Tujuan ............................................................................................. 2
d. Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Kalimat .......................................................................... 3
b. Unsur-unsur Kalimat ....................................................................... 4
c. Ciri-ciri Kalimat .............................................................................. 12
d. Syarat-syarat Kalimat ...................................................................... 13
e. Pola Dasar Kalimat ......................................................................... 17
BAB III PENUTUP
a. Simpulan ......................................................................................... 20
b. Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan dua cara, yaitu lisan


dan tertulis. Walaupun kita mengenal cara-cara lain seperti isyarat, gerak,
dan simbol-simbol, namun cara yang paling efektif dalam berkomunikasi
manusia normal adalah dengan cara lisan maupun tertulis. Hakikatnya
seseorang menulis adalah untuk menuangkan sebuah gagasan, fakta, sikap
maupun isi pikiran yang ada di benaknya. Gagasan, fakta, sikap, maupun
isi pikiran tersebut ditulis dengan jelas dan utuh sehingga pembaca dapat
memahaminya dengan jelas. Tujuan ditulisnya gagasan, fakta, sikap
maupun isi pikiran tersebut juga agar gagasan itu dapat bertahan lama dan
mempunyai bukti otentik, bahwa kita pernah menulis.Hal ini sesuai
dengan kelebihan dari bahasa tertulis yaitu mempunyai bukti otentik yang
kuat.
Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang menarik, perlu kita
memahami terlebih dahulu bagaimana cara penulisan kalimat yang efektif.
Karena sebuah tulisan yang baik tidak terlepas dari sebuah kalimat yang
membangun tulisan tersebut. Kalimat yang baik akan menghasilkan
menghasilkan paragraph yang baik, paragraph yang baik dan padu akan
menghasilkan sebuah tulisan yang baik serta enak dibaca. Untuk itu pada
makalah ini dibahas bagaimana menyusun dan mengenal kalimat yang
baik dan efektif.

1
2

1. Rumusan Masalah

1. Apa itu kalimat?


2. Apa saja unsur yang membangun sebuah kalimat?
3. Apa sajakah ciri-ciri sebuah kalimat?
4. Apa saja syarat-syarat kalimat?
5. Apa saja pola dasar dari sebuah kalimat?

2. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan apa itu


kalimat.
2. Agar mahasiswa dapat memahami apa sajakah unsur-unsur
yang membangun sebuah kalimat.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja ciri-ciri kalimat.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja syarat dari sebuah
kalimat.
5. Agar mahasiswa dapat memahami pola dasar dalam
membentuk sebuah kalimat.

3. Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami dengan baik dan dapat


menjelaskan pengertian kalimat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja unsur-
unsur yang membangun sebuah kalimat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa sajakah yang menjadi ciri-
ciri sebuah kalimat.
4. Mahasiswa dapat mengetahuiapa saja syarat dari sebuah
kalimat.
5. Mahasiswa dapat memahami pola dasar dalam membentuk
sebuah kalimat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

Kita sudah mengetahui bahwa dalam susunan gramatikal, satuan


bentuk bahasa terkecil dan mempunyai makna adalah kata. Namun, jika dilihat
lebih jauh, satuan bahasa terkecil dan terlengkap maknanya disebut
kalimat.Hal ini dikarenakan pada sebuah kata terkadang tidak dapat mewakili
sebuah konsep makna yang utuh.Walaupun satuan bahasa terkecil, kalimat
mempunyai makna yang utuh karena dapat berdiri sendiri serta mempunyai
pola intonasi akhir.
Kalimat dapat berwujud lisan maupun tertulis.Dalam wujud lisan,
sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final. Sedangkan, dalam wujud
tertulis, kalimat diawali oleh huruf capital dan diakhiri oleh tanda titik (.),
tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Kalimat merupakan sebuah bentuk bahasa yang didalamnya terdapat
sebuah gagasan yang utuh. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah
dipahami orang lain sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Untuk itu
dalam menulis sebuah kalimat yang baik, mempunyai pokok pikiran yang
jelas sehingga menghasilkan kalimat yang efektif.
Menurut Keraf (1993:34) kalimat merupakan suatu bentuk bahasa
yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara
terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain.Sedangkan menurut Finoza
(2009:149) kalimat adalah bagian ujaran atau tertulis yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat dan intonasi finalnya menunjukan
bagian ujaran atau
3
4
tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
Hal ini sesuai dengan pendapat Akhadiah (1988:116) yang mengatakan sebuah
kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat.

B. Unsur-unsur Kalimat

Kalimat bukan semata-mata gabungan dari beberapa kata.Namun, dalam


kalimat harus mempunyai sebuah makna yang utuh dan jelas.Untuk itu sebelum
kita dapat membuat kalimat yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu
struktur dasar serta unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat.
Adapun unsure kalimat merupakan fungsi sintaksis yang biasa disebut jabatan
kata atau peran kata.Unsur-unsur tersebut adalah S (subjek), P (predikat), O
(objek), Pel (pelengkap), dan Ket (keterangan). Pada kalimat bahasa Indonesia,
kalimat tersebut dikatakan baku, jika terdapat sekurang-kurangnya terdiri dari dua
unsure, yaitu unsur S (subjek) dan P (predikat). Sedangkan unsur-unsur lainnya
seperti O (objek), Pel (pelengkap) dan Ket (keterangan) boleh ada atau tidak pada
sebuah kalimat.
Kita harus mengetahui, pada praktiknya ketika kita membaca atau menyusun
sebuah kalimat, kita akan menemukan satuan-satuan bentuk yang akan mengisi
S,P,O,Ket dan Pel tersebut tidak hanya pada sebuah kata, melainkan bisa saja
pada sebuah frasa. Dalam makalah ini akan dibahas kelima unsure tersebut.
Namun, sebelum membahas kelima unsur tersebut, dibawah ini akan diberikan
contoh kalimat yang S,P,O,Ket dan Pel-nya berbentuk frasa, yaitu frasa guru
bahasa Indonesia yang baik.
(S) Guru bahasa Indonesia yang baik itumembacabuku.
S P O
5

(P) Bu Rini adalah Guru bahasa Indonesia yang baik.

S P

(O) Tuti menelepon Guru bahasa Indonesia yang baik itu.

S P O

(Pel) Mahasiswa itu menjadi Guru bahasa Indonesia yang baik.

S P Pel

(Ket) Bayu belajar dengan Guru bahasa Indonesia yang baik itu.

S P Ket

1. Subjek (S)
Subjek (S) merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku,
tindakan, keadaan, masalah atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok
suatu pembicaraan dan dapat diterangkan oleh predikat (P).
Fungsi subjek (S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa,
maupun frasa verba. Simak contoh dibawah ini :
a. Ibuku suka menjahit.
b. Kursi dosen bagus.
c. Yang memakai kebaya dosen saya.
d. Berlari-lari kecil sangat bagus untuk badan.
e. Membangun jalan layang nontol sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada contoh diatas merupakan subjek


(S).contoh (a), subjek diisi oleh kata benda yakni Ibuku. (b), subjek diisi
oleh frasa nomina, yakni kursi dosen. (c), subjek diisi oleh sebuah frasa,
yakni yang memakai kebaya. Sedangkan contoh (d) dan (e), subjek diisi
oleh frasa verba, yakini berlari-lari kecil dan membangun jalan layang non
tol.
6

Sebenarnya dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik mensyaratkan


fungsi subjek (S) baik berupa kata, frasa, atau klausa yang harus merujuk
pada benda yang konkret atau abstrak Namun, kalau kita perhatikan pada
contoh (c), (d), dan (e) walaupun fungsi subjek (S) diisi oleh bukan kata
benda ,tetapi hakikat bentuk fisiknya masih tetap merujuk pada benda.
Contoh (c) dan (d) misalnya, walaupun subjek (S) diisi oleh bukan kata
benda, namun kata yang memakai kebayadan berlari-laritentulah
pelakunya adalah berupa orang (benda). Sedangkan dalam contoh (e),
walaupun subjek (S) diisi oleh bukan kata benda, namun secara implisit
hasil membangun jalan layang nontol juga merujuk pada benda juga.
Tidak hanya itu, kalau diperhatikan lebih dalam, sebenarnya ada 2 kata
atau nomina yang dilesapkan atau dihilangkan yaitu orang pada awal
contoh (C) dan perbuatan pada contoh (D) dan (E).

Subjek (S) juga dapat dilihat atau dikenali dari cara bertanya
dengan memakai kata tanya seperti Siapa atau Apa kepada predikat.
Jika dalam sebuah kalimat terdapat jawaban yang logis dari pertanyaan
yang diajukan,maka jawaban itu adalah (S). Namun, jika dalam sebuah
kalimat tidak ada jawaban yang logis dari pertanyaan yang diajukan,
berarti kalimat tersebut tidak mempunyai subjek (S). Perhatikan contoh
berikut :

a. * Bagi mahasiswa diwajibkan mematuhi tata tertib yang berlaku.

b. * Di sini dapat menampung para korban bencana banjir.

c. * Menangis tiap malam.

Kalau kita bertanya siapa yang diwajibkan mematuhi tata tertib


yang berlaku pada kalimat (a), maka jawabannya bagi mahasiswa. Perlu
kita ingat, kalimat yang efektif adalah kalimat yang lugas dan hemat,
7

untuk itu kalimat pada contoh (a) akan lebih efektif bila kata bagi
dihilangkan sehingga menjadi Mahasiswa diwajibkan mematuhi tatatertib
yang berlaku. Dengan demikian Subjek (S) pada kalimat (a) akan lebih
jelas yaitu Mahasiswa. Pada kalimat (b), jika kita bertanya siapa yang
dapat menampungpara korban bencana banjir, maka jawabannya di sini.
Jawaban tersebut tidaklah logis, untuk itu supaya lebih logis maka kata di
sini dapat diganti dengan kata kami sehingga kalimat tersebut menjadi
Kamimenampung para korban bencana banjir. Dengan demikian Subjek
(S) pada kalimat (b) akan lebih jelas, yakni Kami. Selanjutnya jika kita
bertanya siapa yang menangis tiap malam pada kalimat (c), kita tidak akan
menemukan jawabnnya, karena kalimat (c) tidak mempunyai Subjek (S).
Oleh karna itu perlu kita tambahkan atau sertakan nomina atau pronomina
pada awal kalimat (c) misalnya, Indah atau Dia. Sehingga kalimat (c) akan
menjadi Indah menangis tiap malam.Atau Dia menangis tiap malam.

2. Predikat
Predikat (P) merupakan bagian kalimat yang berfungsi memeberi tahu
atau menerangkanb tindakan atau melakukan perbuatan Subjek (S) dalam
sebuah kalimat. Tidak hanya menerangkan tindakan atau keadaan Subjek
(S), Predikat (P) juga berfungsi untuk menyatakan sifat atau keadaan
Subjek (S), termasuk juga untuk penyataan jumlah sesuatu yang dimiliki
oleh Subjek (S). Seperti yang sudah dijelaskan di atas satuan bentuk yang
dapat mengisi Predikat tidak hanya kata, tapi dapat juga berupa frasa.
Seperti dalam contoh berikut ini :
a. Kuda berlari.
b. Permepuan cantik sekali.
c. Jakarta dalam keadaan kondusif.
d. Rini murid baru.
e. Rumah Pak Gurbernur tiga.
8
Bagian yang dicetak tebal dalam contoh di atas berfungsi sebagai
Predikat (P).pada kalimat (a), kata berlari memberi tahu pekerjaan Kuda.
Kalimat (b), cantik sekali memberi tahu keadaan perempuan.Kalimat (c),
dalam keadaan kondusif memberi tahu situasi keadaan Jakarta.Kalimat
(d), murid baru memberi tahu status Rini yang seorang murid
baru.Sedangkan, kalimat (e) kata tiga memberi tahu jumlah rumah yang
dimiliki Pak Gurbernur. Kalau diperhatikan pada kalimat (a) s.d (e),
fungsi Predikat (P) tidak hanya berbentuk kata, tetapi juga berbentuk frasa
seperti padacantik sekali, dalam keadaan kondusif, dan murid baru.
Lima kalimat diatas adalah contoh kalimat yang memiliki Predikat
sebagai pembentuk kalimatnya.Sedangkan contoh (f) dan (g) ini belum
memiliki Predikat (P) karena tidak ada kata-kata yang menunjuk
perbuatan, sifat atau keadaan Subjek (S) atau pelaku.
(f) *garut yang dikenal sebagai kota dodol
(g) *guru yang baik hati itu
Seandainya kedua contoh di atas ditulis menggunakan huruf kapital
di awalnya dan diakhiri oleh intonasi final misalnya tanda titik (.), tetap
saja di dalamnya tidak ada kata atau frasa yang berfungsi sebagai Predikat
(P). Tidak ada penjelasan atau jawaban dari pertanyaan pada kalimat
garut yang dikenal sebagai kota dodol. Sama halnya dengan contoh (f),
pada contoh (g) juga tidak terdapat penjelasan dari kenapa atau ada apa
dengan guru yang baik hati itu. Karena tidak ada penjelasan tentang
tindakan, sifat, serta keadaan yang dituntut pada contoh (f) dan (g), maka
kedua contoh tersebut bukan sebuah kalimat, melainkan baru berbentuk
frasa.

3. Objek (O)
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran
tindakan Subjek (S) dan melengkapi fungsi Predikat (P).karena sebagai
9
pelengkap predikat, maka biasanya Objek (O) selalu di belakang Predikat
(P). sama halnya dengan Subjek (S), biasanya Objek (O) diisi oleh
nomina atau frasa nomina dan juga klausa.
Dalam kalimat pasif, Objek (O) dapat berfungsi sebagai Subjek (S)
perhatikan contoh dalam kalimat berikut.
1. Aktif : Dosen itu membaca buku Bahasa Indonesia.
Pasif : Buku Bahasa Indonesia dibaca oleh dosen itu.
2. Aktif : KPK menangkap para koruptor.
Pasif : Koruptor ditangkap oleh KPK.
3. Aktif : Presiden mengunjungi para korban bencana
banjir.
Pasif : para korban bencana banjir dikunjungi oleh
presiden.
Pada contoh 1, fungsi Objek (O) berada pada frasa buku Bahasa
Indonesia.Namun pada kalimat pasifnya, fungsi objek buku Bahasa
Indonesia berubah menjadi subjek pada kalimat Buku Bahasa
Indonesia dibaca oleh dosen itu.Begitupun dengan contoh 2 dan 3.
Kalimat yang memiliki fungsi Predikat (P) yang berupa verba
transitif juga mewajibkan adanya fungsi Objek (O) yang
melengkapinya. Perhatikan contoh dibawah ini :
a. Ibu memasak
b. Anggota DPR merancang
Kalau dilihat dari kedua contoh di atas pada kata yang
berfungsipredikat memasak dan merancang menuntut untuk dilengkapi
oleh fungsi objek. Karena kata memasak dan merancang merupakan
verba transitif, jadi menuntut adanya kata lain yang melengkapinya
setelah kata memasak dan merancangtersebut untuk dijadikan sebagai
objek. Misalnya contoh (a) tersebut ditambahkan kata ikan dan pada
kalimat
(b) ditambahkan kata undang-undang maka kedua kalimat tersebut
10
akan menjadi Ibu memasak ikan dan DPR merancang undang-undang.
Kata ikan dan undang-undang itulah berfungsi sebagai objek.
Berbeda dengan contoh di atas yang fungsi predikatnya diisi oleh
verba transitif.Contoh berikut adalah predikat yang diisi oleh verba
intransitive, yakni verba yang tidak menuntut adanya objek untuk
melengkapinya.Seperti pada contoh dibawah ini.
- Orangtua itu pulang.
- Adik belajar.
Kedua contoh tersebut tidak membutuhkan adanya objek untuk
melengkapinya.Kata pulang dan belajar dalam kalimat di atas
merupakan verba intransitif yang tidak mewajibkan adanya objek
setelah kata pulang dan belajar.Oleh karena itu, adanya objek dalam
sebuah kalimat tidak terlalu wajib atau boleh tidak ada. Tidak seperti
subjek dan predikat yang harus ada pada sebuah kalimat bakubahasa
Indonesia.
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang berfungsi sebagai
pelengkap predikat. Unsur pelengkap hamper sama dengan objek hanya
saja kalau objek dapat berfungsi sebagai subjek, sedangkan kalau
pelengkap tidak dapat berfungsi sebagai subjek dalam kelimat pasif.
Perhatikan kalimat berikut ini :
1.aHakimmembacakanvonis hukuman.
S P O
1.bIndonesiaberlandaskanpancasila dan UUD 1945.
S P Pel
Kedua contoh di atas merupakan kalimat aktif yang sama-sama
terdapat kata benda atau nomina pada fungsi predikatnya yaitu vonis
hukuman dan pancasila dan UUD 1945.Namun perbedaannya dapat kita
lihat ketika kedua kalimat tersebut diubah menjadi pasif.Perhatikan :
11
2.a Vonis hukuman dibacakan oleh hakim.
S P O
2.b Pancasila dan UUD 1945 dilandasi oleh Indonesia.
Pada kalimat (1.a) kata vonis hukuman yang berfungsi sebagai
unsur objek, beralih fungsi jadi subjek pada kalimat (2.a).Sedangkan frasa
pancasila dan UUD 1945 tidak dapat beralih menjadi subjek pada kalimat
(2.b).dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa objek dapat berfungsi
sebagai subjek sedangkan pelengkap tidak dapat berfungsi sebagai subjek
jika diubah menjadi kalimat pasif.

5. Keterangan (Ket)
Keterangan (Ket) merupakan bagian kalimat yang menerangkan
lebih lanjut tentang subjek, predikat, dan juga objek dalam sebuah
kalimat.Keterangan (Ket) boleh ditempatkan di mana saja atau bersifat
mana suka.Boleh diletakkan di awal, tengah atau akhir kalimat.Keterangan
(Ket) ini dapat berupa adverbial, frasa nomina, frasa preposisionalatau
juga dapat berupa klausa.Walaupun keterangan ini dapat diletakkan di
mana saja, namun jangan sampai merubah makna dalam kalimat.Contoh :
a. Mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester sore itu.
b. Mahasiswa sore itu mengikuti Ujian Akhir Semester.
c. Sore itu mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester.
Frasa sore itu pada ketiga kalimat di atas berfungsi sebagai
Keterangan (Ket) yang berbentuk frasa nomina.Kalau dilihat dari frasa
sore itu dapat menempati posisi mana saja dan tidak mengubah makna
sedikit pun pada kalimat tersebut.
Menurut Alwi dalam Finoza (2003:366) berdasarkan maknanya
terdapat beberapa jenis keterangan dalam kalimat.Para ahli membagi
keterangan yang terpenting menjadi sembilan macam. Diantaranya :
12
1. Keterangan Tempat
Contoh : Adik mengambilkan koran ayah dari kursi itu.
2. Keterangan Waktu
Contoh : Kemarin siang Jakarta diguyur hujan.
3. Keterangan Alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau.
4. Keterangan Tujuan
Contoh : Anak itu rela bekerjademi kedua orang tuanya.
5. Keterangan Cara
Contoh :Silahkan kerjakan soal itu dengan seksama.
6. Keterangan Peserta
Contoh : Andi bekerja sama dengan saudara-saudara
sekampungnya.
7. Keterangan Similatif atau Kemiripan
Contoh : Para siswa bertanding sepak bola seperti atlet
nasional.
8. Keterangan Sebab
Contoh : Karena rajin belajar, siswa itu menjadi siswa terbaik
di sekolahnya.
9. Keterangan Kesalingan
Contoh : Anak-anak harap saling berpegangan tangan satu
sama lain agar tidak ada yang tertinggal.

C. Ciri-ciri Kalimat

Ciri-ciri dapat dilihat dari :

1. Segi maknanya, sebuah kalimat harus mengandung


informasi yang relative lengkap.
2. Segi bentuknya, sebuah kalimat sekurang-kurangnya
harus mengandung subjek dan predikat.
3. Segi unsurnya, subjek atau pokok kalimat dapat
diketahui dari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa,
13
sedangkan predikat dapat diketahui dari jawaban atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana.
4. Segi fungsinya, terdiri atas unsur-unsur yang disebut
subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

D. Syarat-syarat Kalimat

Kalimat yang baik harus memnuhi syarat sebagai berikut.


1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa.
Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah
bahasa maksudnya adalah kalimat yang cermat baik dari
segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan
kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar.
Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari kaidah
bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan
sintaksis yang benar.
Contoh :
a. Pada jadwal di atas menunjukkan kereta
eksekutif Argo Lawu berangkat pada pukul
17.00 dari Gambir.
b. Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci.
c. Yang punya HP harus dimatikan.
Kalimat di atas meskipun dapat dipahami tapi terasa
janggal didengar.Pada kalimat pertama terasa ada yang
kurang secara sintaksis.Jabatan subjeknya tidak ada
karena penggunaan kata tugas pada. Jika kata pada
dihilangkan, akan terasa lebih tepat. Penggunaan kata
tugas bagi pada kalimat kedua juga tidak pada
tempatnya dan tidak perlu sebab yang dimaksud
sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan
14
bukan orangnya. Demikian pula pada kalimat ketiga,
yang dimatikan adlah HP bukan pemilik HP. Perbaikan
kalimat di atas adalah :
a. Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif
Argo Lawu berangkat pada pukul 17.00 dari
Gambir.
b. Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci.
c. Yang memiliki HP harap mematikan HP-nya.
2. Logis atau dapat diterima nalar.
Kalimat juga harus logis atau dapat diterima oleh akal.
Meskipun secara gramatikal sesuai dengan kaidah
namun jika tidak logis, kalimat tersebut tidak akan
dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada
orang lain.
Contoh :
a. Anak-anak itu sedang asyik makan makan
pohonan.
b. Ini adalah daerah bebas parker.
c. Di sini tempat pendaftaran buta huruf.
Ketiga kalimat di atas salah nalar. Kalimat pertama
jelas tidak masuk akal.Secara akal sehat, tidak ada
manusia yang makan pohonan. Sebab pengertian
pohonan adalah keseluruhan pohon dari akar dan batang
hingga daun. Kata pohonan juga dapat dimaknai banyak
pohon. Meskipun secara struktur kalimatnya benar
karena ada subjek, predikat dan objek, tapi secara nalar
tidak maksud akal.Kalimat kedua dan ketiga juga tidak
tepat. Penggunaan bebas parkir harusnya sama dengan
15
bebas narkoba, bebas becak, bebas bea yang artinya
daerah tersebut tidak ada lagi narkoba, becak atau
pungutan. Tapi arti bebas parkir mengapa jadi boleh
parkir tanpa bayar. Kalimat ketiga maksudnya bagi
yang buta huruf agar mendaftar di tempat ini untuk
mendapatkan pengajaran.Pengertian pada kalimat di
atas adalah orang yang mendaftarkan diri agar jadi buta
huruf. Perbaikan kalimat-kalimat di atas yaitu :
a. Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan
pohonan.
b. Ini adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir
gratis.
c. Di sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi
yang buta huruf.
3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan
dengan tepat.
Kalimat yang baik juga harus mengandung pengertian
yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkam
penafsiran ganda atau ambigu.Tidak sedikit pula kita temui
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur bahasa
mengandung pengertian ganda.Kalimat ini selain dapat
membingungkan juga menimbulkan respon atau tanggapan
yang tidak sesuai karena tidak tersampaikannya pesan
secara benar.
Contoh :
a. Saya melihat kelakuan anak itu bingung.
b. Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke
kuburan.
c. Semua mahasiswa fakultas yang baru agar
berkumpul di ruang senat.
16
Ketiga kalimat di atas bermakna ganda.Kalimat
pertama mengandung dua pengertian, dapat anak yang
bingung atau saya yang bingung. Jika anak yang bingung,
kata bingung harus mendapatkan imbuhan ke-an menjadi
kebingungan. Jika saya yang bingung, kata bingung harus
berada setelah kata saya. Perbaikannya ada dua varian,
yaitu :
1. (a) Saya bingung melihat kelakuan anak itu.
(b) Saya melihat anak itu kebingungan.
Kalimat kedua bermakna jenazah yang diantar
banyak.Frasa iring-iringan jenazah mengandung
pengertian jamak.Jadi pengertian kalimat kedua adalah
mereka mengantarkan banyak jenazah ke kuburan.Apa
benar? Sebenarnya maksud kata iring-iringan bukan
ditujukan pada jenazah tapi para pengiringnya sehingga
makna sebenarnya adalah mereka mengantar para
pengiring jenazah ke kuburan.Dan lebih jelas lagi jika
kata mengantar dihilangkan. Perbaikannya adalah
sebagi berikut :
2. (a) Mereka mengantar jenazah ke kuburan.
(b) Mereka mengiringi jenazah ke kuburan.
Kalimat ketiga dapat menimbulkan salah pengertian
karena yang dimaksud adalah mahasiswa baru atau
mahasiswa fakultas yang baru.Predikat baru ditujukan
kepada mahasiswa baru atau pada fakultasnya.
Perbaikannya ada dua varian, yaitu :
3. (a) Semua mahasiswa baru di fakultas itu agar
berkumpul di ruang senat.
(b) Semua mahasiswa pada fakultas yang baru
itu agar berkumpul di ruang senat.
17

E. Pola Dasar Kalimat

Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, ada 6 tipe


kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa
Indonesia. Keenam tipe kalimat tersebut menurut Finoza
(2009:157-160) antara lain :
1. Kalimat dasar tipe S-P
Dalam kalimat dasar bertipe S-P, predikat biasanya
diisi oleh verba intransitie atau frasa verba. Akan
tetapi, ada pula pengisi predikat berupa nomina,
adjektiva, frasa nomina dan frasa adjektiva seperti
terlihat pada contoh berikut :
1. (a) Nurul tertawa.
S P
(b) Nurul, mahasiswa bahasa Indonesia tertawa
S P
bahagia.
(c) Para korban banjir itu terlantar.
S P
2. Kalimat dasar tipe S-P-O
Biasanya pada kalimat dasar tipe S-P-O, predikatnya
diisi oleh bentuk verba transitif yang memerlukan dua
unsur pendamping yaitu unsur subjek dan objek untuk
melengkapinya.Jika salah satu unsur itu tidak ada, maka
kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Perhatikan
contoh berikut :
2. (a) PSSI mengalahkan tuan rumah Malaysia.
S p O
18
(b) KPK menangkap para koruptor.
S P O

(c) Indonesia telah mengikuti aturan PBB.


S P O
3. Kalimat dasar tipe S-P-Pel
Tipe kalimat ini sama seperti tipe S-P-O, hanya saja dua
unsur pendamping yang melengkapi predikat adalah
subjek dan pelengkap. Perhatikan kalimat dibawah ini :
1. (a) Banyak orang yang ingin menjadi artis.
S P Pel
(b) Keputusan Rektor sudah sesuai dengan
S P Pel
aturan yang berlaku.
(c) Tanjidor merupakan alat kesenian asli betawi
S P Pel
4. Kalimat dasar tipe S-P-Ket
Sama halnya dengan kalimat dasar tipe S-P-Pel,
predikat pada kalimat dasar tipe ini memerlukan dua
pendamping untuk melengkapinya. Dua pendamping itu
adalah subjek dan keterangan. Seperti pada contoh ini :
2. (a) Bencana itu terjadi lima tahun yang lalu.
S P Ket
(b) Wanita itu lulus dengan nilai yang
S P Ket
memuaskan.
(c) Syarief adalah dosen Bahasa Indonesia.
S P Ket
19
5. Kalimat dasar tipe S-P-O-Pel
Pada kalimat dasar S-P-O-Pel ini, predikat menuntut tiga
pendamping yaitu subjek, objek dan pelengkap untuk
melengkapi predikat supaya kalimat tersebut menjadi
efektif dan gramatikal.
1. (a) Walikota Depok memerintahkan
S P
bawahannya untuk bekerja lebih cepat.
O Pel
(b) Tuti membelikan adiknya buku baru.
S P O Pel
(c) Polisi menangkap pelaku pencuri mobil.
S P O Pel
6. Kalimat dasar tipe S-P-O-Ket
Sama dengan kalimat tipe S-P-O-Pel, kalimat dasar tipe
S-P-O-Ket membutuhkan pendamping keterangan
Setelah objek. Perhatikan contoh berikut :
2. (a) Pak Ade membimbing mahasiswa di
S P O Ket
kampus.
(b) BNN memeriksa tersangka secara mendetail.
S P O Ket
(c) Pemerintah merancang UU pendidikan tahun
S P O Ket

2002.
BAB III

PENUTUP

a. Simpulan

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil namun terlengkap maknanya


dan mempunyai intonasi final yang mengakhirinya.
Sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia secara sederhana biasanya terdiri dari
dua unsure yang membangunnya, yaitu Subjek (S) dan Predikat (P). Namun
terkadang kalimat juga membutuhkan Objek (O), Pelengkap (pel) dan
Keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat dapat dilihat dari:
- Segi maknanya;
- Segi bentuknya;
- Segi unsurnya
- Segi fungsinya.
Syarat-syarat sebuah kalimat yaitu :
1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa.
2. Logis dan dapat diterima nalar.
3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan
jelas.

20

21
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, ada 6 tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam
tipe kalimat tersebut menurut Finoza (2009:157-160) antara lain :
1. Kalimat dasar tipe S-P
2. Kalimat dasar tipe S-P-O
3. Kalimat dasar tipe S-P-Pel
4. Kalimat dasar tipe S-P-Ket
5. Kalimat dasar tipe S-P-O-Pel
6. Kalimat dasar tipe S-P-O-Ket

b. Saran

Kita sebagai orang Indonesia seharusnya menggunakan bahasa Indonesia


yang baik dan benar. Menggunakan kalimat sesuai dengan kaidahnya
sehingga tidak menimbulkan salah pengartian.Agar makna dalam kalimat
yang kita ucapkan dapat tersampaikan secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Sugihastuti dan Siti Saudah. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Internet :

http://mhtaufikspd.blogspot.co.id/2011/01/syarat-syarat-kalimat-yang-baik-dan
html/m=1

Anda mungkin juga menyukai