Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TURUNAN KALIMAT
EFEKTIF
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Ajeng Priendarningtyas, S.Hum., M.Pd.

Kelompok 5 :
1. Ahmad Muhidin 6. Meila Siti J.NB
2. Ilham Saputro 7. Elawati
3. Asyifa kusniah 8. Ventty Krisna
4. Navira Chirsty V.P 9. Selvian Zai
5. Elok Shakila Ummairoh

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
tema makalah ini adalah “Turunan Kalimat Efektif”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas kepada
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membatu
dalam pembuatan makalah ini yang mana tidak dapat di sebutkan satu per satu.
Kami jauh dari kata sempurna sehingga mohon maaf apabila terdapat salah
kata. Sehingga kritik dan saran senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Bekasi, Oktober 2021


Tertanda

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………….......................................................ii
DAFTAR ISI ...…………..................................................................iii
BAB I ...............................………………............................................4
A. Latar belakang....................…….............................……….4
B. Rumus Masalah ............................………..……….............4
C. Tujuan ..........................................................………………4
BAB II ........................................…......................……...…………....5
A. Pengertian dan syarat kalimat efektif..........………...........5
B. Ciri-ciri kalimat efektif...............................................……...5
C. Pengertian kata turunan ................................................…....5
D. Prinsip Prinsip Kata Turunan ......................................…….7
E. Perbedaan Kata turunan dengan kata dasar...............……10
F. Cara menulis kata turunan ........................................…...…11
G. Contoh penulisan kata turunan yang benar................……12
BAB III.....................................................................................……..14
A. Kesimpulan .........................................................................14
B. Saran................................................................…………....14
DAFTAR PUSAKA.............................................................……….15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang
bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan
pembaca, bukan saja karena memahaminya mudah, tetapi terutama karena
sifatnya yang menyenangkan. Dengan demikian mampu membuka selera
pembaca.
Dalam hal itu untuk menarik dan dapat mencapai sasaran secara baik juga
harus menggunakan kalimat yang efektif dengan variasi-variasi kalimat tersebut.
Adapun keefektifan kalimat, selain dilihat darai ciri gramatikal, keselarasan,
kepaduan dan kehematannya itu dapat dilihat dari variasi kalimat tersebut.
Kevariasiannya secara tidak langsung berdampak pada kesalahan, tetapi lebih
berdampak pada ketepatan, gaya atau keindahan. Kevariasian dapat
menghindarkan seorang pembaca atau pendengar dari kebosanan. Artinya
seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata, klausa, kalimat, dan
paragraf yang bervariasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan syarat kalimat efektif?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3. Apa pengertian kalimat turunan?
4. Apa saja prinsip-prinsip kata turunan?
5. Apa pengertian kata turunan?
6. Apa saja perbedaan kata turunan dengan kata dasar?
7. Bagaimana cara menulis kata turunan?
8. Bagaimana penulisan kata turunan yang benar?

C. Tujuan
1. Deskripsikan pengertian dan syarat kalimat efektif.
2. Deskripsikan ciri-ciri kalimat efektif.
3. Deskripsikan pengertian kalimat turunan.
4. Deskripsikan prinsip-prinsip kata turunan.
5. Deskripsikan pengertian kata turunan.
6. Deskripsikan perbedaan kata turunan dengan kata dasar.
7. Deskripsikan cara menulis kata turunan.
8. Deskripsikan penulisan kata turunan yang benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Syarat Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek
dan predikat), memperhatikan ejaan yang disempurnakan, serta cara memilih kata
(diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut
jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Menurut JS. Badudu kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis)
dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama
benar dengan dimana kita berjumpa, apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
penutur atau si penulis.
Kalimat efektif harus memenuhi empat syarat berikut.
1. Sesuai kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
2. Minimal terdiri atas subjek dan predikat.
3. Tidak bertele-tele.
4. Tidak ambigu.

B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Kalimat efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kesepadanan, keseimbangan antara gagasan dengan struktur bahasa yang


digunakan.
2. Keparalelan, kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat tersebut.
3. Kehematan, menghindari penggunaan kata, frase, atau bentuk lain yang
tidak perlu.
4. Kepaduan, kepaduan pernyataan dalam kalimat tersebut sehingga
informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
5. Kelogisan, ide yang ada dalam kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku.
6. Kecermatan, tidak menimbulkan pengertian ganda dan tepat dalam pilihan
kata.

C. Pengertian Kata Turunan


Kata turunan atau kata berimbuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses afiksasi, reduplikasi,
atau penggabungan.

5
Secara umum, dapat ditarik dikatakan bahwa kata turunan adalah suatu kata
yang mendapat imbuhan, yaitu merupakan hasil proses dari afiksasi, reduplikasi,
atau penggabungan suatu kata yang dapat membentuk kata baru dan dengan
makna baru juga.
Kata turunan merupakan hasil dari proses afiksasi, reduplikasi, atau
penggabungan, oleh karena itu, sebelum mengetahui contoh-contohnya, kita
mempelajari apa itu afiks, reduplikasi, dan penggabungan.
Afiks adalah suatu bentuk linguistik yang keberadaannya hanya untuk
melekatkan diri pada bentuk-bentuk lain, sehingga mampu menimbulkan makna
baru terhadap bentuk-bentuk yang dilekatinya tadi, Bentuk-bentuk yang dilekati
bisa terdiri atas pokok kata, kata dasar, atau bentuk kompleks. Sedangkan afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk, baik berupa bentuk tunggal
maupun kompleks untuk membentuk kata-kata baru.
Reduplikasi adalah pengulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Bentuk baru
yang dihasilkan dari perulangan bentuk lazim disebut dengan kata ulang
(Rohmadi, dkk, 2013:83). Reduplikasi dalam KBBI memiliki arti proses atau hasil
perulangan kata atau unsur kata, seperti rumah-rumah, tetamu, bola-balik, dan
sebagainya.
Sebelum kita mempelajari kata turunan, kita hendaknya mempelajari
dasarnya yang berasal dari beberapa proses, salah satunya adalah afiksasi.
Rohmadi, dkk (2013:42-44) menjelaskan bahwa ada beberapa ciri-ciri afiks yang
dapat dipelajari. Penjelasan mengenai ciri-ciri afiks adalah seperti di bawah ini.

1. Afiks merupakan unsur langsung


Afiks merupakan unsur pembentuk kata-kata baru di samping unsur
lainnya. Contoh: ber- + lari = berlari.
2. Afiks merupakan bentuk terikat
Sebagai unsur langsung pembentuk kata-kata baru, afiks merupakan
imbuhan dan bukan bentuk bebas. Sebagai morfem, afiks termasuk morfem
terikat. Ber-, Me-, Pe-, ter-, adalah contoh bentuk terikat yang tidak
mempunyai apa-apa sebelum mengikatkan diri pada bentuk lain.
3. Afiks melekat pada berbagai bentuk
Afiks harus mampu melekat pada berbagai bentuk, tidak hanya pada satu
bentuk tertentu. Afiks -an mampu melekat pada berbagai bentuk kata
sebagai berikut.
Makan + -an = makanan
Tulis + -an = tulisan.
4. Afiks tidak mempunyai makna leksis
Contoh:
Apakah makna ber-?
Apakah makna ter-?
Kita tidak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Jika
dibandingkan dengan pertanyaan Apakah makna kata ber- pada berbaju?,
maka dapat dikatakan bahwa afiks (ber- dan ter-) tidak mempunyai makna
leksis sebelum melekat pada unsur lain.

6
5. Afiks mampu mendukung fungsi gramatik
Contoh:
Kata sifat (kata dasar) + konfiks (afiks) = bentuk kompleks (kata-kata
baru)
Malas + ke-an = kemalasan
Berdasarkan afiksasi di atas, konfiks ke-an mampu mengubah jenis kata
sifat menjadi jenis kata baru, yaitu kata benda. Dengan demikian, benar
bahwa afiks tersebut dapat mendukung fungsi gramatik.
6. Afiks mampu mendukung fungsi semantik
Contoh:
Paku terinjak oleh Adi.
Adik terpandai di kelasnya.
Ter- pada kata terinjak, memiliki arti tidak sengaja, sedangkan ter- pada
kata terpandai, memiliki arti paling. Makna baru yang ditimbulkan oleh
peristiwa di atas menunjukkan bahwa afiks mendukung fungsi semantik.
7. Afiks kedudukannya tidak sama dengan preposisi
Dalam bentuk tertentu, beberapa afiks sering dikacaukan dengan preposisi
yang kebetulan memiliki bentuk yang sama. Bentuk ke- dan di- pada ketua
dan ke rumah serta dipukul dan di rumah, memiliki arti berbeda. Contoh:
Afiks : Ke + tua = ketua
Di + pukul = dipukul
Preposisi : ke + rumah = ke rumah
Di + rumah = di rumah

Afiks : jika berdiri sendiri tidak mempunyai makna leksis


Preposisi : jika berdiri sendiri mempunyai makna leksis

Simpulan dari pernyataan di atas adalah ke dan di sebagai preposisi


mengandung makna leksis, yaitu menunjukkan keterangan tempat dan
keterangan tujuan, dan secara gramatis, ke dan di sebagai preposisi
mempunyai sifat bebas atau berdiri sendiri, sedangkan ke dan di pada afiks
tidak memiliki makna leksis dan tidak bisa berdiri sendiri.

D. Prinsip-Prinsip Kata Turunan


Ada dua prinsip yang perlu diketahui dalam kata turunan, yaitu, imbuhan dan
bentuk terikat. Penjelasan mengenai prinsip-prinsip bisa dipelajari sebagai berikut.
1. Jenis-jenis Afiks (Imbuhan)
Dalam proses morfologis bahasa Indonesia, dikenal beberapa macam afiks.
Jenis-jenis afiks tersebut yang biasa digunakan dalam kata turunan. Jenis-
jenis afiks menurut Rohmadi, dkk (2013:45-46) bisa dipelajari seperti
berikut.

7
a. Prefiks (awalan)
Prefiks adalah imbuhan yang melekat di depan bentuk dasar atau kata
dasar. Prefiks juga sering disebut dengan imbuhan awal atau lebih lazim
disebut dengan awalan. Macam-macam prefiks, yaitu, me-, di-, ber-, ter-,
per-, se-, pe-, ke-, para-, pra-, dan sebagainya. Contoh:
Me + laju = melaju
Di + kutip = dikutip
Ter + jatuh = terjatuh

b. Infiks (sisipan)
Infiks adalah imbuhan yang melekat di tengah bentuk dasar atau kata
dasar. Karena melekatnya menyisip di tengah kata dasar, maka disebut
dengan imbuhan sisipan atau lazim disebut dengan sisipan. Macam-macam
sisipan, yaitu, -el, -em, dan -er-. Contoh:
Tunjuk + -el = telunjuk
Getar + -em = gemetar
Gigi + -er– = gerigi

c. Sufiks (akhiran)
Sufiks adalah imbuhan yang melekat di belakang bentuk dasar atau
kata dasar. Sufiks disebut juga dengan imbuhan akhir atau lazim disebut
dengan akhiran saja. Macam sufiks yaitu, -i, -an, -kan, -nya, -wan, -wati, -
man, -is, dan sebagainya. Contoh:
akhir + -i = akhiri
pukul + -an = pukulan
Kembali + -kan = kembalikan
semua + -nya = semuanya

d. Konfiks (awalan-akhiran)
Konfiks atau simulfiks adalah imbuhan gabungan antara prefiks dan
sufiks. Kedua macam afiks tersebut dapat melekat secara bersama-sama
pada suatu bentuk dasar pada bagian depan dan belakangnya. Macam
konfiks yaitu, ke-an, ber-an, se-nya, se-an, dan sebagainya. Contoh:
Ke-an + adil = keadilan
Ber-an + datang = berdatangan
Se-nya + baik = sebaiknya
se-an + malam = semalaman

8
e. Simulfiks
Simulfiks adalah berfokus pada ciri segmental yang mampu
mengubah kategori sebuah bentuk lewat nasalisasi. Namun, perlu
diketahui bahwa tidak semua yang bersimulfiks akan mengalami
perubahan kategori. Contoh:
Ng- + kopi = ngopi
Ny- + sate = nyate

2. Bentuk terikat
Bentuk terikat dalam KBBI diartikan sebagai bentuk bahasa yang perlu
digabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Ada
beberapa jenis bentuk terikat dan contohnya yang perlu diketahui.
Penjelasannya seperti berikut.
Contoh bentuk terikat: antarkota
antibiotik
infrastruktur
pascasarjana
swadaya
a. Bentuk terikat yang diikuti kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung
(-)
Contoh : non-Indonesia
non-ASEAN
anti-PKI
pro-Barat
b. Bentuk Maha yang diikuti oleh kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital
Contoh: Carilah kita berdoa pada Tuhan Yang Maha Pengampun.
Mari kita memperbanyak syukur pada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
c. Bentuk Maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis dirangkai.
Contoh: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi
kita.

9
3. Gabungan kata
Gabungan kata atau kata majemuk di dalam KBBI berarti gabungan
morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola
fonologis, gramatika, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa. Selain
itu, menurut Rohmadi, dkk (2013:103) kata majemuk adalah dua kata atau
lebih yang menjadi satu dengan lainnya dan erat sekali, serta menunjuk atau
menimbulkan satu pengertian baru.
Contoh: panjang tangan artinya adalah suka mencuri
meja hijau artinya adalah pengadilan
jago merah artinya adalah api
kumis kucing artinya adalah salah satu jenis taman

E. Perbedaan Kata Turunan dengan Kata Dasar


Perlu diketahui, untuk membedakan kata turunan dengan kata dasar ada
beberapa poin. Perbedaan antara kata turunan dan kata dasar bisa dipelajari seperti
di bawah ini.
1. Kata turunan
Kata turunan atau kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah diberi
imbuhan, baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), serta
awalan-akhiran (konfiks). Karena pemberian imbuhan tersebut, kata turunan
mengalami pergeseran makna. Ciri-ciri kata turunan sudah dibahas di atas.
2. Kata dasar
Kata dasar dalam KBBI diartikan sebagai kata-kata yang menjadi dasar
kata yang lebih besar. Dalam istilah linguistik, kata dasar adalah dasar dari
pembentukan suatu kata yang lebih besar. Kata dasar sendiri merupakan jenis
kata yang dapat berdiri sendiri dan tersusun atas morfem atau gabungan dari
morfem. Ciri-ciri kata dasar adalah sebagai berikut.
a. Merupakan satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri
b. Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbuhan
atau yang merupakan kata turunan
c. Jika mendapat imbuhan, kata dasar akan mengalami perubahan
makna
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat
tanpa perlu diberi imbuhan.

10
F. Cara Menulis Kata Turunan
Di bawah ini adalah 11 cara menulis kata turunan yang perlu diketahui.
1. Kata turunan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh: Bernyanyi, menulis, gemetar, dilakukan.
2. Kata turunan dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika bentuk dasarnya
bahasa asing.
Contoh: di-upload, men-download, meng-upgrade
3. Kata turunan dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika bentuk dasarnya
berawalan huruf kapital atau singkatan dengan huruf kapital.
Contoh: pro-Barat, di-PHK.
4. Kata turunan ditulis terpisah jika bentuk dasarnya kata gabungan yang
salah satu berimbuhan (bisa berupa awalan atau akhiran).
Contoh: berjabat tangan, bekerja sama, bertepuk tangan, garis bawahi.
5. Kata turunan ditulis serangkai jika bentuk dasarnya berupa kata
gabungan yang diimbuhi awalan dan akhiran (konfiks).
Contoh: menandatangani, menyebarluaskan, mempertanggungjawabkan.
6. Kata turunan ditulis secara serangkai jika salah satu unsur gabungan kata
dipakai dalam kombinasi, yaitu berupa kata terikat dan kata bebas.
Contoh: dasawarsa, swadaya, mahasiswa, prasejarah.
7. Kata turunan ditulis terpisah jika kata turunan tersebut merupakan
gabungan maha dengan kata berimbuhan yang merujuk pada sifat atau
nama Tuhan.
Contoh: Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun.
8. Kata turunan ditulis serangkai jika kata turunan tersebut merupakan
gabungan maha dengan kata dasar yang merujuk kepada Tuhan, kecuali,
kata esa.
Contoh: Mahakuasa, Mahamulia, Mahasuci
9. Kata turunan ditulis serangkai jika kata turunan tersebut merupakan
gabungan dari kata Maha dengan kata dasar tidak berimbuhan dan
jumlah suku katanya dua buah.
Contoh: mahasiswa, mahaguru.
10. Bentuk-bentuk terikat yang diserap bahasa Indonesia dari bahasa asing,
seperti anti, pro, dan kontra, dapat dijadikan sebagai bentuk dasar.
Contoh: Kali ini, anggota lebih banyak yang pro dibandingkan dengan
yang kontra.
11. Kata tak ditulis serangkai dan ditulis terpisah bila diikuti bentuk dasar
yang berupa kata berimbuhan.
Contoh: takabadi, takacuh, takakrab, takadil, tak terpisahkan, tak tertarik,
tak tercapai, tak bersuara, dan sebagainya.

11
G. Contoh Penulisan Kata Turunan yang Benar.
Penulisan kata turunan dalam penulisannya harus diperhatikan, karena masih
sering terjadi kesalahan dalam penulisan kata turunan yang benar. Contoh
penulisan kata turunan yang benar seperti di bawah ini.
1. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan awalan (prefiks)
Contoh: ter- + bakar = terbakar
me- + bantu = membantu
ber- + rambut = berambut
2. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan sisipan (infiks)
Contoh: suling + -er- = seruling
tali + -em = temali
getar + -el = geletar
3. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan akhiran (sufiks)
Contoh: pukul + -an = pukulan
sosial + -is = sosialis
Uang + -nya = uangnya
4. Berdasarkan yang berimbuhan awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: se-an + hari = seharian
se-nya + mesti = semestinya
ber-an + muncul = bermunculan
5. Berdasarkan yang bentuk dasarnya dengan awalan kapital
Contoh: non- + PKI = non-PKI
non- + Indonesia = non-Indonesia
anti- + Barat = anti-Barat
di- + PHK = di-PHK
6. Berdasarkan yang bentuk dasarnya dari bahasa asing
Contoh: me- + download = men-download
me- + update = meng-update
me- + recall = me-recall
di- + upload = di-upload
7. Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mengalami
imbuhan awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: me- + garis bawah + i = menggarisbawahi
me- + sebar luas + kan = menyebarluaskan
me- + tanda tangan + i = menandatangani
per- + tanggung jawab + an = pertanggungjawaban
8. Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata yang salah satu
katanya dipakai dalam kombinasi yaitu berupa kata terikat dan kata bebas
Contoh: ber- + jalan kaki = berjalan kaki
ber- + kerja keras = bekerja keras
ber- + tanggung jawab = bertanggung jawab

12
9. Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan Maha dengan kata
berimbuhan merujuk pada nama atau sifat Tuhan
Contoh: Maha + Pengasih = Maha Pengasih
Maha + Pemurah = Maha Pemurah
Maha + Pengampun = Maha Pengampun
10. Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata maha dengan
kata dasar tidak berimbuhan dan jumlah suku katanya dua buah
Contoh: maha + bintang = mahabintang
maha + dewa = mahadewa
maha + karya = mahakarya
maha + raja = maharaja
11. Berdasarkan yang bentuk dasarnya salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Contoh: adi + kuasa = adikuasa
aero + modeling = aeromodeling
anti + biotik = antibiotik
antar + kota = antarkota
12. Berdasarkan yang bentuk dasarnya terdiri atas kata tak ditulis dengan
cara dirangkai
Contoh: tak + ada = takada
tak + adil = takadil
tak + arif = takarif
13. Kata tak ditulis dengan tidak dirangkai
Contoh: tak + segan = tak segan
tak + tentu = tak tentu
tak + boleh = tak boleh

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah kaidah yang
berlaku. Kalimat efektif afalah kalimat yang baik karena yang dipikirkan atau
dirasakan oleh si pembaca dapat diterima dan dipahami oleh pendengar sama
dengan dimana kita berjumpa, apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur
atau si penulis.
Kata turunan merupakan hasil dari proses afikasi, reduplikasi, atau
penggabungan. Afiks adalah suatu bentuk linguistik yang keberadaanya hanya
untuk meletakan diri pada bentuk-bentuk lain. Reduplikasi adalah pengulangan
bentuk atas suatu bentuk dasar.

B. Saran
Setelah kami mempelajari hal-hal yang bekaitan dengan turunan kalimat
efektif, ternyata tidak mudah untuk memilih kata yang tepat, sehingga kalimat
yang kita buat menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan syarat-syarat kalimat
efektif dan tata cara membuat kata turunan yang benar maka hal tersebut harus di
terapkan dalam menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui
kalimat mana yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
Saran kami, agar makalah ini dapat di manfaat semaksimal mungkin oleh
pembaca. Sehingga pembaca dapat mengerti apa saja syarat yang diperlukan
untuk membentuk suatu kalimat efektif dan tata cara bagaimana membuat turunan
kalimat efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Media
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia

15

Anda mungkin juga menyukai