DISUSUN OLEH :
BERTILIA CAPRIANA AYUDANTI
201412500536
DIAN NURFITRIANA
201412500520
GRACE LUCIA DEVI MANURUNG
201412500511
PUTRI SYAUFIKA OKTAVIANI
201412500529
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
c. Tujuan ............................................................................................. 2
d. Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Kalimat .......................................................................... 3
b. Unsur-unsur Kalimat ....................................................................... 4
c. Ciri-ciri Kalimat .............................................................................. 12
d. Syarat-syarat Kalimat ...................................................................... 13
e. Pola Dasar Kalimat ......................................................................... 17
BAB III PENUTUP
a. Simpulan ......................................................................................... 20
b. Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
1. Rumusan Masalah
2. Tujuan
3. Manfaat
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
B. Unsur-unsur Kalimat
S P
S P O
S P Pel
(Ket) Bayu belajar dengan Guru bahasa Indonesia yang baik itu.
S P Ket
1. Subjek (S)
Subjek (S) merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku,
tindakan, keadaan, masalah atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok
suatu pembicaraan dan dapat diterangkan oleh predikat (P).
Fungsi subjek (S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa,
maupun frasa verba. Simak contoh dibawah ini :
a. Ibuku suka menjahit.
b. Kursi dosen bagus.
c. Yang memakai kebaya dosen saya.
d. Berlari-lari kecil sangat bagus untuk badan.
e. Membangun jalan layang nontol sangat mahal.
Subjek (S) juga dapat dilihat atau dikenali dari cara bertanya
dengan memakai kata tanya seperti Siapa atau Apa kepada predikat.
Jika dalam sebuah kalimat terdapat jawaban yang logis dari pertanyaan
yang diajukan,maka jawaban itu adalah (S). Namun, jika dalam sebuah
kalimat tidak ada jawaban yang logis dari pertanyaan yang diajukan,
berarti kalimat tersebut tidak mempunyai subjek (S). Perhatikan contoh
berikut :
untuk itu kalimat pada contoh (a) akan lebih efektif bila kata bagi
dihilangkan sehingga menjadi Mahasiswa diwajibkan mematuhi tatatertib
yang berlaku. Dengan demikian Subjek (S) pada kalimat (a) akan lebih
jelas yaitu Mahasiswa. Pada kalimat (b), jika kita bertanya siapa yang
dapat menampungpara korban bencana banjir, maka jawabannya di sini.
Jawaban tersebut tidaklah logis, untuk itu supaya lebih logis maka kata di
sini dapat diganti dengan kata kami sehingga kalimat tersebut menjadi
Kamimenampung para korban bencana banjir. Dengan demikian Subjek
(S) pada kalimat (b) akan lebih jelas, yakni Kami. Selanjutnya jika kita
bertanya siapa yang menangis tiap malam pada kalimat (c), kita tidak akan
menemukan jawabnnya, karena kalimat (c) tidak mempunyai Subjek (S).
Oleh karna itu perlu kita tambahkan atau sertakan nomina atau pronomina
pada awal kalimat (c) misalnya, Indah atau Dia. Sehingga kalimat (c) akan
menjadi Indah menangis tiap malam.Atau Dia menangis tiap malam.
2. Predikat
Predikat (P) merupakan bagian kalimat yang berfungsi memeberi tahu
atau menerangkanb tindakan atau melakukan perbuatan Subjek (S) dalam
sebuah kalimat. Tidak hanya menerangkan tindakan atau keadaan Subjek
(S), Predikat (P) juga berfungsi untuk menyatakan sifat atau keadaan
Subjek (S), termasuk juga untuk penyataan jumlah sesuatu yang dimiliki
oleh Subjek (S). Seperti yang sudah dijelaskan di atas satuan bentuk yang
dapat mengisi Predikat tidak hanya kata, tapi dapat juga berupa frasa.
Seperti dalam contoh berikut ini :
a. Kuda berlari.
b. Permepuan cantik sekali.
c. Jakarta dalam keadaan kondusif.
d. Rini murid baru.
e. Rumah Pak Gurbernur tiga.
8
Bagian yang dicetak tebal dalam contoh di atas berfungsi sebagai
Predikat (P).pada kalimat (a), kata berlari memberi tahu pekerjaan Kuda.
Kalimat (b), cantik sekali memberi tahu keadaan perempuan.Kalimat (c),
dalam keadaan kondusif memberi tahu situasi keadaan Jakarta.Kalimat
(d), murid baru memberi tahu status Rini yang seorang murid
baru.Sedangkan, kalimat (e) kata tiga memberi tahu jumlah rumah yang
dimiliki Pak Gurbernur. Kalau diperhatikan pada kalimat (a) s.d (e),
fungsi Predikat (P) tidak hanya berbentuk kata, tetapi juga berbentuk frasa
seperti padacantik sekali, dalam keadaan kondusif, dan murid baru.
Lima kalimat diatas adalah contoh kalimat yang memiliki Predikat
sebagai pembentuk kalimatnya.Sedangkan contoh (f) dan (g) ini belum
memiliki Predikat (P) karena tidak ada kata-kata yang menunjuk
perbuatan, sifat atau keadaan Subjek (S) atau pelaku.
(f) *garut yang dikenal sebagai kota dodol
(g) *guru yang baik hati itu
Seandainya kedua contoh di atas ditulis menggunakan huruf kapital
di awalnya dan diakhiri oleh intonasi final misalnya tanda titik (.), tetap
saja di dalamnya tidak ada kata atau frasa yang berfungsi sebagai Predikat
(P). Tidak ada penjelasan atau jawaban dari pertanyaan pada kalimat
garut yang dikenal sebagai kota dodol. Sama halnya dengan contoh (f),
pada contoh (g) juga tidak terdapat penjelasan dari kenapa atau ada apa
dengan guru yang baik hati itu. Karena tidak ada penjelasan tentang
tindakan, sifat, serta keadaan yang dituntut pada contoh (f) dan (g), maka
kedua contoh tersebut bukan sebuah kalimat, melainkan baru berbentuk
frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran
tindakan Subjek (S) dan melengkapi fungsi Predikat (P).karena sebagai
9
pelengkap predikat, maka biasanya Objek (O) selalu di belakang Predikat
(P). sama halnya dengan Subjek (S), biasanya Objek (O) diisi oleh
nomina atau frasa nomina dan juga klausa.
Dalam kalimat pasif, Objek (O) dapat berfungsi sebagai Subjek (S)
perhatikan contoh dalam kalimat berikut.
1. Aktif : Dosen itu membaca buku Bahasa Indonesia.
Pasif : Buku Bahasa Indonesia dibaca oleh dosen itu.
2. Aktif : KPK menangkap para koruptor.
Pasif : Koruptor ditangkap oleh KPK.
3. Aktif : Presiden mengunjungi para korban bencana
banjir.
Pasif : para korban bencana banjir dikunjungi oleh
presiden.
Pada contoh 1, fungsi Objek (O) berada pada frasa buku Bahasa
Indonesia.Namun pada kalimat pasifnya, fungsi objek buku Bahasa
Indonesia berubah menjadi subjek pada kalimat Buku Bahasa
Indonesia dibaca oleh dosen itu.Begitupun dengan contoh 2 dan 3.
Kalimat yang memiliki fungsi Predikat (P) yang berupa verba
transitif juga mewajibkan adanya fungsi Objek (O) yang
melengkapinya. Perhatikan contoh dibawah ini :
a. Ibu memasak
b. Anggota DPR merancang
Kalau dilihat dari kedua contoh di atas pada kata yang
berfungsipredikat memasak dan merancang menuntut untuk dilengkapi
oleh fungsi objek. Karena kata memasak dan merancang merupakan
verba transitif, jadi menuntut adanya kata lain yang melengkapinya
setelah kata memasak dan merancangtersebut untuk dijadikan sebagai
objek. Misalnya contoh (a) tersebut ditambahkan kata ikan dan pada
kalimat
(b) ditambahkan kata undang-undang maka kedua kalimat tersebut
10
akan menjadi Ibu memasak ikan dan DPR merancang undang-undang.
Kata ikan dan undang-undang itulah berfungsi sebagai objek.
Berbeda dengan contoh di atas yang fungsi predikatnya diisi oleh
verba transitif.Contoh berikut adalah predikat yang diisi oleh verba
intransitive, yakni verba yang tidak menuntut adanya objek untuk
melengkapinya.Seperti pada contoh dibawah ini.
- Orangtua itu pulang.
- Adik belajar.
Kedua contoh tersebut tidak membutuhkan adanya objek untuk
melengkapinya.Kata pulang dan belajar dalam kalimat di atas
merupakan verba intransitif yang tidak mewajibkan adanya objek
setelah kata pulang dan belajar.Oleh karena itu, adanya objek dalam
sebuah kalimat tidak terlalu wajib atau boleh tidak ada. Tidak seperti
subjek dan predikat yang harus ada pada sebuah kalimat bakubahasa
Indonesia.
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang berfungsi sebagai
pelengkap predikat. Unsur pelengkap hamper sama dengan objek hanya
saja kalau objek dapat berfungsi sebagai subjek, sedangkan kalau
pelengkap tidak dapat berfungsi sebagai subjek dalam kelimat pasif.
Perhatikan kalimat berikut ini :
1.aHakimmembacakanvonis hukuman.
S P O
1.bIndonesiaberlandaskanpancasila dan UUD 1945.
S P Pel
Kedua contoh di atas merupakan kalimat aktif yang sama-sama
terdapat kata benda atau nomina pada fungsi predikatnya yaitu vonis
hukuman dan pancasila dan UUD 1945.Namun perbedaannya dapat kita
lihat ketika kedua kalimat tersebut diubah menjadi pasif.Perhatikan :
11
2.a Vonis hukuman dibacakan oleh hakim.
S P O
2.b Pancasila dan UUD 1945 dilandasi oleh Indonesia.
Pada kalimat (1.a) kata vonis hukuman yang berfungsi sebagai
unsur objek, beralih fungsi jadi subjek pada kalimat (2.a).Sedangkan frasa
pancasila dan UUD 1945 tidak dapat beralih menjadi subjek pada kalimat
(2.b).dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa objek dapat berfungsi
sebagai subjek sedangkan pelengkap tidak dapat berfungsi sebagai subjek
jika diubah menjadi kalimat pasif.
5. Keterangan (Ket)
Keterangan (Ket) merupakan bagian kalimat yang menerangkan
lebih lanjut tentang subjek, predikat, dan juga objek dalam sebuah
kalimat.Keterangan (Ket) boleh ditempatkan di mana saja atau bersifat
mana suka.Boleh diletakkan di awal, tengah atau akhir kalimat.Keterangan
(Ket) ini dapat berupa adverbial, frasa nomina, frasa preposisionalatau
juga dapat berupa klausa.Walaupun keterangan ini dapat diletakkan di
mana saja, namun jangan sampai merubah makna dalam kalimat.Contoh :
a. Mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester sore itu.
b. Mahasiswa sore itu mengikuti Ujian Akhir Semester.
c. Sore itu mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester.
Frasa sore itu pada ketiga kalimat di atas berfungsi sebagai
Keterangan (Ket) yang berbentuk frasa nomina.Kalau dilihat dari frasa
sore itu dapat menempati posisi mana saja dan tidak mengubah makna
sedikit pun pada kalimat tersebut.
Menurut Alwi dalam Finoza (2003:366) berdasarkan maknanya
terdapat beberapa jenis keterangan dalam kalimat.Para ahli membagi
keterangan yang terpenting menjadi sembilan macam. Diantaranya :
12
1. Keterangan Tempat
Contoh : Adik mengambilkan koran ayah dari kursi itu.
2. Keterangan Waktu
Contoh : Kemarin siang Jakarta diguyur hujan.
3. Keterangan Alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau.
4. Keterangan Tujuan
Contoh : Anak itu rela bekerjademi kedua orang tuanya.
5. Keterangan Cara
Contoh :Silahkan kerjakan soal itu dengan seksama.
6. Keterangan Peserta
Contoh : Andi bekerja sama dengan saudara-saudara
sekampungnya.
7. Keterangan Similatif atau Kemiripan
Contoh : Para siswa bertanding sepak bola seperti atlet
nasional.
8. Keterangan Sebab
Contoh : Karena rajin belajar, siswa itu menjadi siswa terbaik
di sekolahnya.
9. Keterangan Kesalingan
Contoh : Anak-anak harap saling berpegangan tangan satu
sama lain agar tidak ada yang tertinggal.
C. Ciri-ciri Kalimat
D. Syarat-syarat Kalimat
2002.
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
20
21
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, ada 6 tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam
tipe kalimat tersebut menurut Finoza (2009:157-160) antara lain :
1. Kalimat dasar tipe S-P
2. Kalimat dasar tipe S-P-O
3. Kalimat dasar tipe S-P-Pel
4. Kalimat dasar tipe S-P-Ket
5. Kalimat dasar tipe S-P-O-Pel
6. Kalimat dasar tipe S-P-O-Ket
b. Saran
Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Sugihastuti dan Siti Saudah. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Internet :
http://mhtaufikspd.blogspot.co.id/2011/01/syarat-syarat-kalimat-yang-baik-dan
html/m=1