Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Dosen : Kartina,S.Pd.,M.Pd

KALIMAT EFEKTIF

Disusun oleh :

Nama : Rifqah Alfiyyah

Nim : 90400117031

Kelas : Akuntansi .A.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK

2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikm Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang
maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tentang “KALIMAT EFEKTIF”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang berkaitan dengan
kalimat efektif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga besar
harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga
laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan pembahasan .................................................................................. 2
D. Manfaat pembahasan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Pengertian kalimat efektif ......................................................................... 3
B. Ciri-ciri kalimat efektif ............................................................................. 3
C. Syarat Kalimat Efektif............................................................................... 4
D. Unsur-unsur kalimat efektif ...................................................................... 8
E. Struktur Kalimar Efektif ........................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16


A. kesimpulan ............................................................................................ 16
B. saran ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan


sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan
itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak
memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang
seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya
dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-
tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

1
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
3. Bagaimana syarat Kalimat Efektif?
4. Bagaimana unsur-unsur kalimat efektif?
5. Apasajkah struktur Kalimar Efektif?

1.3.TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia
sehingga menjadi baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

1.4.MANFAAT PEMBAHASAN
1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang
dikatakan dengan kalimat efektif.
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia
yang baik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang


berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek
dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata
(diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut
jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. (Sumber: Wikipedia)

Terdapat juga pendapat dari JS badudu mengenai pengertian kalimat efektif,


yaitu:

’Kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterami dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis.”

Selain itu terdapat juga beberapa pengertian lain:

Jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek
yang dimaksudkan disini adalah kejelasan informasi. Kalimat efektif tidak
menggunakan kata-kata mubazir, tetapi juga tidak kekurangan kata.

2.2.Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Beberapa ciri kalimat efektif yang kami kumpulkan, diantaranya:

 Memakai diksi yang tepat.


 Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP).
 Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku.
 Melakukan penekanan ide pokok.
 Mengacu kepada penghematan penggunaan kata.

3
 Memakai kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
 Memakai variasi struktur kalimat.
 Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis
dan sistematis.
 Mewujudkan koherensi yang baik dan kompak.
 Memperhatikan pararelisme.
 Merupakan komunikasi yang berharkat.
 Diwarnai kehematan.
 Didasarkan pada pilihan kata yang baik.

2.3. Syarat Kalimat Efektif

Ada 6 syarat atau prinsip yang harus terpenuhi agar bisa tertulis kalimat
yang efektif, apa saja? dibawah ini:

1. Kesatuan

Menurut Amran Tasai dan Arifin, kesatuan adalah keseimbangan antara


pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan. Kesatuan gagasan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesepadanan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Ciri-ciri yang kesatuan:

a. Adanya subjek dan predikat yang jelas.

Hindari menggunakan kata depan (di, ke, sebagai, dll) sebelum subjek.

Contoh kalimat kesatuan:

 Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi.


(Salah)
 Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah
adat. (Benar)

4
b. Tidak terdapat subjek ganda

Misalnya:

 Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)


 Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa. (Benar)

c. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat


tunggal

Misalnya:

 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama (Salah)
 Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Benar)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang

Misalnya:

 Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)


 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)

2. Kehematan

Menurut Finoza, kehematan adalah usaha menghindari pemakaian kata yang tidak
perlu. Hemat disini berarti tidak menggunakan kata-kata mubazir, tidak
menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak, dan tidak mengulang subjek.
Dengan menghemat kata, kalimat menjadi padat dan berisi.

Contoh kalimat kehematan:

 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Salah)

5
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Benar)
 Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin (Salah)
 Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu. (Benar)
 Dia hanya membawa badannya saja (Salah)
 Dia membawa badannya saja / Dia hanya membawa badannya. (Benar)
 Para tamu-tamu (Salah)
 Para tamu/ Tamu-tamu. (Benar)

3. Keparalelan

Menurut Amran Tasai dan Arifin, keparalelan merupakan kesamaan bentuk yang
digunakan dalam kalimat itu.Maksudnya yaitu jika pada kata pertama berbentuk
verba, maka kata kedua juga harus berbentuk verba.

Contoh kalimat keparalelan:

 Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah aplikasi pada


para praktikan. (Salah)
 Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah aplikasi pada
para praktikan. (Benar).

4. Kelogisan

Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Contoh kalimat efektif kelogisan:

 Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)


 Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)

5. Kepaduan (Koherensi)

6
Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-
unsur pembentukan kalimat.Merupakan syarat dari kalimat efektif agar
diharapakan nantinya setiap informasi yang diterima tidak terpecah-pecah.Ciri-ciri
di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi yang rusak karena tempat kata
dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.

Misalnya:

 Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)


 Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)

Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh kalimat kepaduan:

 Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)


 Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)

6. Ketepatan

Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-


unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan
pasti.

Contoh kalimat ketepatan, misalnya dibawah ini tentang kesalahan dalam


penggunaan tanda koma:

 Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)


 Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

Contoh Kalimat Efektif dalam Paragraf

Contoh kalimat tidak efektif dalam paragraf:

7
Saya ini adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, kebetulan saya kontrak
rumah di daerah Stasiun Tugu. Jadi untuk pergi kuliah saya harus menggunakan
transportasi umum yaitu, Trans Jogja. Selain saya, Banyak para mahasiswa
Gajah Mada yang tinggal di daerah Stasiun Tugu yang menggunakan fasilitas
Trans Jogja sebagai sarana transportasi.

Contoh kalimat yang sudah dibenarkan sehingga menjadi kalimat efektif:

Saya adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada. Saya kontrak rumah di daerah
Stasiun Tugu. Untuk pergi kuliah, saya menggunakan transportasi umum yaitu,
Trans Jogja. Selain saya, banyak mahasiswa Gajah Mada yang tinggal di Stasiun
Tugu menggunakan fasilitas Trans Jogja sebagai sarana transportasi.

Jika kamu rasa materi tentang kalimat efektif diatas masih belum lengkap alias
masih kurang, silahkan sampaikan lewat kolom komentar. Semoga membantu.

3.4.UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur,
yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.

8
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis
kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik
pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak
logis.

2. Predikat (P)

9
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan)
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam
suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat
pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik
pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur
siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan
status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di
dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban

10
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b)
dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad
contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada
ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

11
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif
adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival
dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap
dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

12
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke
Dari rumahnya
Pada Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat dengan Dengan pisau, dengan
mobil

13
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

2.5.STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus
kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu.

14
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-
kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu
berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Dilihat dari materi di atas saya mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
 Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

3.2.SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang
bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan
bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan
secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik
terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap
peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh
terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang
selaras.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.

Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.

iv

Anda mungkin juga menyukai